-->

7 CARA BUDI DAYA JAMUR DAN BISNIS JAMUR

Jamur ... , ah enak sekali!! Pasti kalian sering memakannya bukan? Tapi apakah kalian tahu bagaimana prosesnya sampai menjadi jamur, bagaimana cara budi daya jamur, dan di tempat seperti apa ia bisa tumbuh. kali ini kami akan bahas tuntas 7 cara budi daya jamur dan bagaimana bisnis jamur.

cara budi daya jamur

Nah untuk mengetahui seluk beluk dan bagaimana proses pembudidayaan jamur marilah kita pelajari dan siapa tahu kalian bisa melakukannya. 

Saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melengkapi data yang diperlukan pada bacaan ini. Namun saya sadar bahwa tidak ada gading yang tidak retak. Untuk kesempurnaan nya tegur sapa dari pemerhati artikel ini sangat saya harapkan. 

Latar Belakang Budidaya Jamur 

masakan jamur
salah satu masakan jamur

Jamur disukai tak hanya karena rasanya yang lezat. Jamur, juga dipercaya kaya manfaat, Dibanding dengan daging, jamur memang punya nilai plus tersendiri. Jika daging erat dengan masalah lemak atau kandungan kolesterol, jamur sebaliknya: •bebas kolesterol serta kaya serat vitamin dan mineral. Karenanya, jamur dipercaya mampu mengobati berbagai penyakit. Jamur merang, misalnya berguna bagi penderita diabetes dan penyakit kekurangan darah, bahkan dapat mengobati kanker. 

Sesuai dengan namanya, umumnya jamur ini tumbuh pada merang atau jerami padi. Jamur merang dapat dengan mudah kita temui di tumpukan jerami sehabis masa panen padi. Seusai masa panen, jamur merang akan sulit ditemui. Namun dengan cara pembudidayaan modern, kita dapat menikmati jamur merang kapan saja. Tidak tergantung musim. 

budi daya jamur merang
jamur merang

Budi daya jamur merang secara modern, membutuhkan tempat khusus yang diset sebagai tempat tumbuh jamur. Kumbung (rumah jamur) yang telah dilengkapi media tumbuh dan telah diatur temperatur nya 1 merupakan tempat terbaik untuk kembang biak jamur merang. 

Kumbung dapat dibuat dengan rangka besi, kayu atau bambu, serta dinding dan atap plastik. Di bagian luar kumbung ini dipasang lagi atap, dan dinding yang terbuat dari anyaman bambu, nipah atau pun kain yang dapat ditutup dan buka, untuk mengatur cahaya matahari yang masuk. Kumbung juga harus dilengkapi jendela untuk mengatur sirkulasi udara. Di dalam kumbung, dibuat dua deret rak (bedengan) bertingkat sebagai tempat meletakkan media tumbuh. 

Media tumbuh yang dibutuhkan merupakan basil pengkomposan jerami dan campuran  limbah kapas dengan perbandingan 2:1, ditambah 1-2 % kap . Jerami dibasahi air, kemudian ditimbun bersama kap di lantai, lalu ditutup plastik polibag selama 5 hari. Pada hari kelima, timbunan itu dibuka, dibalik, dan ditambahi  bekatul, kemudian diletakkan di bedengan. Bedengan itu kemudian ditutup polibag selama 4 hari untuk menjalai proses fermentasi. Sebelum digunakan, bahan ditambah lagi dengan limbah kapas dan biji-bijian seperti kacang hijau, beras, jagung, kedelai, atau biji kapuk. 

Setelah siap, media tumbuh diletakkan di rak-rak bedengan di dalam kumbung. Agar terhindar dari serangan bakteri, ngengat, ataupun jamur lain, kumbung dan media tanam harus disterilkan. Sterilisasi dilakukan dengan proses pasteurisasi, yakni pemanasan kompos dan ruangan rumah jamur dengan uap panas hingga temperatur 70 derajat celcius selama 5-7 jam. Suhu kompos dipertahankan 70 derajat selama 2-3 jam. 

Pemanasan kumbung ini dilakukan dengan menghidupkan generator uap yang telah dihubungkan dengan ruangan dalam kumbung. Generator uap dapat dibuat sederhana, menggunakan drum-drum bekas yang diisi air, serta dipanaskan menggunakan kayu bakar. Uap yang dihasilkan disalurkan ke dalam kumbung. 

Setelah pasteurisasi, udara segar dibiarkan masuk untuk menurunkan suhu hingga mencapai 32-35 derajat celcius. Saat inilah bibit boleh mulai ditanam. 

Bibit jamur merang biasanya diperoleh dari penjual bibit. Tidak mudah membuat biakan bibit jamur sendiri, kalaupun bisa, kualitasnya tidak selalu bagus. Bibit ditebarkan di seluruh permukaan jerami yang telah dikomposkan. Setelah itu, jendela dan pintu kumbung ditutup selama tiga hari. Suhu dijaga dalam kisaran 32-38 derajat celcius. Bibit jamur memerlukan suhu yang agak panas untuk menumbuhkan miselium (benang-benang jamur). 

Sirkulasi udara harus dijaga. Selain itu, perhatikan pula media tumbuh, jangan sampai jerami kering. Bila perlu, semprotkan air yang telah dicampur sedikit urea. 

Pada hari ke 8-12 setelah peletakan bibit, jamur merang sudah siap dipanen. Jamur merang biasanya diminati saat kuncupnya belum mekar, masih berbentuk bulat dengan warna putih kecoklatan. Bila kuncup telah mekar, meski masih bisa dimakan, namun nilai ekonomisnya akan turun. 

Saat ini, jamur merang kualitas bagus dapat dijual dengan harga cukup tinggi, 18.000-20.000 perkilogram. Dari setiap kandang berukuran 4 x 8 meter berisi sepuluh rak bedengan, dapat dipanen 25-40 kilogram jamur. Setiap hari selama masa panen yang berlangsung 15-17 hari. 

Mengenal Jamur Kompos 

jamur kompos

Sebagai negara agraris, sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting yang mendukung perekonomian Indonesia. Hal ini menyebabkan bidang pertanian harus dapat memacu diri untuk dapat meningkatkan hasilnya. Namun, peningkatan basil pertanian biasanya akan diikuti dengan bertambahnya limbah pertanian. Sebagai catatan, hampir 70% basil pertanian merupakan materi non- produksi dan setelah proses pengolahan akan menjadi limbah, Sebagai contoh, dalam pengolahan gula hanya 17% dari bio massa yang dapat dimanfaatkan dan sisanya berupa limbah, dalam pengolahan minyak hanya 5% dari bahan baku yang dapat dimanfaatkan dan 95% sisanya merupakan limbah, serta masih banyak lagi jenis limbah pertanian seperti ampas aren, kapas bekas pemintalan, dan jerami padi. 

Selama ini, limbah pertanian hanya dibakar atau dibuang, jarang dimanfaatkan. Sebenarnya limbah pertanian yang mengandung lignoselulosa seperti jerami, limbah kapas, ampas aren dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku untuk media budi daya jamur' kompos. 

Jamur dapat tumbuh pada media limbah karena jamur mampu mendegradasi limbah organik. Dengan kemampuannya tersebut, jamur dapat dimanfaatkan untuk menambah nilai guna limbah. 


Jamur dapat tumbuh pada media limbah karena jamur mampu mendegradasi limbah organik 


Menurut penelitian ada sekitar 600 jenis jamur yang dapat dikonsumsi. Dari 600 jenis tersebut. lebih dari 200 jenis telah dikonsumsi manusia dan 100 jenis di antaranya telah dicoba untuk di budi daya kan. Dari 100 jenis tersebut, 35 jenis telah berhasil di budi daya kan secara komersial, tetapi hanya 8 jenis jamur saja yang dapat dibudidayakan secara industri. Di antara 8 jenis jamur tersebut adalah jamur merang dan jamur kancing. 

a. Jamur Merang dan Jamur Kancing 
Dari beberapa spesies jamur tropika dan subtropika, jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan jamur yang paling dikenal, terutama untuk masyarakat Asia Tenggara, dan telah lama di budi daya kan sebagai bahan pangan, karena termasuk golongan jamur yang enak rasanya. 

Jamur merang umumnya tumbuh pada media yang merupakan sumber selulosa, misalnya, pada tumpukan merang, dekat limbah penggilingan padi, limbah pabrik kertas, ampas batang aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, kulit buah pala, dan sebagainya.

budi daya jamur kancing
jamur kancing

gundukan limbah pabrik bisa dijadikan media jamur 

Jamur merang kaya akan protein kasar dan karbohidrat bebas N (N-face carbohydrate). Tingkat kandungan serat kasar dan abu adalah moderat, sedangkan kandungan lemaknya rendah. Nilai energi jamur merang rendah, namun merupakan sumber protein dan mineral yang baik dengan kandungan kalium dan fosfor yang tinggi. Kandungan Na, Ca, Mg dan Cu, Zn , Fe cukup. Kandungan logam berat Pb dan Cd tidak ada, sehingga jamur merang sangat baik digunakan sebagai bahan makanan sehari-hari. Kandungan protein jamur merang mencapai 1, 8 persen, lemak 0.3 persen, dam karbohidrat 12-48 persen. Tahapan budidaya nya adalah tahap isolasi, pembuatan bibit, penanaman dan pemanenan.

Jamur merang 1 0 Jamur kompos termasuk dalam golongan jamur saprofit yaitu jamur yang tumbuh pada substrat organik dari hewan maupun tumbuhan yang sudah mati dan akan merombak substrat menjadi zat yang mudah diserap. Biasanya substrat tersebut mengalami proses pengomposan terlebih dahulu. Substrat tempat tumbuh jamur kompos antara lain jerami, kotoran kuda, dan serasah. Jamur kompos yang sudah populer di budidaya kan adalah jamur merang dan jamur kancing.

Jamur merang. (straw mushroom) merupakan jenis jamur yang pertama kali dapat dibudidayakan di Cina sekitar tahun 1650. Pada tahun 1930, jamur merang mulai masuk ke negara Malaysia dan • Filipina. Baru pada tahun 1950, jamur merang mulai di budidaya kan di Indonesia.

Jamur kompos 11 Jamur kancing yang lebih dikenal dengan istilah jamur champignon pertama kali dibudidayakan di Perancis. Budi daya jamur kancing awalnya di gua-gua, baru pada tahun 1975 dibudidayakan dengan sistem rumah jamur.

Dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah juga terkenal sebagai sentra jamur. Terutama sejak raksasa pengalengan jamur masuk di sana pada tahun 1970 mengembangkan champignon. Disebutkan, bahwa produksi di salah satu pabrik pengalengan mencapai 40 ton/hari. Setelah dikalengkan, 98 persen produksi menembus pasar Amerika Serikat, Jepang, Kuwait dan Eropa. Sisanya masuk pasar lokal, diantaranya ke salah satu pengelola fastfood dan industri jamur rakyat.

Sosok jamur merang dan jamur kancing secara anatomi terdiri dari tudung yang berbentuk seperti payung, di bawah tudung terdapat lamela. tangkai, serta akar semu yang disebut rizoid. Perbedaan antara jamur merang dengan jamur kancing yaitu jamur merang mempunyai cawan pada bagian bawah tangkai, sedangkan pada jamur kancing tidak 13 terbentuk cawan, tetapi mempunyai cincin pada bagian atas tangkai, tepatnya di bagian bawah payung. Warna jamur merang cokelat muda, sedangkan jamur kancing berwarna putih bersih. Spora jamur merang berwarna kuning kemerahan dan spora jamur kancing berwarna putih.

Secara taksonomi menurut Singer (1975) jamur merang dan jamur kancing masuk dalam klasifikasi sebagai berikut.

  • Kelas : Basidiomycetes 
  • Subkelas :       Homobasidiomycetes 
  • Ordo: Agaricales
  • Famili: Plutaceae
  • Genus: Volvariella
  • Spesies: Volvariella volvacea (jamur merang)
  • Famili:  Agaricaceae  
  • Genus: Agaricus
  • Spesies:    Agaricus bisporus (jamur kancing) 


b. Jamur si Kaya Gizi 

Jamur merupakan makanan yang spesial. Pada waktu di Yunani, jamur merupakan makanan prajurit pada waktu perang. Di Roma, jamur disebut sebagai makanan para dewa. Di Cina, jamur dipercaya sebagai makanan yang menyehatkan. Di Indonesia, jamur mulai mendapat p.e.rhatian pada awal tahun 1990 karena rasa dan nilai gizi nya. 

1) Protein dan asam amino 

Jamur mengandung protein yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan bawang, kubis, jeruk, dan apel. Dalam keadaan kering, kandungan protein nya tidak jauh berbeda dengan kandungan protein dalam kedelai kering. 



Kandungan protein berbagai jenis bahan makanan dapat dilihat sebagai berikut. 

Kandungan Protein Pada Bahan Makanan 
Bahan                % Protein dari berat basah 
Jamur                1,75-5,9  
Bawang             1,4 
Kubis                1,4 
Bayam              3,5 
Kangkung         3,0 
Kacang panjang2,7 
Sawi                  2,3 
Selada               1,2 
Seledri              1,0 
Taoge                2,9 
Tomat               1,0-2,0 
Wortel              1,2 
Jeruk                1,0 
Apel                 0,3 
Beras                7,3 
Gandum           12,2 
Kedelai             38,1  
Jagung              94 



Jamur mempunyai kandungan protein antara 1,75-5,9% dan berat basah. Protein dalam jamur dapat dianggap lengkap karena mengandung asam amino esensial. Asam amino ini disebut esensial karena tidak dapat dibentuk oleh tubuh manusia, tetapi sangat dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang cukup. Apabila kekurangan asam am~no esensial maka tubuh akan terganggu sistem metabolismenya. Asam amino esensial ada 9 macam yang kesemuanya terdapat di dalam jamur. Kesembilan asam amino esensial tersebut yaitu lysin, methionin, tryptophan, theonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan phenilalanin. 



Kandungan asam amino esensial dalam beberapa jenis jamur dapat dilihat pada Tabel. Kandungan asam amino esensial tersebut juga dibandingkan dengan kandungan yang terdapat dalam telur ayam. Dengan melihat perbandingan tersebut, tampak bahwa kandungan asam amino di dalam jamur tidak jauh berbeda dengan kandungan asam amino dalam telur ayam. 


2) Lemak 

Kandungan lemak beberapa jenis jamur sekitar 1,1-8,3% . dari berat kering nya. Sekitar 70% dan asam lemak dalam jamur merang merupakan asam lemak tak jenuh. Adapun dalam jamur kancing 69% asam lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ini sangat dibutuhkan tubuh dan tidak berbahaya bila terdapat dalam 1 6 jumlah besar. Hal ini berbeda dengan asam lemak jenuh yang biasanya terdapat pada hewan. Dalam jumlah besar, asam lemak jenuh dapat membahayakan kesehatan. 

kandungan gizi jamur

3) Vitamin 

Vitamin sangat dibutuhkan oleh tubuh walaupun dalam jumlah sedikit. Vitamin yang terdapat dalam jamur merupakan vitamin B, seperti thiamin, niasin, dan riboflavin. Adapun kandungan vitamin dalam jamur kancing dan jamur merang adalah sebagai berikut. 



Kandungan Vitamin Jamur 

kandingan gizi jamur







4) Karbohidrat dan serat 

Karbohidrat yang terdapat dalam jamur antara lain pentosa; methilpentosa, dan hexosa. Yang menarik dan karbohidrat jamur adalah polisakarida yang diekstrak dari tubuh buah jamur mampu menghambat pertumbuhan tumor. Kandungan serat pada jamur merang 4-20% dan pada jamur kancing 10,4%. Adanya serat sangat diperlukan tubuh dalam membantu pencernaan. Bagi penderita diabetes, makanan yang kaya serat sangat diperlukan untuk menyeimbangkan kadar gula darah dan mampu menurunkan kemampuan menyerap glukosa. 

5) Mineral 

Jamur merupakan sumber mineral yang bagus. Kandungan mineral terbesar pada jamur yaitu potasium, fosfor, sodium, kalsium,  dan magnesium. Adapun mineral besi, seng, tembaga, dan mangan terdapat dalam jumlah kecil.  

6) Kandungan obat 

Selain sebagai bahan pangan, jamur kompos bermanfaat sebagai obat. Hal ini telah lama dilakukan oleh orang Cina, Jepang, dan Korea. Meskipun tidak sebanyak pada jamur obat, jamur kompos juga mengandung fraksi aktif biologi yang mampu berperan sebagai obat. Fraksi aktif biologi biasanya berasosiasi pada dinding sel jamur. Jamur dapat menurunkan kadar kolesterol low density lipoprotein (LDL) yang membahayakan tubuh manusia. Jamur juga memiliki kemampuan sebagai anti-virus dan anti-bakteri. 

c. Cara Berkembang Biak Jamur Kompos 

Tahap perkembangan jamur dibagi menjadi tiga yaitu tahap pertumbuhan miselium, tahap pembentukan tubuh buah, dan tahap pelepasan spora. Pertumbuhan dimulai dari spora yang dihasilkan oleh basidiospora. Spora • berukuran sangat kecil, tetapi bila dalam jumlah banyak tampak seperti asap atau abu. Bila jatuh pada tempat yang cukup.makanan dan lingkungan yang cukup mendukung, spora akan berkecambah menjadi hifa. Hifa ini tampak seperti benang-benang. Kumpulan dari hifa disebut miselium. 



Fase pertumbuhan miselium dipengaruhi oleh kadar karbondioksida, suhu. ketersediaan makanan, kadar air, dan persaingan dengan organisme lain. Pada waktu fase pertumbuhan miselium, karbondioksida yang diperlukan lebih besar jika dibandingkan dengan fase pembentukan tubuh buah. Suhu yang diperlukan pada tahap pertumbuhan miselium untuk jamur merang lebih tinggi, yaitu 30-35° C, dibandingkan dengan suhu yang diperlukan • untuk pertumbuhan miselium jamur kancing, 22-25°C . 



Fase selanjutnya adalah pembentukan tubuh buah. Pertemuan hifa yang kompatibel dan kondisi lingkungan yang mendukung akan menyebabkan terjadinya perkawinan. Hasil dari perkawinan tersebut adalah terbentuknya primodia atau calon tubuh buah.

fase perkembangbiakan jamur
fase perkembangbiakan jamur






Kemampuan jamur untuk berubah dan fase pertumbuhan miselium ke pembentukan tubuh buah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yang mempengaruhi adalah sifat genetik, hormon, dan molekul kimia lain. Adapun faktor eksogen yang mempengaruhi adalah suplai oksigen yang cukup, kelembaban, suhu, cahaya matahari, serta ketersediaan makanan. 

Suhu yang dibutuhkan untuk pembentukan tubuh buah jamur merang sekitar 27-30°C, sedangkan suhu untuk memacu pembentukan tubuh buah jamur kancing sekitar 16-18° C. Kelembaban pada saat pembentukan tubuh buah sekitar 80%, baik untuk jamur merang maupun jamur kancing. 

Dari primodia kemudian akan berkembang menjadi tubuh buah. Stadia pertama berupa stadia kancing, kemudian berkembang memasuki stadia telur dan akan mengalami pemanjangan sehingga terbentuk tubuh buah yang mekar sempurna. Proses pemanjangan pada jamur merang, tudung terangkat ke atas sehingga selubung universal yang membungkus seluruh tubuh buah tercabik. Selubung universal yang sobek tertinggal di bagian bawah tangkai dan membentuk seperti cawan. Pada jamur kancing, selubung universal tidak terbentuk, sisi dan 21 pembesaran tudung dihubungkan dengan batang oleh selubung dalam. Pada waktu tubuh buah bertambah besar, selubung akan tercabik dan melekat pada batang sehingga berbentuk seperti cincin. Tubuh buah yang telah mekar sempurna akan menghasiikan spora. Spora yang telah masak akan dilepaskan dari tubuh buah. 7 CARA BUDI DAYA JAMUR DAN BISNIS JAMUR

Penyiapan Sarana Produksi 

Sebelum melangkah dalam tahap budi daya, persiapan sarana produksi sangatlah perlu, Dengan adanya dukungan sarana yang memadai maka proses budi daya pun akan • dapat berjalan dengan baik.  
a. Pemilihan Lokasi 
Pemilihan lokasi merupakan syarat awal dalam melakukan budi daya jamur. Berbagai syarat yang diperlukan sebagai berikut. 
  1. Lokasi perlu dipilih sesuai dengan syarat tumbuh jamur, Syarat tumbuh yang utama adalah suhu. Oleh karenanya, lokasi disesuaikan dengan suhu lingkungan. Jamur merang yang membutuhkan suhu 30-35° C sesuai dibudidayakan di dataran rendah. Adapun jamur kancing memerlukan suhu 16° C sehingga cocok dibudidayakan di dataran tinggi. Apabila kondisi lokasi sesuai dengan syarat tumbuh jamur berarti dapat menekan biaya yang dibutuhkan guna menciptakan lingkungan yang sesuai. 
  2. Lokasi harus cukup bersih, jauh dari pabrik atau pembuangan limbah berbahaya. Hal ini bertujuan untuk menghindari jamur dari hama, penyakit, dan kontaminasi senyawa yang berbahaya. Jamur mempunyai kemampuan menyerap logam berat meskipun konsentrasi nya kecil. 
  3. Untuk menghemat biaya produksi, sebaiknya tempat budi daya dekat dengan sumber bahan baku. 
  4. Lokasi harus dekat dengan sumber air. Sumber air harus tersedia dalam keadaan cukup, bersih, dan tidak tercemar. Hal ini penting karena air merupakan kebutuhan yang sangat penting terutama pada saat proses pembuatan media dan masa pembentukan tubuh buah. 
  5. Usaha budi daya dalam skala besar membutuhkan listrik. untuk menggerakkan mesin-mesin produksi, memompa air, membantu dalam sirkulasi udara, dan menerangi ruangan. Oleh karenanya, disarankan agar lokasi yang dipilih mudah dalam mendapatkan instalasi listrik. 


b. Rumah Jamur 

Tempat untuk budidaya jamur atau yang . umum disebut rumah jamur ada dua macam, yaitu rumah jamur skala industri besar dan rumah jamur sederhana. Rumah jamur skala industri besar berbentuk seperti bangunan pabrik. Rumah jamur ini tidak dibahas di sini karena pembangunan rumah ini membutuhkan investasi yang tinggi. Adapun rumah jamur sederhana berbentuk kumbung. Investasi rumah kumbung ini lebih kecil sehingga cocok digunakan untuk budi daya jamur skala kecil atau industri menengah. 

Selain investasi nya kecil, pemilihan rumah jamur bentuk kumbung memiliki manfaat yang lain. Manfaat tersebut antara lain 
  1. melindungi jamur dan kondisi lingkungan luar yang kurang mendukung, misalnya angin yang terlampau kencang.
  2. memudahkan pengelolaan iklim mikro di dalam kumbung, 
  3. menghemat lahan karena dapat disusun dengan menggunakan rak, dan 
  4. saat budi daya tidak tergantung pada musim. 


Budi daya jamur merang maupun jamur kancing biasanya menggunakan rumah jamur (kumbung) sistem semi permanen. Sistem semi permanen di sini maksudnya bahan rumah yang digunakan dari bahan yang sederhana sehingga akan mudah dipindahkan dan daya tahannya tidak begitu lama. Adapun bagian-bagian rumah kumbung tersebut sebagai berikut. 
  1. Dindingnya terbuat dan bilik bambu yang dilapisi plastik. 
  2. Permukaan lantai sebaiknya disemen untuk memudahkan dalam merawat kebersihan kumbung. Apabila tidak disemen, tanah sebaiknya dilapisi dengan pasir dan kapur. 
  3. Dalam budi daya jamur merang, sterilisasi dilaksanakan dalam rumah jamur maka di dalam rumah jamur dilengkapi dengan pipa yang diberi lubang-lubang kecil. Jarak antara lubang sekitar 20 cm. Kegunaan dari pipa tersebut adalah untuk mengalirkan uap air panas pada saat proses sterilisasi. 
  4. Atap bangunan dapat terbuat dan rumbia yang dilapisi plastik pada bagian dalamnya. 
  5. Untuk mengatur sirkulasi udara kumbung dilengkapi dengan jendela. 

Jika dibandingkan dengan budi daya jamur merang, budi daya jamur kancing biasanya dilaksanakan dalam skala yang lebih besar sehingga investasi yang diperlukan juga lebih besar. Di luar negeri, pembuatan rumah jamur kancing dibuat permanen layaknya seperti pabrik dan dilengkapi dengan mesin-mesin yang lebih memudahkan kerja manusia. Di Indonesia, rumah jamur kancing masih berupa rumah kumbung dengan dinding dari plastik dan dilengkapi dengan jendela. Apabila proses sterilisasi tidak dilakukan dalam rumah jamur, maka harus disediakan satu ruangan khusus untuk sterilisasi. 

Ukuran rumah jamur untuk jamur kancing juga lebih besar bila dibandingkan dengan jamur merang. Ukuran rumah kumbung untuk jamur merang dengan panjang 6-8 m, lebar 5,5-6 m, dan tinggi 3-4 m. Adapun ukuran kumbung untuk jamur kancing yaitu panjang 12 m, lebar 18 m, dan tinggi 3,6 m. Selain rumah jamur, dalam budi daya jamur harus dilengkapi dengan ruangan untuk menyimpan bahan baku, ruangan untuk menyiapkan media, dan ruangan pascapanen. Ruangan ini dapat dibuat seperti kumbung juga atau berbentuk bangunan (gudang). 

c. Peralatan yang Dibutuhkan 

Kebutuhan peralatan biasanya disesuaikan dengan besarnya skala usaha. Adapun skala usaha jamur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu 
  1. skala kecil hanya menggunakan satu kumbung (6 x 8 m2) dengan kapasitas produksi (total produksi) 200- 250 kg, 
  2. skala menengah/sedang menggunakan 2-5 kumbung dengan kapasitas produksi 400-1250 kg, 
  3. skala besar menggunakan lebih dari 5 kumbung dengan kapasitas lebih dan 1250 kg. 


Budi daya jamur kompos dalam skala kecil dan menengah memerlukan peralatan seperti:  
  1. sekop, sekop garpu, terpal plastik, dan parang untuk menyiapkan media; 
  2. drum sebagai tempat air dan bahan bakar untuk sterilisasi; 
  3. sprayer untuk pengabutan dalam pemeliharaan; dan 
  4. keranjang dan pisau untuk membersihkan jamur saat pascapanen. 


Peralatan yang digunakan untuk budi daya jamur kompos skala besar (biasanya jamur kancing) berupa mesin- mesin misalnya untuk mengangkut bahan, memotong jerami, pada proses sterilisasi menggunakan boiler, dan  menggunakan lori untuk memudahkan pengangkutan pascapanen. 7 CARA BUDI DAYA JAMUR DAN BISNIS JAMUR

Pembuatan Bibit 

Pembuatan bibit biasanya dilakukan oleh staf di laboratorium perguruan tinggi, lembaga penelitian, atau industri jamur dalam skala besar. Hal ini disebabkan pembuatan bibit memerlukan investasi yang cukup besar dan keahlian yang khusus. Pembuatan bibit jamur merang dan jamur kancing pada prinsipnya hampir sama. Pembuatan bibit ada dua metode yaitu metode kultur spora dan metode kultur jaringan. 

Metode kultur spora adalah pembuatan bibit jamur dengan mengisolasi atau menumbuhkan spora. Dengan metode ini akan dihasilkan bibit yang sangat bervariasi dan tingkat keberhasilan yang kecil. Hasil ini akan menguntungkan bila kita melakukan penelitian karena ada kemungkinan untuk mendapatkan strain baru (tetapi ditemukannya strain baru harus melalui uji seleksi dahulu). Namun, dari segi bisnis, hal ini kurang menguntungkan karena kualitas bibit (produksi) akan sangat bervariasi. 

Metode kultur jaringan merupakan pembuatan bibit jamur dengan cara mengisolasi sebagian jaringan tubuh jamur. Dengan metode ini akan dihasilkan bibit yang seragam dan tingkat keberhasilan nya lebih besar. Oleh karenanya, metode ini lebih dipilih bila akan usaha budi 29 I [ daya jamur. Narnun, investasi awal (peralatan) untuk melakukan metode ini sangat besar. 

Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai metode kultur jaringan. Pembuatan bibit dengan metode kultur .jaringan biasanya dilakukan dalam laboratorium karena penata laksanaan nya dilakukan dalam keadaan steril. Peralatan yang dibutuhkan di dalam laboratoriurn untuk pembuatan bibit sebagai berikut . 
  1. Laminar flow (kotak inokulasi) digunakan untuk proses penuangan media dan proses inokulasi. Di dalam laminar flow dilengkapi dengan lampu ultra violet yang berfungsi untuk mensterilkan ruangan dalam laminar flow, 
  2. Autoklaf digunakan untuk mesterilkan alat-alat yang digunakan dalam proses inokulasi. 
  3. Almari digunakan untuk menyimpan bahan dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan bibit. 4. Inkubator (alat yang suhu di -dalamnya dapat diatur) digunakan untuk menumbuhkan bibit. 
  4. Labu erlenmeyer digunakan untuk mencampur bahan. 
  5. Tabung reaksi dan cawan petri yang telah diberi bibit. 
  6. Lampu bunsen digunakan untuk mengurangi kontaminasi dari luar pada saat proses inokulasi. 
  7. Pinset dan skapel digunakan untuk memotong jaringan jamur yang akan diinokulasikan. 



Pembuatan bibit kultur jaringan ada tiga tahap, yaitu bibit kultur murni pada PDA, bibit induk pada biji-bijian, dan bibit siap semai. 

 a. Bibit Kultur Murni  pada PDA 

Untuk menumbuh biakkan digunakan bahan potato dextro agar (PDA). PDA yang sudah jadi dapat dibeli di toko bahan kimia. PDA juga dapat dibuat sendiri dengan ' bahan sebagai berikut. 
1. Kentang 200 g 
2. Dekstrosa 20 g 
3. Agar-agar 20 g 
4. Air aquades 1000 ml 

Cara membuat PDA sebagai berikut. 
  1. Kentang dicuci, dikupas, dan dipotong kecil-kecil setebal 1 cm. Kemudian, kentang direbus dengan menggunakan air aquades. Bila air rebusan tinggal setengahnya, potongan kentang diambil. 
  2. Air rebusan kentang ditambah dengan dekstrosa dan agar-agar. Campuran bahan tersebut direbus hingga mendidih. 
  3. Setelah mendidih, campuran bahan di tuang pada tabung reaksi atau cawan petri. 
  4. Tabung reaksi atau cawan petri disterilisasi dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 ° C dan tekanan 1  atm. 
  5. Setelah di sterilisasi, ta bung reaksi diletakkan miring dan di dingin kan .


Setelah PDA dingin, dilanjutkan dengan proses inokulasi. Proses inokulasi dilakukan di dalam laminar flow. Sebelum digunakan, lampu UV di dalam laminar flow dihidupkan terlebih dahulu selama satu jam untuk mematikan mikro organisme, kemudian dimatikan. Setengah jam setelah lampu UV dimatikan, laminar flow baru dapat digunakan. Hal ini bertujuan agar efek lampu UV tidak mengenai manusia. Semua peralatan yang digunakan dalam proses inokulasi perlu disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan autoklaf. 

Jaringan jamur yang akan di inokulasi kan diambil dari tubuh buah jamur yang berukuran cukup besar dan tidak terserang hama dan penyakit. Jamur terse but disiapkan secara aseptik yaitu dibersihkan dengan alkohol. Kemudian, [amurdibelah dengan menggunakan skapel dan diambil jaringan pada bagian tengah tubuh buah. J aringan tersebut diletakkan pada PDA yang telah dingin. ,/ Media PDA yang telah diinokulasi disimpan pada inkubator pada suhu 28°C. Setelah lima hari dari proses• inokulasi, di sekitar jaringan akan menunjukkan adanya pertumbuhan hifa yaitu benang-benang putih. Hifa ini akan berkembang dan menyebar ke seluruh permukaan PDA. 

Bibit kultur murni dapat disimpan pada suhu 5-100°C, tetapi bila akan digunakan, perlu di kondisi kan terlebih dahulu pada suhu kamar sehingga sifat pertumbuhannya • akan aktif kembali. 32 Bibit kultur murni yang baik dicirikan dengan pertumbuhan miselium yang menyebar merata, tidak ter kontaminasi mikro organisme lain (bila ter kontaminasi cendawan akan tampak warna abu kehijauan dan bila terkena bakteri akan tampak cairan berlendir). Bibii-kultur murni yang baik dicirikan dengan pertumbuhan miselium yang merujebar merata 

b. Bibit Induk pada Biji-bijian Setelah seluruh permukaan PDA ditumbuhi hifa, tahap berikutnya yaitu pembuatan bibit pada biji-bijian. Bahan media yang digunakan yaitu biji-bijian shorgum atau jewawut 50() g, kapur 2,5 g, bekatul 50 g, dan air. Adapun pembuatan media tersebut sebagai berikut. 
  1. Biji-bijian dicuci dan direndam selama 24 jam. Biji yang. tidak bernas (mengapung pada permukaan air) sebaiknya dibuang. • . 
  2. Biji-bijian tersebut direbus sarnpai agak mekar. Selanjutnya, ditiriskan dan dicampur dengan bekatul dan kapur secara merata. Diusahakan kadar airnya sekitar 45% (media basah, tetapi bila diangkat tidak meneteskan air). 
  3. Bahan campuran dimasukkan dalam botol dan disterilisasi dengan autoklaf selama 30 menit pada suhu 121°C dengan tekanan 1 atm. 


Setelah dingin, media biji-bijian tersebut diinokulasi • dengan bibit dari PDA dengan cara mengambil kira-kira 1 x 1 cm media PDA yang telah ditumbuhi hifa dan diletakkan di permukaan media biji-bijian. Setelah itu, botol ini diletakkan dalam inkubator pada suhu 28° C. Nantinya, dalam botol media biji-bijian akan tumbuh hifa (bibit). Apabila tidak ada kontaminasi, berarti bibit induk tumbuh dengan baik. 

c. Bibit Siap Semai 

Biasanya bibit yang dijual ke petani adalah bibit siap semai. Bibit ini berasal dari bibit induk yang diinokulasikan ke media jerami yang telah dikomposkan. Bahan media nya . berupa jerami 5000 g, bekatul 1000 g, kapas 100 g, dan kapur 50 g. Cara pembuatannya sebagai berikut. 
  1. Kapas direndam dalam air selama satu hari. 
  2. Jerami dipotong-potong sekitar 10 cm, lalu dicuci dan ditiriskan. 
  3. Jerami dicampur dengan bahan lain (bekatul, kapas, dan kapur) secara merata dan kemudian dikomposkan selama 10 hari. 
  4. Dalam proses pengornposan, perlu dilakukan beberapa kali pembalikan supaya proses pengomposan dapat merata. 
  5. Media yang sudah dikomposkan dimasukkan dalam kantung plastik dan disterilisasikan dalam autoklaf selama 1 jam pada suhu 121° C dan tekanan 1 atm. 


Setelah steril dan dingin, media tersebut diinokulasi dengan bibit induk dan media biji-bijian. Caranya dengan mengambil satu sendok teh media biji-bijian yang telah ditumbuhi hifa dan diletakkan di atas permukaan bibit siap semai. Setelah miselium tumbuh merata pada jerami dan tidak ada kontaminasi maka bibit siap semai ini dapat digunakan. 7 CARA BUDI DAYA JAMUR DAN BISNIS JAMUR

Budidaya Jamur Kompos 

Bibit jamur yang telah diperoleh, baik dari membeli atau membibitkan sendiri, dapat segera di budidaya. Apabila pembibitan jamur merang dan jamur kancing sama maka tidak demikian dengan budi dayanya. Oleh karenanya, budi daya kedua jenis jamur tersebut diuraikan secara terpisah.  

1. Budi Daya Jamur Merang 

Tahapan budi daya jamur merang mencakup pembuatan kompos, sterilisasi, penanaman bibit, penumbuhan tubuh buah, dan pemanenan. 

a. Pembuatan kompos 

Telah dijelaskan di muka bahwa jamur merang dapat turnbuh dengan baik di media yang telah dikomposkan. Pengomposan dilakukan dengan tujuan untuk . mengaktifkan mikroflora termofilik, misalnya bakteri dan fungi yang akan merombak selulosa, hemiselulosa, serta lignin sehingga lebih mudah dicerna oleh jamur. Selama proses pengomposan akan timbul panas yang dapat mematikan organisme pesaing yang merugikan bagi pertumbuhan jamur. 

Sebagai bahan baku tempat (media) tumbuhnya jamur merang yaitu jerami. Bahan baku ini dapat dipadukan dengan limbah pertanian yang tersedia di sekitar lokasi budi daya, misalnya kapas bekas dari pemintalan benang, ampas aren, ampas tebu, kardus bekas, atau eceng gondok yang telah dikeringkan. Bahan tambahan lain yang diperlukan yaitu bekatul sebagai sumber karbohidrat, kapur untuk menetralkan media, dan kotoran ayam dapat ditambahkan untuk meningkatkan kadar nitrogen dalam media. Adapun secara lengkap komposisi media untuk budi daya merang dengan total produksi 450 kg sebagai berikut. 
1) Jerami kering 2 ton 
2) Bekatul 400 kg 
3) Kapur 300 kg 
4) Kapas bekas pemintalan 300 kg 
5) Urea 2 kg 
6) Kotoran ayam 100 kg 

Pembuatan kompos dapat dilakukan di dalam ruangan atau di ruangan yang beratap, walaupun tidak berdinding. Permukaan bawah tempat kompos sebaiknya disemen atau dilapisi plastik/terpal. Dalam pembuatan kompos, bahan-bahan di atas dibagi dua, yaitu satu bagian di kompos kan tersendiri (media utama saja) dan satu bagian lagi diberi media tambahan, lalu di kompos kan (media utama +media tambahan). Setelah kedua kompos tersebut selesai, kedua macam kompos tersebut dicampur secara merata. Adapun langkah-langkah pembuatan media kompos (media utama) sebagai berikut.      1) Jerami yang telah kering dipotong sekitar 10 cm. 
2) Jerami dicuci dengan air mengalir selama satu jam, kemudian ditiriskan. 
3) Bekatul, kapur, kotoran ayam, dan urea di campur hingga merata. 
4) Potongan jerami disusun setebal 10 cm dan di atasnya ditaburi campuran bekatul, kapur, kotoran ayam, dan urea. 
5) Di atas lapisan no. 4) diberi lapisan yang sama, yaitu potongan jerami setebal 10 cm, lalu ditaburi campuran bekatul, kapur, kotoran ayam, dan urea. Lapisan ini dibuat terus hingga ketinggian 1,5 m. Ketinggian jerami akan berpengaruh pada panas yang dihasilkan. Dengan ketinggian tersebut, suhu yang dihasilkan akan semakin tinggi sehingga pengomposan akan berjalan sempurna. 
6) Susunan lapisan setinggi 1,5 m ditutup dengan plastik untuk mengaktifkan mikroorganisme yang membantu proses pengomposan. 
7) Pada hari keempat dan kedelapan pengomposan, media dibalik. Pembalikan media bertujuan supaya proses fermentasi dapat merata. 
8) Pengomposan selesai pada hari kesepuluh. Media tambahan seperti kapas atau ampas aren sebaiknya dikomposkan tersendiri, tetapi dalam waktu yang bersamaan. Tujuan pemberian media tambahan ini untuk meningkatkan hasil produksi sekaligus untuk memanfaatkan limbah yang ada di Sekitar lokasi. 

Proses kompos media utama + media tambahan tidak berbeda dengan pengomposan hanya media utama saja, Perbedaannya hanya pada lapisan jerami (di atasnya) diberi kapas atau ampas aren. Dengan demikian, susunannya menjadi jerami, di atasnya diberi kapas atau ampas aren, kemudian campuran dari bekatul, kapur, urea, dan kotoran ayam. Begitu seterusnya disusun secara berselang-seling hingga 1,5 m. Lalu, ditutup dengan plastik/terpal. 

Jerami yang telah menjadi kompos umumnya dicirikan dengan: 
1) tidak berbau amoniak, 
2) warna kompos cokelat sampai hitam, 
3) teksturnya lunak, 
4) kadar airnya 65% yang diukur dengan cara memijitnya, bila terasa basah tetapi tidak menetes, berarti kadar airnya telah sesuai, 
5) pH kompos 7-7,5. 

b. Sterilisasi 


Media yang telah dikomposkan kemudian disusun dalam rak setebal 20 cm, proses selanjutnya adalah sterilisasi. Tujuan dari proses sterilisasi ini adalah mematikan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan pertumbuhan jamur dan menghilangkan bau amoniak. Proses sterilisasi dengan cara mengalirkan uap air panas selama 8 jam dengan suhu 700 C ke dalam kumbung yang sudah diisi media. Pada saat proses sterilisasi berlangsung sebaiknya seluruh celah pada kumbung ditutup rapat. 

c. Penanaman bibit 

Setelah proses sterilisasi selesai, suhu kumbung dibiarkan turun sampai suhu 30°C. Pada suhu tersebut, segera dilakukan penanaman bibit. Penanaman bibit dilakukan pada suhu 30°C bertujuan mencegah tumbuhnya jamur kontaminan karena media sudah didominasi terlebih dahulu oleh jamur yang kita tanam. Penanaman bibit dilakukan dengan cara menebarkan bibit siap semai ke permukaan dan lapisan tengah media. Bibit sebanyak 300 g dapat dipergunakan untuk luasan satu meter persegi. Jumlah bibit yang diberikan tidak berpengaruh pada hasil, tetapi berpengaruh pada penekanan tumbuhnya jamur atau cendawan kontaminan. 

Selain dengan kepadatan bibit, pertumbuhan cendawan kontaminan dapat dicegah dengan steri nya peralatan maupun tangan pekerja (penanam). Aga teril, peralatan dapat dibersihkan dengan alkohol. . 

d, Penumbuhan tubuh buah 

Setelah penanaman bibit, tahap berikutnya adalah masa inkubasi yaitu masa penumbuhan miselium. Pada saat masa inkubasi, pintu dan jendela kumbung ditutup rapat karena oksigen yang dibutuhkan hanya sedikit sekali. Dengan kondisi yang tertutup tersebut, suhu ruangan yang dipertahankan pada kisaran 30-35° C. Pengontrolan suhu dan pemeriksaan adanya kontaminan harus selalu dilakukan. Apabila terjadi 40 kontaminasi, media yang ditumbuhi cendawan atau jamur lain harus segera dibuang. Pada hari keempat dari pemberian bibit, masuk masa generatif yaitu penumbuhan calon tubuh buah. Pada fase ini jendela dibuka s~paya cahaya matahari. dan sirkulasi udara dapat berjalan baik. Hal ini dilakukan untuk memacu terbentu knya tubuh buah. Untuk terbentuknya tubuh buah diperlukan kadar karbondioksida kurang dari 0,08-.0,05%. Kelembaban yang dibutuhkan pada saat penumbuhan tubuh buah 80-90%. Kelembaban ini dapat diukur dengan melihat tingkat kebasahan media. Media tidak boleh kering, tetapi juga tidak terlalu basah. Kadar air media yang cukup ditandai dengan tidak meneteskan air bila media di pijit. 

e., Pemanenan 


Apabila kondisi media maupun lingkungan cukup baik, jamur dapat dipanen pada hari ke-10 hingga hari ke-14 dari pemberian bibit. Jamur merang yang dipanen adalah jamur dalam stadium kancing. Jamur merang yang payung nya sudah mekar tidak diminati oleh konsumen. Oleh karenanya, diusahakan waktu panen tidak terlambat. Pemetikan (panen) jamur harus hati-hati supaya tidak merusak miselium maupun calon tubuh buah yang lain. Panen dilakukan pada pagi dan sore hari selama tiga hari berturut turut, Setelah satu minggu kemudian, baru dapat dilakukan panen lagi. Dalam dua periode, hasil panen yang diperoleh sekitar 25-40% dari total produksi, Total panen berlangsung selama satu bulan. 

Rata-rata produksi satu kumbung berukuran 6mx8m sekitar 200-250 kg. Banyak sedikitnya hasil panen dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kualitas dari bibit termasuk di dalamnya sifat genetik bibit yang digunakan, kualitas media, proses sterilisasi, dan kondisi lingkungan. 

Jamur merang yang dipanen adalah jamur dalam stadium kancing 

Hasil panen umumnya sangat bervariasi dalam kualitasnya. Jamur merang yang dikatakan baik bila masih dalam stadia kancing, berdiameter sekitar 3-5 cm, berwarna  putih-cokelat muda, dan bentuknya tidak rusak karena terserang mikro organisme. Jamur dengan mutu yang baik ini dapat dipasarkan di pasar swalayan, tetapi sebelumnya bagian bawah yang kotor diiris dengan pisau agar bersih dan kemudian dikemas dalam plastik. Adapun jamur yang kurang berkualitas dapat dipasarkan di pasar tradisional. 

Jamur hasil panen ini sebaiknya segera dipasarkan karena daya tahannya tidak lama. Pada suhu kamar, jamur merang hanya bertahan 1-2 hari. sedangkan bila disimpan dalam lemari pendir gin dapat bertahan 3-4 hari. 
7 CARA BUDI DAYA JAMUR DAN BISNIS JAMUR


2. Budi Daya Jamur Kancing (Champignon) 


Langkah-langkah atau tahapan dalam budi daya jamur kancing tidak berbeda dengan jamur merang, hanya perlakuan dalam setiap tahapan tersebut berbeda. Secara - lengkap budi daya jamur kancing sebagai berikut. a. Pembuatan Kompos Media tanam yang digunakan untuk budidaya jamur champignon terdiri dari kompos dan tanah casing. Bahan baku kompos yang umum digunakan antara lain limbah ampas tebu, jerami, dan batang tanaman jagung. 

Dalarn praktek nya, bahan baku tersebut dapat dipakai sendiri-sendiri atau campuran dari ketiga bahan baku tersebut dengan perbandingan tertentu ditambah dengan bahan bantu seperti kotoran ayam, bungkil biji kapuk, bungkil kedelai, bekatul, urea, gipsum dan kapur. 

Sedangkan casing merupakan campuran tanah gambut (peat) yang berasal dari dasar rawa atau dari dalam tanah bekas rawa dan kapur perta-nian (CaCOs, lime stone). Tanah casing ini dilapiskan di atas kompos yang telah ditumbuhi miselium jamur, Kandungan nutrisi cha.apignon adalah air 43 90 persen, protein 3,5 persen, lemak 0,3 persen, karbohidrat 4,5 persen, mineral 15, kalori 25, Vit Bl 0,12 mg/g, Vit B 0,52 mg/g, Vit C 8,60 mg/g, Niacin 5,85 mg/g, dan asam pantotenat 2,38 mg/ g. 

Pembuatan kompos sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang bersih. Bahan-bahan yang digunakan dalam budi daya jamur kancmg hampir sama dengan jamur merang, yaitu jerami sebagai bahan baku utama. Karena dalam pertumbuhannya jamur kancing memerlukan 1,98% N, 0,62% P, dan 1,5% K, sedangkan jerami hanya mengandung kurang dan 1% N maka diperlukan tambahan suplai nitrogen dari kotoran unggas, kotoran kuda, atau urea. Adapun kebutuhan terhadap P dan K telah ter cukupi dalam jerami tersebut. Dalam komposisi media diperlukan penambahan kapur untuk mengatur pH media (pH yang diharapkan sekitar 7). Gipsum juga dapat ditambahkan untuk memberi struktur granulasi sehingga media dapat meningkatkan kemampuan mengikat air. 

Ada beberapa contoh media dengan komposisi yang berbeda. Media-media ini hanya merupakan variasi saja sehingga semuanya memberikan dampak yang sarna terhadap perkembangan jamur. Media tersebut antara lain sebagai berikut. 

b. Media A 

Media A mempunyai komposisi sebagai berikut. 
1) Jerami 6 ton
2) Bekatul 180 kg
3) Kapur 150 kg
4) ZA 60 kg
5) Urea 50 kg

Cara pembuatan atau pengomposan media A sebagai berikut. 
1) Jerami dipotong-potong, lalu dicuci dan ditiriskan. Waktu penirisan jangan terlalu lama, diusahakan hingga kelembaban jerami sekitar 65% (masih basah, tetapi tidak menetes). 
2) Jerami disusun setinggi 10 cm, lalu di atasnya diberi dengan campuran kapur dan bekatul. Lapisan ini dibuat berselang-seling hingga setinggi 1,5 m, kemudian ditutup rapat dengan plastik/terpal. 
3) Pada hari kedua, kompos dibalik dan ditambankan urea. 
4) Pada hari keenam, dilakukan pembalikan lagi dengan penambahan ZA. 
5) Pada hari ke-12 dan ke-14, kompos dibalik saja. 
6) Pengomposan dikerjakan selama 17 hari. 

Kompos yang telah jadi atau yang baik dicirikan dengan warnanya yang gelap, tidak berbau amoniak, strukturnya remah, dan mempunyai pH 7. 45 

 c. Media B 
Komposisi media B sebagai berikut. 
1) Jerami 6 ton 
2) Bekatul 180 kg 
3) Kotoran ayam 600 kg 
4) Urea 50 kg 
5) ZA 60 kg 
6) TSP 70 kg 

Cara pembuatan atau pengomposan media B sebagai berikut. 
1) Jerami dipotong-potong, lalu dicuci pada air mengalir dan ditiriskan. 
2) Jerami kemudian disusun setelah 10 cm, lalu di atasnya diberi campuran bekatul dan kotoran ayam. Lapisan ini disusun berselang-seling hingga tinggi seluruh • lapisan J ,5 m. Setelah itu, ditutup rapat dengan plastik/ terpal. 
3) Pada hari ke-2, tumpukan kompos dibalik dan ditambah ZA. 
4) Pada hari ke-7, tumpukan kompos dibalik dan diberi tambahan urea dan TSP. 
5) Pada hari ke-9 dan ke-12, dilakukan pembalikan kosong atau tanpa ditambah bahan lain. 
6) Media menjadi kompos setelah 17 hari dengan ciri-ciri sama dengan kompos media A. 


d) Media C 

Komposisi media C tidak jauh berbeda dengan komposisi media A dan media B, lebih jelasnya komposisi nya sebagai berikut. 
1) Jerami 6 ton 
2) Kotoran kuda 500 kg 
3) Bekatul 180 kg 
4) Urea 50 kg 
5) Kapur 25 kg 

Pembuatan media C juga tidak jauh berbeda dengan • pembuatan media yang lain. Jerami yang sudah dipotong dan dicuci, lalu disusun bergantian dengan campuran kapur dan kotoran kuda. Pada hari kedua, media dibalik dan ditambah urea. Pada hari keempat, media dibalik dan ditambah bekatul. Pada hari ke-c dan ke-.12, dilakukan pembalikan saja. 


e) Sterilisasi 

Setelah pengomposan, media disusun dalam wadah setebal 15-20 cm. Proses berikutnya adalah sterilisasi media. Sterilisasi dilakukan dengan mengalirkan uap air panas selama 10 jam dengan suhu puncak 65-70° C. Setelah itu, suhu dipertahankan pada 50" C selarna 50 jam. Apabila budi daya jamur kancing dilakukan dalam skala besar, sterilisasi media dilakukan dengan sistem tunnel yaitu sterilisasi dalam ruangan khusus. 


f) Penanaman bibit 

Setelah proses sterilisasi, media diberi bibit. Bibit ditaburkan di bagian tengah dan atas media. Rumah jamur kemudian ditutup rapat, suhu ruangan diatur pada kisaran 22-25°C, kelembaban antara 80-85%. dan co2 yang ideal sekitar 4%. Kondisi lingkungan tersebut tidak menjadi masalah bila tempat budi dayanya di dataran tinggi. Namun, bila kelembaban nya berkurang dapat dilakukan penyiraman lantai kumbung. Sirkulasi udara harus selalu menyebarkan secara merata tanpa mengambil udara dan luar. artinya untuk pengatur sirkulasi ini diperlukan kipas angin. 

Dua minggu dari pemberian bibit, di permukaan media akun terlihat miselium yang tumbuh. Proses selanjutnya adalah casing yaitu proses pelapisan tanah setebal 2,5-5 cm di atas kompos yang telah ditumbuhi miselium. 

Fungsi dilakukan casing antara lain: 
1) membantu menegakkan berdirinya jamur, 
2) menstimulasi pembentuk kan tubuh buah karena setelah pelapisan tanah akan terbentuk
mikroklimat yang lembab, 
3) mencegah serangan hama dan penyakit, 
4) mengurangi kerusakan kompos dan miselium, dan 
5) membantu dalam penyimpanan air sehingga dapat 1. mencegah kompos menjadi kering. 

agar tujuan casing tercapai, tanah yang digunakan harus memenuhi syarat seperti berikut:
1) berpori sehingga mempunyai kapasitas untuk memegang air, 
2) pH tanah 6,2-8, serta 
3) bebas dan hama dan penyakit. 

Tanah jenis gambut merupakan tanah yang .memenuhi kriteria sebagai tanah untuk casing. Namun, pH tanah harus dinetralkan dengan penambahan kapur. Supaya bebas dari \ hama dan penyakit, tanah dapat disterilkan dengan pemberian formalin 40% atau disterilisasi dengan uap panas pada suhu 70° C selama 4 jam. Tanah yang sudah disterilisasi dapat disimpan selama 6-12 bulan di dalam kantung plastik yang ditutup rapat. 

Setelah proses casing, pintu dan jendela ditutup kembali. Namun, sirkulasi masih terus dilakukan (dengan bantuan kipas angin). Setelah proses casing, mulai dilakukan penyiraman.

Sekitar 15-17 hari dari proses casing, mulai dilakukan ventilasi yaitu memasukkan udara dari luar ke dalam rumah jamur dengan membuka pintu dari jendela. Suhu ruangan dibuat 16-18°C. Kondisi suhu ini dapat diperoleh dengan bantuan pendingin, penyiraman, atau membuka pintu dan jendela. Perlakuan ini bertujuan untuk menginduksi perubahan fisiologis dari pertumbuhan micelium ke pembentukan tubuh buah, mengganti CO yang dihasilkan oleh jamur dengan udara segar, dan membuang uap air. 


g) Pemanenan Primodia 

jamur akan tumbuh tiga minggu setelah pelapisan tanah. Sekitar 14 hari dari munculnya primodia, jamur kancing sudah siap dipanen. Pada saat panen, jamur pada stadium kancing yaitu jamur den-vm selubung yang masih tertutup, panjang tangkai sekitar 2 cm, dan diameter • tudung 2,5-6 cm. 
jamur kancing siap dipanen. 

Pemanenan yang baik dilakukan pada suhu lingkungan berkisar 15-16°C, kelembaban 80%, dan kadar karbondioksida 0,1%. Dengan kondisi lingkungan tersebut, diharapkan jamur tidak • rusak selama panen. panen seperti ini biasanya untuk produksi skala besar karena waktu panen yang memakan waktu lama. 

Umumnya, pangkal jamur yang dipanen dalam keadaan kotor. Untuk menjaga kebersihan dan menjaga mutu, sebaiknya bagian bawah ini diiris. Karena jamur kancing umumnya dipasarkan di pasar swalayan maka ukuran jamur pun tidak menjadi masalah. Sortasi hanya .dilakukan untuk membedakan besar atau kecilnya jamur, Setelah itu, jamur dikemas dengan menggunakan kotak plastik atau kardus.
7 CARA BUDI DAYA JAMUR DAN BISNIS JAMUR

Hama dan Penyakit Jamur


Keberhasilan dari suatu usaha budi daya antara lain terhindar nya tanaman budi daya dari serangan hama dan penyakit. Umumnya, serangan hama dan penyakit pada budi daya jamur dapat menyebabkan gagal nya budi daya tersebut maka sebaiknya sebelum terjadi serangan telah dilakukan pencegahan. 

Kunci dalam mencegah hama dan penyakit adalah menjaga kebersihan alat, bahan, dan ruangan. Usaha pencegahan lainnya dengan cara sebagai berikut. 
1) Proses sterilisasi media harus sempurna. Karena penyebab kontaminan seringkali juga berasal dan bahan baku media (seperti jerami maupun kotoran hewan) maka sterilisasi harus mencapai suhu yang dapat mematikan larva,telur, maupun hewan yang menyebabkan terjadinya kontaminan 

2) Penyiraman dilakukan secara tepat, tidak sampai terlalu basah dan air yang• digunakan merupakan air yang bersih. 

3) Temperatur dan ke lembab an sesuai dengan yang dibutuhkan. 

4) Pintu dan jendela diberi filter agar pada saat dibuka tidak memungkinkan untuk masuknya hama. 5) Lingkungan sekitar lokasi budi daya jamur harus bersih. 

Walaupun tetap diusahakan pencegahan, tetapi terkadang jamur masih tetap terserang hama atau penyakit. Oleh karenanya, perlu diketahui puia hama dan penyakit yang sering menyerari~~jamur kompos. 

Hama yang biasa menyerang pada jamur kompos antara lain sebagai berikut. 

1) Lycoriella solani dan Lycoriellh auripila 


Hama ini termasuk dalam famili Lycoridae. Bentuknya kecil seperti nyamuk,  mempunyai antena panjang, kepala berwarna hitam, sedangkan perutnya agak kekuningan. Hama betinanya mampu bertelur sebanyak 150-1.70 butir. Telur tersebut berwarna putih biasanya diletakkan pada permukaan kompos. Aktivitas hewan ini dimulai dari pagi sampai sore hari. Hama ini merupakan vektor atau pembawa mikro organisme yang membahayakan pertumbuhan jamur, Gejala serangannya ditandai dengan terlihat nya hama dan larva nya di permukaan kompos dan pada sudut rak. 


2) Megaselia nigra dan Megaselia heterata


Hama ini termasuk dalam famili Phoridae. Bentuknya juga seperti nyamuk. Hama betina mampu bertelur sebanyak 50 butir. Larva nya berwarna putih bening. Serangga ini menyerang pada bagian larvela jamur. Kehadiran hama dan larva nya dapat diketahui (terlihat jelas). Serangan hama ini dapat menyebabkan rusaknya jamur atau menurunnya kualitas jamur sehingga mengurangi selera konsumen. \


3) Heteropeza pygmaea dan Henna psalliotae 

Hama ini termasuk dalam famili Cecidomgyiidae. Larvanya berwarna putih. Fase dewasa berbentuk seperti nyamuk dan berukuran sekitar 1 mm. Hama betina mampu bertelur sebanyak 7 butir setiap 13 hari sekali. Heteropeza pygmaea merupakan vektor bagi bakteri. Kehadiran hama ini tampak jelas. Hama ini merupakan vektor bakteri yang menyebabkan batang jamur berwarna cokelat dan adanya cairan hitarn pada bagian lamela. 


4) Tyrophagus putrescentiae dan Linopodes antennaepes 

Hama Tyrophagus putrescentiae berupa kutu yang berwarna agak kemerahan dan tubuhnya ditumbuhi rambut-rambut yang cukup panjang. Sedangkan Linopodes antennaepes memiliki kaki depan yang sangat panjang tubuhnya berwarna cokelat kekuningan: Kutu-kutu ini , memakan miselium jamur sehingga jamur tidak tumbuh dan pada akhirnya mengurangi hasil panen. 


5) Aphelencoides composticola dan Dityylcnchus myceliophagus

Kedua hama ini merupakan cacing yang biasanya merusak dinding sd hifa jamur. Dengan demikian, jamur  tidak tumbuh dan panen pun dapat menjadi gagal. Lycoriella solani Tyrophagus Linopodes antennaepes Megaselia nigra Meteropeza pygmaea Berbagai jenis hama yang menyerang tanaman jamur Penyakit yang biasa menyerang jamur kompos sebagai berikut. 

1) Cendawan Cendawan yang sering menyerang yaitu Trichoderma sp .Gejala serangannya terlihat dan adanya bintik-bintik berwarna cokelat kemerahan pada tudungjamur. Kehadiran cendawan ini dapat mematikan jamur.
2) Virus Serangan virus menyebabkan perubahan bentuk tubuh buah (abnormal) misalnya tangkai memanjang dan tudungnya mengecil sehingga tampak seperti stik drum. Dengan demikian, kualitas jamur menurun dan hasil panen pun berkurang, 
3) Bakteri Jenis bakteri yang sering menyerang yaitu Bacterium arotouorum, Serangan dan bakteri ini menyebabkan terbentuknya bintik kuning pada tudung atau payung. Bintik kuning tersebut kemudian akan berubah menjadi cokelat, lalu menjadi hitam. 

Apabila telah tenjadi serangan hama dan penyakit sebaiknya masa panen dipersingkat dan dilakukan pembersihan total. Langkah ini dilakukan agar tidak ada hama dan penyakit yang tertinggal. Pengendalian dengan pestisida tidak disarankan karena jamur mernpunyai kemampuan untuk menyerap zat toxin yang besar .
7 CARA BUDI DAYA JAMUR DAN BISNIS JAMUR

Penanganan Pasca Panen 

Setelah dilakukan panen, jamur kompos masih memerlukan penanganan lebih lanjut. Penanganan pascapanen dilakukan agar jamur hingga di tangan konsumen tetap baik kualitasnya. Di pasaran pada umumnya, jamur kompos dapat ditemui dalam bentuk segar atau bentuk awetan. 

a. Bentuk Segar 

Jamur kompos seperti jamur merang dan jamur  kancing biasanya dijual dalam bentuk segar. Sebelum dipasarkan, jamur dibersihkan dahulu dari kotoran dengan cara mengiris nya, lalu disortasi berdasarkan ukurannya. Jamur merang yang kualitasnya baik dan jamur kancing biasanya dijual di pasar swalayan. Sedangkan jamur merang yang kualitasnya kurang dijual di pasar tradisional. Adapun jamur kancing jarang ditemui di pasar tradisional karena harganya yang mahal. 

Pada stadia kancing, jamur kompos dapat bertahan selama 4 hari bila ditempatkan pada temperatur kurang dari 16° C. Adapun pada suhu kamar hanya bertahan 1-2 hari. Oleh karena daya tahannya yang relatif pendek maka daya tahan jamur kompos dapat diperpanjang hingga 3-4 hari. 

Caranya, jamur dikemas dengan styrofoam atau kotak plastik kemudian disimpan dalam pendingin pada suhu 15° C. 


b. Bentuk Awetan 

Peluang untuk mengolah jamur menjadi bentuk awetan terbuka lebar karena mengingat jamur segar memiliki daya tahan yang tidak lama. Jamur kompos dapat diawetkan dalam bentuk kalengan, asinan, dan pasta jamur. 

1) Pengalengan 

Pengalengan merupakan cara terbaik dalam mengawetkan jamur kompos. Cara pengawetan dengan pengalengan sebagai berikut. 
a) Jamur dipilih yang seragam, kemudian dibersihkan tangkai dipotong dan dicuci. Untuk jamur kancing, dapat diolah dalam bentuk utuh atau diiris tipis-tipis. 
b) Jamur yang telah dicuci direndam dalam sodium metabisulfit 0,1% dan kalsium kiorida 2%. Kedua bahan kimia ini digunakan sebagai bahan pengawet. 
c) Jamur kemudian di-blanching dengan tujuan menghentikan aktivitas enzim. Caranya, jamur dimasukkan dalam air mendidih selama 5-10 menit. Setelah itu, suhu diturunkan sampai temperatur ruangan. 
d) Jamur selanjutnya dimasukkan dalam kaleng dan diberi NaCl 2% dan sodium metabisulfit 0,1%. 58 
e) Kaleng kemudian ditutup dan disterilisasi selama 35 menit pada suhu 1000 C. Cara sterilisasi dapat dengan cara. mengukus nya atau menggunakan alat sterilisasi. 
f) Tahap terakhir adalah kaleng didinginkan. 


 2) Pengasinan 

Metode pengasinan hampir sama dengan pengalengan yaitu sebagai berikut. 
a) Jamur dicuci dan di- blanching selama 5 menit. 
b) Setelah itu, jamur didinginkan dan dimasukkan dalam wadah, lalu ditambah NaC1 2% dan vitamin C. 
c) Kemudian dipasteurisasi selama satu jam, terakhir jamur didinginkan. 
d) Jamur dikemas dalam botol atau staples. 

7 CARA BUDI DAYA JAMUR DAN BISNIS JAMUR

3) Pasta jamur 

Pembuatan pasta jarnur dilakukan dengan mengeringkan jamur. Jamur yang telah kering direndam dalam larutan garam 50% selama 10 menit, kemudian ditiriskan. Jamur kemudian dihaluskan dengan cara di blender. Untuk meniriskan cairan, jamur diletakkan di atas kain. Setelah tidak ada cairan yang menetes, pasta dimasukkan ke dalam botol dan dikukus selama 1 jam. 

7 CARA BUDI DAYA JAMUR DAN BISNIS JAMUR
LihatTutupKomentar