Petani bawang. Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan rahmat-Nya penulisan artikel yang berjudul Budi Daya Ikan Hias ini dapat diselesaikan. Usaha ikan hias terutama yang berorientasi ekspor, merupakan salah satu kegiatan usaha perikanan yang cukup prospektif.Adanya kepastian pasar mancanegara menjadi jaminan berlangsungnya usaha tersebut.
Peluang sektor agribisnis yang berorientasi ekspor telah terbukti memiliki ketahanan ekonomi yang cukup tinggi di masa krisis ekonomi. Padahal sektor bisnis lain banyak yang jatuh bersamaan dengan turunnya nilai mata uang dan melambung nya harga barang impor. Dalam usaha ini terdapat banyak segmen mulai dari peternak sampai pedagang eceran. Agar semua segmen saling menguntungkan sangat diharapkan peran serta pemerintah dalam mengatur tata niaga ikan hias tersebut.
Bisnis ikan hias sangat cocok dikembangkan saat ini, sesuai dengan paradigma baru pemerintah yang mendorong sektor ekonomi berbasis kerakyatan. Bisnis dapat dilakukan secara sambilan dengan skala rumah tangga dan dapat juga berupa bisnis utama yang diusahakan dalam skala besar.Terbitnya artikel ini dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai teknik budi daya ikan hias. Juga tak lupa disertakan analisis usahanya dalam skala kecil. informasi tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan pengetahuan yang dapat dikembangkan dengan lebih banyak berpraktek dan membaca. Sering kita mendengar ungkapan bahwa tidak ada gading yang tak retak maka artikel ini pun pasti masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis berharap masukan, saran, pendapat untuk menunjang perbaikan dan penyempurnaan pada artikel edisi berikutnya. Penulis berharap semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Bab I Pendahuluan
Bumi kita terdiri atas daratan dan air. Air merupakan bagian yang terbesar dari permukaan bumi. Para ahli mengatakan bahwa hampir 78% permukaan bumi ini berupa air. Permukaan air itu meliputi teluk-teluk, selat-selat, danau-danau, laut-laut, dan samudera. Jadi, betapa sempit nya daratan yang kita tempati ini dibandingkan dengan luasnya permukaan laut.
Wilayah Indonesia terdiri dari 70% perairan laut yang dihuni berbagai jenis ikan, di antaranya adalah ikan hias. Perairan air tawar nya juga dihuni oleh berbagai jenis ikan hias yang tidak kalah menariknya dibanding jenis ikan hias dari air laut.
Saat ini usaha perikanan khususnya ikan hias merupakan alternatif usaha untuk menjalankan kegiatan perekonomian di Indonesia. Memang di masa lalu sektor perikanan sempat terabaikan, namun sekarang menjadi perhatian karena ternyata
mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap krisis ekonomi. Hal yang mendukung sektor ini adalah hampir semua komponen produksinya berasal dari dalam negeri dan beberapa produknya mempunyai pangsa pasar ekspor. Kegiatan menjadi semakin menarik jika berorientasi bisnis dan berpeluang untuk dilakukan oleh siapa saja yang berminat, Kegiatan tersebut dapat menjadi mata pencaharian pokok atau pun hanya sebagai usaha sampingan.
Di bidang perikanan air tawar, ada dua bidang usaha berdasarkan komunitas, yaitu ikan konsumsi dan ikan hias. Kedua bidang usaha tersebut dapat dikembangkan untuk menghasilkan nilai tambah berupa pendapatan maupun devisa negara. Masyarakat menggunakan kesempatan tersebut melalui usaha pembenihan, pembesaran, atau keduanya tergantung minat, ketersediaan lahan, dan kepemilikan modal usaha.
Untuk usaha budi daya ikan hias ada banyak jenis ikan yang dapat diusahakan, dari yang berharga murah sampai yang berharga mahal dan bernilai ekonomis tinggi. Perdagangan ikan hias hingga saat ini masih dianggap kurang jelas bagi para pembudidaya. Kendala perdagangan diakibatkan oleh rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas ini diakibatkan oleh kurangnya kemampuan pembudi daya yang mencakup pemilihan induk, pemijahan, pembuahan, penetasan, pemeliharaan larva, pendederan, pembesaran, manajemen kualitas air, manajemen pemberian makanan, manajemen kesehatan ikan, dan teknik perkolaman.
Dalam memilih jenis ikan yang akan diusahakan, kemampuan melihat peluang dari jenis ikan tersebut sangat diandaikan. Umumnya jenis ikan yang dipilih adalah yang berorientasi ekspor. Indonesia dijuluki surga ikan hias karena ada sekitar 240 jenis ikan hias air tawar yang dapat diandaikan di pasaran. Dari berbagai jenis ikan hias itu yang banyak diminati oleh pembudidaya di antaranya adalah:
• Rainbow
• Kongo Tetra
• Conydoras
• Black Ghost
Dari contoh jenis ikan hias tersebut, penulis hanya ingin mengupas tentang rainbow dan kongo tetra.
A. Asal dan Penyebaran
1. Rainbow
ikan hias Rainbow |
Rainbow berasal dari Papua dan sebagian benua Australia. Menurut Allen (1991 ), beberapa jenis rainbow merupakan ikan spesifik yang hidup di Australia maupun Papua. Sementara Kottelat dkk (1993) melaporkan ada 10 jenis rainbow yang khas Sulawesi, yaitu dari jenis Telmatherina.
Jenis-jenis rainbow tersebut hidup tersebar mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1500 m dari permukaan air laut. Tidaklah heran bila rainbow dapat dijumpai mulai dari perairan rawa, sungai, hingga danau.
2. Kongo Tetra
ikan hias kongo tetra |
Dilihat dari nama yang disandang nya ,kongo tetra memang berasal dari sungai dan kolam di Afrika, khususnya Kongo (Afrika Tengah). Selain itu, ikan ini juga dapat dijumpai di Nigeria sampai ke sungai Nil. Kongo tetra termasuk dalam keluarga charaside yang memiliki jenis sangat banyak.
Penyebaran kongo tetra ke Indonesia karena didatangkan oleh pedagang atau importir ikan hias. Pada mulanya hanya untuk memenuhi kebutuhan penggemar ikan hias dalam negeri. Tetapi karena perkembangan permintaan pasar lokal dan mancanegara, akhirnya ikan ini dikembangkan dari induk yang sudah lama beradaptasi dengan lingkungan setempat.
B. Jenis ikan Hias
Daya tarik sebagai ikan hias umumnya ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu warna, bentuk, dan ukuran ikan. Dilihat dari warnanya, ikan hias dikatakan menarik kalau warnanya kontras atau komposisi warnanya menarik. Dilihat dari bentuknya, dikatakan menarik kalau agak unik (aneh) atau terlihat sangat cantik. Dilihat dari ukurannya, ikan hias yang diminati biasanya yang berukuran kecil karena sudah dipelihara dan diperdagangkan.
Ada pula jenis ikan hias yang memiliki daya tarik bukan karena kriteria tersebut, tetapi karena predikat yang dimiliki ikan tersebut. Sebagai contoh, ikan menjadi menarik karena dianggap dapat membawa keberuntungan, tergolong jenis ikan langka, dan karena berpenampilan seram atau ganas.
1. Rainbow
ikan rainbow banyak menarik minat orang karena bentuk nya yang unik dan warnanya yang bermacam - macam. Apabila ditempatkan dalam akuarium, warna rainbow terlihat kontras. Jenis-jenis rainbow ada yang berwarna merah, keperakan, hitam metalik, kebiruan, atau kuning zaitun.
2. Kongo Tetra
Sebagai ikan hias, kongo tetra memiliki daya tarik tersendiri sehingga ada nilai jualnya. Warna tubuhnya sangat indah dan kontras dengan dominasi warna biru metalik atau biru turkis dan kecokelatan di punggungnya, pada bagian sisi tubuhnya terdapat variasi warna mulai dari kuning gelap, hijau zaitun atau hijau kebiruan, sementara pada bagian perut terdapat warna violet keperakan.
Gambar 1.5 Ikan hias kongo tetra
Keindahan warna kongo tetra tersebut akan lebih tampak kalau diletakkan pada akuarium dalam jumlah banyak atau bergerombol. ikan ini pun masih tampil menarik jika digabungkan dengan jenis ikan lain dalam satu akuarium. Warna tubuh kongo tetra lebih menarik apabila akuarium nya diberi pencahayaan dengan lampu neon atau TL di bagian atas atau belakang. Lingkar mata kongo tetra yang berwarna biru turkis terlihat lebih indah bila terkena cahaya. Bentuk tubuhnya mempunyai keindahan tersendiri, yaitu memanjang dengan potongan melintang agak pipih. Bentuk tubuh tersebut sangat proporsional dengan ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar. Mulutnya tidak terletak di bagian ujung, melainkan agak ke atas sehingga menambah daya tarik ikan ini.
Selain itu keindahannya ditunjukkan oleh bentuk sirip ekor yang sangat luas, yaitu berbentuk cagah. Pada bagian tengah sirip ekor, terdapat sirip yang menjuntai seperti rambut tergerai. Bagian ini disebut gombak atau rumbai-rumbai. Sirip ekor tunggal dan besar dengan jari-jari sirip panjang dan lentur menyerupai rumbai. Demikian pula dengan sirip punggungnya.
C. Daya Tarik untuk Berbisnis Ikan Hias
Bisnis ikan hias,terutama yang berorientasi ekspor sangat menjanjikan. Permintaan pasar luar negeri terhadap ikan hias terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data BPS, tahun 1995 nilai ekspor ikan hias mencapai US$ 4.852.048. Padahal angka tersebut hanya sekitar 10 - 20% dari permintaan pasar dunia. Nilai ekspor tersebut sebagian besar dihasilkan dari ikan hias air tawar yang mencapai US$ 3.955.855 atau sekitar 82°/o. Hal ini dimungkinkan karena ketersediaan ikan hias air tawar sebagian besar berasal dari kegiatan budi daya.
Sepuluh tahun silam, negara tujuan ekspor ikan hias Indonesia hanya Singapura. Namun saat ini negara tujuan ekspor sudah sekitar 60 negara. Walaupun demikian, budi daya ikan hias Indonesia belum menjadi prioritas utama karena masih mengutamakan ikan konsumsi. Padahal peluang mengembangkan ikan hias air tawar Indonesia sangat besar karena didukung oleh lingkungan, keanekaragaman jenis, dan sumber daya manusia. Namun potensi tersebut belum tergarap maksimal.
1. Rainbow
Salah satu faktor yang menentukan daya tarik melakukan bisnis rainbow adalah karena ikan ini laku dijual dan menguntungkan. Hal penting yang menjadi kekuatan bisnis rainbow adalah adanya jaminan pasar yang berasal dari permintaan luar negeri terhadap ikan ini. Jaminan pasar merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan usaha. Tentu saja hal ini merupakan daya tarik bisnis. Namun, hingga kini masih sedikit orang yang menekuni bisnis rainbow. Salah satu kendala nya ialah masih sedikitnya informasi tentang ikan ini maupun teknis pemeliharaannya.
2. Kongo Tetra
Budi daya kongo tetra dapat dijadikan usaha menguntungkan karena termasuk salah satu jenis populer ikan hias, selain discus, silver dollar, botia, dan tiger cat fish. Disebut menguntungkan karena kongo tetra dapat diusahakan di lahan kecil, baik di halaman maupun ruangan rumah. Hal ini karena kongo tetra berukuran kecil sehingga hanya membutuhkan kolam kecil atau akuarium yang dapat diletakkan di dalam rumah. Kebutuhan pasar ikan tetra terus meningkat dengan harga yang sangat menggiurkan, padahal produksinya belum mencukupi kebutuhan pasar. Untuk serapan pasar lokal saja baru terpenuhi sebanyak 5%. Kondisi tersebut dapat memacu pengembangan pembudidayaan kongo tetra di Indonesia.
D. Kebiasaan Hidup dan Berkembang Biak pada Ikan Hias
ikan memiliki kemampuan menyesuaikan diri untuk mempertahankan keturunannya. Kemampuan ini tidak begitu saja terjadi. Akan tetapi memerlukan jangka waktu yang lama. Dalam ilmu biologi kemampuan ini dikenal sebagai evolusi. Evolusi terjadi melalui proses seleksi yang memakan waktu. Jenis yang tidak dapat menyesuaikan diri akan mati, sedangkan jenis yang dapat bertahan akan melestarikan keturunan dan melakukan perubahan sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan lingkungan.
1. Rainbow
Jenis-jenis rainbow umumnya memiliki kesamaan bentuk tubuh, yaitu bentuk pipih. Namun demikian bentuk tubuh rainbow ini masih dapat dibedakan. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh penyesuaian diri terhadap tempat hidup. Rainbow yang hidup di perairan agak tenang umumnya memiliki bentuk tubuh agak melebar ke bawah. Perbandingan tinggi dan panjang tubuh relatif besar karena bentuk ikan lebih melebar. Rainbow yang hidup di perairan lebih deras umumnya mempunyai bentuk tubuh agak memanjang, perbandingan tinggi dan panjang tubuh relatif kecil.
2. Kongo Tetra
Kongo tetra termasuk ikan yang cinta damai sehingga dapat hidup bersama dengan jenis ikan lain. ikan ini lebih menyukai hidup di bagian permukaan air. Sifat ini berkaitanerat dengan bentuk mulutnya yang cenderung menghadap ke atas. Oleh karena itu, ikan ini sangat mudah dijumpai pada akar- akar tanaman yang tumbuh di permukaan air, di pinggiran kolam, sungai atau genangan air.
Untuk mempertahankan hidupnya, kongo tetra perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup. Bentuk tubuhnya yang pipih memanjang membuat ikan ini dapat dengan mudah menghindarkandiri dari serangan musuh.
E. Morfologi dan Jenisnya
1. Rainbow
Rainbow tergolong famili melanotaeniidae yang terdiri dari enam genus yaitu
• Chilatherina
• Glosso/epis
• lriatherina
• Milanotaenia
• Rhadinocentrus
• Cairnsichthys
Rainbow merupakan hewan endemik di Papua, Australia, dan Sulawesi.
Jenis-jenis rainbow di antaranya sebagai berikut.
a. Rainbow Merah
Di daerah asalnya Papua, rainbow merah (Glossolepis incisus) sering disebut kashado yang berarti penyakit jamur berwarna keputihan. ikan yang memiliki nama dagang red rainbow fish ini memiliki bentuk tubuh yang pipih dan bersirip punggung ganda. Panjang tubuh jantan mencapai 12 cm dan betina 10 cm. Tubuh ikan jantan berwarna merah terang dan betina merah pucat. Terdapat warna keperakan di kedua sisi bagian tengah tubuh. Warna siripnya kemerahan atau jingga. Penampilan rainbow akan lebih cantik saat menjelang masa pemijahan.
b. Rainbow Sulawesi
Rainbow sulawesi ( Telmatherina ladigesi) memiliki nama dagang celebes rainbow fish atau celebes sail fish. Bentuktubuhnya pipih agak memanjang. Warna dasar tubuhnya kuning zaitun, ada garis mendatar warna hijau biru pelangi menyusur dari tutup insang hingga ke batang ekor. Jari-jari sirip bagian depan berbentuk oval dan sirip punggung kedua ikan jantan memanjang dan terpisah dari bagian sirip lainnya dengan ukuran yang lebih panjang dan warna hitam di bagian tepi. .Sirip dada berwarna transparan dengan hiasan bintik-bintik putih seperti susu. Pada masing-masing cuping sirip ekor, terdapat garis memanjang warna hitam. Sirip ekor berbentuk cagak dengan bagian tengahnya membentuk gunting yang siap memotong. Pada sirip ekor ini pun terdapat dua bagian warna yang mencolok, bagian dasar gelap yang dikelilingi warna kuning. Panjang bahu tubuh ikan ini mencapai 7-8 cm.
c. Rainbow Markuloci
Gambar 1.8 ikan rainbow markulaci
Rainbow markuloci (Melanotaenia macullochi) di pasar internasional dikenal dengan nama maculloch's rainbow fish. Bentuk tubuhnya pipih agak memanjang, memiliki sirip punggung ganda dengan sirip kedua lebih besar dibanding sirip pertama. Sirip punggung dan sirip anal sangat cantik dengan warna dasar kehijauan yang diikuti warna merah kecokelatan dan dibatasi warna kekuningan pada tepinya. Sirip ekor berwarna merah cerah, tubuhnya berwarna dasar keperakan dengan warna gelap metalik, bagian punggung kecoklatan dan perut kekuningan, di tubuhnya terdapat garis-garis memanjang horizontal berwarna cokelat kemerahan. Panjang bahu tubuh ikan ini mencapai 6 cm.
Masih banyak lagi jenis ikan rainbow yang ada dan dapat dibandingkan dengan mudah. Semua jenis ikan tersebut bernilai ekspor.
2. Kongo Tetra
Kongo tetra atau kongo salem termasuk dalam ordo Ostario physoidei dan famili Characidae. Sebagian dari ikan ini dikategorikan dalam kelompok Caraciusyang mempunyai gigi atau bergerigi seperti piranha. Beberapa jenis kongo tetra bersirip sangat kecil di bagian belakang antara sirip punggung dan sirip ekor, sirip tersebut disebut adiposefin, yaitu sirip lunak yang berupa sembulan kulit di belakang sirip punggung yang serupa dengan selaput tebal dan berlemak.
Kongo tetra mempunyai sirip punggung, sirip ekor, sirip anal, dan adiposefin, masing-masing satu buah serta sirip perut dan sirip dada, masing-masing dua buah. Si rip dada terletak hampir di bagian bawah tutup insang. Hampir semua jenis ikan dalam kelompok Caracius ini bersisik. Sementara ada jenis yang hanya bergigi saja atau ber-adiposefin saja serta ada yang memiliki gigi maupun adiposefin.
Ada dua jenis kongo tetra yang sudah dikenal mempunyai warna dan bentuk tubuh menarik, yaitu:
a. phenacogrammus interruptus yang berwarna hijau keperakan.
b. micralestes acutidens yang berwarna kuning menyala.
Phenacogrammus interruptus |
Micralestes acutidens. |
Kedua jenis tersebut sangat digemari masyarakat sehingga peternak berlomba mencari cara untuk membudidayakannya. Namun dibanding phenacogrammus interruptus, micralestes acutidens sedikit lebih sulit untuk dibudidayakan. Hal ini karena ekor micralestes acutidens mudah sobek sehingga sangat sulit mendapatkan ikan utuh, padahal keutuhan anggota tubuh merupakan syarat dalam perdagangan.
Bab II Air Untuk Pemeliharaan Ikan Hias
Indonesia wajar disebut sebagai surga ikan hias, baik ikan hias air tawar maupun ikan hias air laut. Suhu, derajat keasaman (pH) air, kandungan oksigen, kekeruhan air, dan kesadahan air di Indonesia sangat cocok untuk pengembangan ikan hias.
A. Faktor Penentu kualitasAir
Untuk pemeliharaan ikan hias dibutuhkan air dengan kualitas yang bagus. Kualitas air yang bagus dapat dicirikan dari beberapa parameter berikut ini.
1. Suhu
Suhu air sangat berperan untuk kenyamanan ikan. Rainbow dan kongo tetra menyukai suhu air berkisar antara 22°-25°C. Kongo tetra membutuhkan suhu 26° C untuk pemijahan. Perubahan suhu lebih dari 2°C akan mengakibatkan ikan stres bahkan mati. Suhu yang rendah dapat ditingkatkan dengan pemanas air (waterheater). Sedangkan suhu yang tinggi dapat diturunkan dengan pemberian peneduh.
2. Derajat Keasaman
Derajat keasaman atau pH air merupakan persentase logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen dalam setiap liter air. Nilai derajat keasaman berkisar 1-14.Air disebut asam kalau nilai pH-nya di bawah 7, disebut basa atau alkali kalau nilainya di atas 7 dan disebut netral kalau nilainya 7. Untuk rainbow pH yang disukai antara 6-8, sedangkan kongo tetra antara 5-7. Nilai pH yang akurat dapat diketahui menggunakan 1 tetes bromothymol blue dalam 20 tetes air dan dibiarkan hingga airnya berubah warna. Air yang berwarna hijau berarti netral, kuning berarti asam, dan biru berarti basa.
3. Kandungan Oksigen
Kandungan oksigen (dissolved oxygen/DO) dalam air umumnya berasal dari udara dan hasil fotosintesis tanaman air. Perairan yang terdapat vegetasi air atau tanaman air dan permukaan danau umumnya memiliki kandungan oksigen yang tinggi, yaitu berkisar 6 - 8 mg/I. Kandungan oksigen terlarut yang rendah dapat ditingkatkan dengan pemberian aerator atau pompa air.
4. Kekeruhan Air
Air yang keruh menandakan banyak partikelyang larut di dalamnya. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya sistem pernapasan ikan dan penyerapan oksigen ke dalam air. Rainbow dan kongo tetra sangat peka• terhadap kekeruhan air sehingga kejernihan air perlu diperhatikan.
5. Kesadahan Air
Nilai kesadahan total air merupakan gambaran besarnya kandungan unsur mineral kalsium dan magnesium yang dinyatakan sebagai kalsium karbonat (CaCo3). Kesadahan air mengalir agak tinggi karena adanya mineral yang terlarut akibat gerusan air yang melalui tanah dan bebatuan. Semakin tinggi kesadahan maka pH air akan semakin tinggi. Tinggi rendahnya kesadahan air dapat diukur secara sederhana: cuci tangan yang sudah diberi sabun dengan air yang akan diukur. Bila masih banyak busa dan tangan terasa licin, air tersebut adalah air lunak, kesadahannya rendah. Bila hanya ada sedikit busa dan tangan terasa kasat, air tersebut adalah air sadah.
Air yang digunakan untuk pemeliharaan rainbow dan kongo tetra dapat bersumber dari air sumur, air sungai, dan air leding.
1. Air Sumur
Air ini umumnya mengandung jasad-jasad renik yang mungkin dapat mengganggu kesehatan ikan. Untuk ilir perlu dibudayakan selama 24 jam. Namun kualitas air sumur masih bergantung pada lokasi sumur tersebut digali.
2. Air Sungai
Air sungai pada umumnya keruh, sehingga harus diberi perlakuan tertentu untuk mengurangi kekeruhan. Kekeruhan air dapat dikurangi dengan cara diendapkan, baik secara alami, kimiawi, maupun biologis.
- Pengendapan Secara Alami
Pengendapan secara alami sangat mudah dilakukan karena air hanya dibiarkan mengendap sendiri. Namun waktu yang dibutuhkan untuk pengendapan ini cukup lama, yaitu lebih dari 60 jam. Hasilnya pun kurang jernih karena masih mengandung partikel-partikel halus yang bersifat koloid sehingga tidak dapat diendapkan.
- Pengendapan Secara Kimiawi
Nasution ( 1987) telah melakukan pengamatan cara penjernihan air sungai dengan menggunakan aluminium sulfat (Al2SO 4} atau biasa disebut tawas. Dosis tawas untuk menjernihkan satu liter air adalah 25 mg dengan waktu hanya 20 jam.
- Pengendapan Secara Biologis
Selain dengan cara kimiawi, pengendapan airsungai dapat dipercepat secara biologis. Walaupun dikatakan cepat, waktu yang dibutuhkan untuk menjemihkan air sungai adalah 60 jam. Dikatakan secara biologis karena bahan yang digunakan berupa tanaman air seperti eceng gondok dan ganggang atau hydrilla. Penetralan partikel dalam air tersebut akibat fotosintesis tanaman air yang melepaskan muatan ion positif hidrogen ke dalam air. Proses ini sangat bergantung dari adanya sinar matahari.
3. Air Leding
Air leding atau air pam mengandung klorin. Klorin merupakan bahan yang dapat merusak organ luar ikan yang mengalami kontak langsung dengan air. Kandungan klorin dalam air dikatakan tinggi apabila ada bau seperti bahan pemutih pakaian. Cara yang cukup baik untuk menetraikan klorin adalah menggunakan tiosulfat. Namun dosis tiosulfat harus sesuai dengan kadar sisa klorin yang ada dalam air leding. Cara lain untuk mengurangi kadar klorin ialah dengan pengendapan selama 48 jam dalam bak penampungan seperti tong atau drum. Dengan pengendapan secara perlahan, kandungan klorin akan terlepas ke udara.
Usaha budi daya rainbow dan kongo tetra membutuhkan air siap pakai dalam jumlah banyak. Untuk itu pengelolaan air sangat dianjurkan. Cara untuk mendapatkan air bersih yang banyak adalah dengan resirkulasi.
Bab III Tahap Pemijahan Ikan Hias
Pemijahan merupakan proses pelepasan telur dan sperma dari induk ikan. Pemijahan merupakan mata rantai kehidupan yang menentukan kelangsungan hidup ikan. ikan akan melakukan pemijahan dengan memilih tempat, waktu, dan kondisi yang menguntungkan. Tiap jenis ikan memiliki kebiasaan memijah yang berbeda.Agar pemijahan nya dapat berhasil dengan baik, keadaan induk perlu diperhatikan. Keadaan induk sangaterat
kaitannya dengan benih yang dihasilkan.
A. Persiapan Sarana Pemijahan
Keberhasilan pemijahan sangat didukung oleh adanya sarana yang memenuhi syarat. Sarana itu berupa wadah pemijahan, wadah penetasan telur, wadah pendederan, perlengkapan pemijahan, dan filter air.
1. Wadah Pemijahan
Wadah pemijahan rainbow dan kongo tetra berupa akuarium kaca, bak plastik,dan bak fiberglas. Ukuran akuarium pemijahan biasanya 100 cm X 50 cm X 50 cm atau 80 cm X 40 cm X 40 cm. Apabila menggunakan bak semen, biasanya berukuran 1 m X 2 m X0,5 m.
Masing-masing wadah mempunyai kelebihan dan kekurangan. Penggunaan akuarium kaca menyebabkan perubahan temperatur lebih cepat karena volume airnya sedikit. Oleh karena itu, penempatan akuarium sebaiknya di dalam ruangan (indoor) yang bersuhu kamar stabil. Sementara penggunaan bak semen sebagai wadah pemijahan menyebabkan temperatur lebih stabil, hal ini karena volume airnya lebih banyak dibanding akuarium. Namun penggunaan bak semen•memerlukan tenaga ekstra untuk merawatnya. Umumnya bak semen dibuat di luar ruangan (out door) sehingga keadaan lingkungannya berlangsung secara alamiah dan sulit dikendalikan.
2. Wadah Penetasan Telur
Tempat ini diperlukan untuk menampung dan menetaskan telur hasil pemijahan. Wadah ini sekaligus sebagai tempat merawat larva selama beberapa hari sebelum masuk ke wadah pendederan. Wadah penetasan telur menggunakan akuarium yang berukuran kecil yaitu 30 cm X 30 cm X 20 cm. Penggunaan akuarium kecil dimaksudkan agar pemindahan larva ke dalam bak pendederan menjadi lebih mudah.
3. Wadah Pendederan
Pendederan merupakan proses pengembang- biakan anak ikan. Wadah pendederan yang ideal untuk digunakan adalah akuarium berukuran 100cm X 50 cm X 50 cm atau 80 cm X 40 cm X 40 cm. Akuarium ini dapat menampung larva sebanyak 500-1000 ekor. Selain akuarium, bak dari semen atau fiberglas pun dapat dipakai. Bak semen atau fiberglas berukuran 2 m X 1 m X 0,5 m dapat menampung larva sebanyak 2000-3000 ekor. Ketinggian air untuk pendederan adalah sekitar 25-30 cm.
4. Perlengkapan Pemijahan
Pada umumnya telur-telur rainbow dan kongo tetra dijumpai di antara daun tanaman air. Oleh karena itu, untuk pemijahan rainbow dan kongo tetra diperlukan perlengkapan berupa substrat sebagai tempat menempelkan telur. Di samping perleng- kapan untuk menempelkan telur, substrat tersebut dapat digunakan sebagai tempat berlindung (shading). Substrat telur yang dapat dipilih adalah sebagai berikut.
a. Tali Rapia
Tali rapia ini berwarna gelap. Tali tersebut dipotong sepanjang 30 cm. Bagian tengahnya diikat kuat lalu disikat dengan sikat kawat atau paku sampai membentuk serabut halus. Berdasarkan hasil percobaan ternyata tali rapia paling baik sebagai tempat menempelkan telur dibanding substrat lainnya. Hal ini disebabkan tali rapia tidak membusuk seperti halnya tanaman air bila tidak mendapatkan sinar matahari.
b. Tanaman Air
Tanaman air yang dapat digunakan antara lain: eceng gondok (eichornia crassipes), ganggang (hydrilla verticil/ata). Tanaman tersebut harus dibersihkan dan di disinfektan dengan larutan yang mengandung kalium permanganat (KMnO 4) atau biasa disebut PK.
Gambar 3.1 a. Eceng gondok b. Ganggang
Penggunaan eceng gondok sebagai substrat karena akarnya lebat seperti serabut. ikan menempelkan telur-telur nya pada akar tersebut. Eceng gondok yang merupakan tanaman terapung diletakkan sebanyak 2-3 rumpun. Ganggang merupakan tipe tanaman air yang berdaun rimbun di sekeliling tangkai batangnya. Sekitar 5-10 batang ganggang digabung menjadi satu diikat dengan tali rapia, lalu diletakkan dalam akuarium pemijahan.
c. ijuk Halus
Selain tanaman air, tempat menempeikan telur berupa ijuk halus. ijuk sangat mirip dengan akar eceng gondok. Sebelum dimasukkan dalam wadah pemijahan, ijuk halus dicuci bersih dan dirangkai seperti akar eceng gondok lalu diletakkan di dalam akuarium.
d. Paduan Tali Rapia dengan Saringan
Substrat dapat terbuat dari paduan tali rapia dengan saringan berdiameter 0,5 cm. saringan sudah diberi bingkai kayu atau bambu. Ukuran saringan sekitar setengah dari panjang akuarium. Tali rapia disisir halus dan diikatkan di bagian tengah saringan sehingga menyerupai akar tanaman.
5. Filter Air
Agar kondisi air, seperti pH dan kekeruhan tetap stabil, diperlukan filter. Filter air sederhana yang dapat digunakan untuk pemijahan adalah filter busa. Filter ini sangat sederhana dan harganya murah. Cara kerja filter ini adalah udara yang ditiupkan oleh aerator akan mengangkat air di dalam pipa paralon hingga tersaring terus menerus atau tersirkulasi melalui busa.
Filter busa dapat dibuat sendiri dari 2 potong paralon berdiameter 0,5 inci yang masing-masing panjangnya 10 cm dan 15 cm, busa dengan ketebalan 10 cm yang bagian tengahnya dilubangi memanjang sebesar paralon, 2 buah knee (elbow) paralon yang ukurannya sama dengan paralon selang kecil atau selang aerator, dan pompa aerator atau blower. Cara pembuatan filter air ini sebagai . berikut.
- Lubangi semua sisi paralon berukuran 10 cm dengan bor atau solder. Diameter lubang sekitar 0,5 cm.
- Gabungkan kedua potong paralon dengan salah satu knee.
- Lubangi bagian punggung salah satu knee seukuran selang aerator dengan menggunakan bor. •
- Pasangkan ujung lain dari paralon yang tidak dilubangi dengan knee yang punggungnya sudah dilubangi.
- Masukkan salah satu ujung selang aerator ke dalam lubang pada punggung knee dan ujung lainnya pada aerator atau blower. •
- Tutup paralon berlubang dengan busa yang sudah dilubangi di bagian tengah.
- Lekatkan filter ini pada dinding bagian dalam akuarium dengan menggunakan karet perekat (dop).
B. Pemilihan induk
Tempat pemijahan sebaiknya sudah disiapkan minimal sehari sebelum induk dimasukkan. Hal ini agar kualitas air menjadi lebih baik dan dapat diketahui kelancaran kerja dari sistem aerasi, filter, dan peralatan lainnya.
Keberadaan induk sangat mendukung keberhasilan pemijahan, untuk itu induk harus memenuhi syarat agar dapat dipijahkan dengan baik.
1. Jenis Kelamin
Agar dapat berpijah perlu adanya induk jantan dan induk betina. Membedakan jantan dan betina tidaklah sulit, tetapi perlu ketelitian.
a. induk Jantan
Tubuh induk jantan berwarna mencolok dan cemerlang. Ukuran tubuh induk jantan rainbow lebih besar dibanding induk betina. induk jantan dan betina harus yang sudah matang gonad, biasanya berumur 6-7 bulan atau panjang tubuhnya 5 cm.
Untuk induk kongo tetra kuning,warna kuning nya sangat cerah seperti pelangi dan lebih kontras. Sebaiknya dipilih induk jantan yang warna tubuhnya paling kontras di antara induk jantan lainnya, pada bagian tengah sirip ekor terdapat sirip yang memanjang atau rumbai-rumbai, sirip punggungnya lebih panjang dibanding betina.
Gambar 3.2 a. induk jantan rainbow b. induk jantan kongo tetra
Selain dari ukuran dan umur ikan, induk rainbow yang sudah matang gonad dapat dilihat dari
Gambar 3.3 a. induk betina rainbow b. induk betina kongo tetra
perilakunya yang cenderung tidak ingin disaingi. induk betina dipilih yang perutnya membulat karena menandakan sudah siap memijah. Warna tubuh induk betina kongo tetra agak pucat. Pada sirip ekor induk betina tidak terdapat rumbai panjang, tetapi cenderung membentuk cagak, di tengah-tengah cagak terdapat tonjolan kecil seperti sirip yang baru tumbuh. Pada sirip perut yang sedang mengembang akan tampak seperti sebuah segitiga tumpul. Sirip punggungnya lebih pendek dibanding induk jantan, bagian perutnya membukat atau membengkak.
2. Umur
Umur induk rainbow minimal sudah mencapai 6-7 bulan atau panjang tubuhnya 5 cm. Sedang kongo tetra minimal harus yang sudah berumur 8-12 bu Ian atau panjang tubuhnya sudah mencapai 5 cm. induk yang kurang umur pun masih bisa menghasilkan telur dan anak, tetapi kualitas telur nya kurang baik. Telur yang kurang baik akan menghasilkan keturunan yang lemah, sedang induk yang sudah terlalu tua akan menghasilkan anakan yang kurang baik.
3. Keadaan Fisik
induk dipilih yang tidak cacat karena merupakan ikan sehat. induk yang sakit dapat menghambat proses pemijahan. Bentuk tubuh induk harus proporsional dan tidak bengkok, keadaan sirip- siripnya bagus dan lengkap, pergerakan nya lincah dan tidak malas. induk yang akan dipijahkan sebaiknya dirawat terlebih dahulu. Perawatan induk harus dipisahkan antara jantan dan betina. Perawatan ini dilakukan selama 1-2 minggu sebelum induk dimasukkan ke dalam akuarium pemijahan.
Selain harus dirawat dengan baik, induk juga perlu diberi perlakuan khusus dengan cara direndam dalam larutan garam dapur, methylene blue (metil biru), malachite green atau antibiotika, hal ini dilakukan sebagai pencegahan atau pengobatan. Bila untuk pencegahan, penggunaan obat tersebut harus dengan dosis yang rendah, yaitu 1 tetes per liter air dan dalam waktu hanya sekitar 30 menit.
Akan tetapi bila untuk pengobatan, dosis nya sekitar 1 mg/l air dan waktunya selama 2-4 hari secara terus menerus tanpa diangkat. Setelah jangka waktu tersebut dan ikan dalam 2-4 hari tersebut sudah tampak sehat maka bisa diberi sedikit pakan dan selanjutnya dapat dipindahkan ke akuarium pemijahan.
Pemasukkan induk dalam akuarium pemijahan tidak sekaligus, tetapi didahului oleh induk jantan. Biarkan induk jantan mengenal lokasi pemijahan selama beberapa menit barulah induk betina dimasukkan. Perbandingan induk jantan dan induk betina adalah 1 : 2 atau 2 : 3. Kepadatan induk dalam satu wadah pemijahan sekitar satu pasang untuk setiap 4 liter air.
induk dibiarkan beradaptasi dengan lingkungan barunya selama kurang lebih sehari. Dalam masa adaptasi tersebut induk dibiarkan tanpa diberi pakan atau dipuasakan. Setelah dipuasakan, di hari berikutnya induk dapat diberi pakan sedikit demi sedikit untuk merangsang pematangan gonad. Jenis pakan yang dapat diberikan berupa pakan alami antara lain: larva nyamuk, cacing sutra, atau udang rebon yang kecil dan masih segar. Jangan memberikan pakan yang banyak mengandung lemak. Selain pakan alami, pakan buatan seperti pelet dapat diberikan. Namun sebaiknya pakan buatan tersebut sudah diperkaya dengan karoten dan PUFA (omega 3 dan omega 6). Karoten dan PUFA banyak terdapat pada udang-udangan seperti rebon dan kepala udang. Usahakan pakan buatan tersebut mengandung protein lebih dari 300% dan ukuran pelet sebaiknya agak halus. Karoten dan PUFA dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan dan kualitas telur serta benih yang akan dihasilkan.
Untuk dapat memijah, induk menyukai suhu air 26°C dan pH 7 (netral). Keadaan air tersebut harus diperhatikan agar induk dapat melangsungkan pemijahan.
Pada saat dicampurkan induk jantan dan betina belum langsung memijah. Pemijahan nya berlangsung setelah 1-2 hari kemudian. Tanda induk jantan akan mulai memijah antara lain gerakannya tampak memikat induk betina,warna tubuhnya mulai menjadi cerah, dan sirip nya sering dikembangkan. Gerakan memikat induk jantan antara lain berputar mengelilingi media pemijahan dan sekali-sekali masuk ke dalam substrat.
Pada hari ketiga atau keempat, induk jantan tampak mengejar induk betina yang sudah matang gonad dan mengajak nya ke lokasi bertelur. Pada saat ini ada sebagian induk yang kawin. Apabila . sudah terangsang, induk betina akan mengeluarkan- telur-telurnya secara acak dan diikuti dengan gerakan induk jantan menghimpit induk betina pada sisi kanan atau kiri untuk mengeluarkan sperma yang akan membuahi telur. Telur-telur tersebut berukuran sangat kecil dan tidak berwarna (transparan). Proses pemijahan belum akan selesai dalam waktu sehari, induk yang belum berpijah akan memijah pada hari berikutnya. Proses pemijahan diperkirakan akan selesai dalam 2 - 4 hari.
Gambar 3.4 Telur ikan
Pemijahan rainbow sering tidak terdeteksi. Oleh karena itu sebaiknya substrat tempat menempelnya telur harus selalu diperhatikan dua hari sekali. Telur yang menempel tampak seperti butiran bening (transparan). Selanjutnya induk-induk yang baru memijah dapat dikembalikan ke akuarium perawatan induk secara terpisah antara jantan dan betina. Setelah 2-4 minggu induk tersebut dapat dipijahkan kembali.
E PenetasanTelur
Akuarium untuk penetasan berukuran 30 cm X 30 cm X 15 cm. Akuarium diisi dengan air yang sudah diendapkan. Lengkapi akuarium dengan aerator agar kebutuhan oksigen tetap terpenuhi, tambahkan larutan metil biru sebanyak 1 tetes untuk 2 liter air. Metil biru berguna untuk mencegah atau mengurangi serangan jamur pada telur.
Gambar 3.5 Akuarium penetasan telur ikan
Telur-telur yang sudah dibuahi dipindahkan ke akuarium penetasan yang sudah disiapkan. Pemindahan telur dilakukan dengan cara disifon atau substrat nya dipindahkan sekaligus bila ada telur yang menempel. Telur-telur akan menetas pada hari kelima setelah keluar dari induknya. Telur yang baru menetas disebut larva. Sesaat setelah menetas larva ikan tidak diberi pakan karena sudah dibekali kuning telur sebagai makanannya. Kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 4-5 hari, barulah larva diberi makan tambahan.
1. Perawatan Larva
Telur-telur yang telah menetas menjadi larva mulai memasuki masa kritis pada umur 5 hari setelah menetas, cadangan makanannya sudah mulai habis, Apabila tidak diberi makanan tambahan maka larva tersebut akan mati. Pakan terbaik untuk diberikan pada larva-larva itu adalah pakan alami.
Jenis pakan alami yang cocok untuk larva umur 5 hari •setelah menetas adalah infusoria. Ukuran infusoria cocok dengan bukaan mulut
Gambar 3.6 Larva ikan
larva yang baru mulai belajar makan. Pemberian sedikit demi sedikit untuk memastikan larva tersebut mulai makan. Kalau tidak tersedia infusoria dapa digantikan dengan pakan seperti suspensi atau pakan buatan yang telah disaring dengan kain halus
Larva yang mulai aktif makan harus diamati lebih cermat. Sebaiknya dicoba memberikan pakan sesering mungkin dengan jumlah sedikit demi sedikit, terutama untuk larva yang menetas nya tidak seragam.
I. Pendederan
Pendederan dimulai sejak larva umur sebulan hingga sekitar umur 2 bulan. Pendederan tersebut bertujuan untuk membesarkan larva.
1. Persiapan Wadah Pendederan
Wadah diisi air yang sudah diendapkan 4 hari dan dipasangkan aerator berudara halus agar tidak terbentuk ombak yang terlalu besar, Persiapan lain ialah membuat air menjadi matang atau sudah siap digunakan untuk pendederan. Agar cepat matang, tambahkan daun pisang kering ke dalam air dan dapat juga ditambahkan tananam air. Penambahan tanaman air tidak mutlak, diberikan hanya kalau tempat berlindung larva masih kurang baik. Sebelum dimasukkan tanaman air tersebut harus dicuci bersih agar terbebas dari penyakit.
2. Pemindahan Larva
Setelah wadah pendederan disiapkan, larva sudah bisa dipindahkan, tetapi harus dilakukan ekstra hati-hati agar ikan tidak stres. Sebelum dipindahkan,wadah penetasan berisi larva direndam dalam wadah pendederan selama 15 menit, lalu masukkan air dari wadah pendederan ke dalam wadah penetasan sedikit demi sedikit agar suhu air menjadi relatif sama. Apabila suhu air sudah sama, tuangkan larva dalam wadah pendederan secara perlahan atau wadah penetasan dimiringkan agar larva keluar sendiri ke dalam bak pendederan.
Kepadatan tebar larva sekitar 3-5 ekor per liter air. Kepadatan tebar ini belum menjadi patokan baku sebab masih disesuaikan dengan tempat atau daerah budi daya. Untuk itu penebaran sebaiknya dimulai dengan kepadatan penebaran yang rendah.
Usaha budi daya ikan hias belum dapat dikatakan berhasil bila ikan yang dibudidayakan itu belum mencapai ukuran tertentu. Untuk mencapai ukuran itu, setelah dari tahap pendederan harus melalui tahap pembesaran. Sebab umumnya ikan hias belum bisa dijual kalau masih berupa larva atau benih.
Larva yang sudah berumur kira-kira2 bulan dapa1 dipindahkan ke wadah pembesaran. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi ikan untuk mendapatkan tempat yang lebih besar dan bersih. Saat melakukan pemindahan juga dilakukan penyortiran agar ikan yang ukurannya kecil tidak disaingi ikan yang lebih besar.
Penempatan wadah dilakukan dalam ruangan tertutup (indoor) agar diperoleh suhu air yang relatif stabil. Suhu air yang stabil akan membuat nafsu makan ikan meningkat. Akibatnya ikan akan sehat dan tidak mudah terkena stres atau terserang penyakit.
Wadah penampung air dapat berupa tong bekas yang terbuat dari plastik atau tangki dari fiberglas. Namun kalau kebutuhanair cukup banyak sebaiknya wadah penampungan dibuat dari semen. Agar air yang ditampung berkualitas dan siap pakai, penampungan air harus dilengkapi saringan atau filter air yang berfungsi menyaring partikel-partikel tersuspensi yang terbawa dari sumur atau sumber air lainnya.
3. Filter Pembesaran
Umumnya tahap pembesaran dilakukan pada bak semen atau akuarium dengan sistem ganti air. Air yang digunakan harus yang sudah diendapkan terlebih dahulu. Namun cara ini memerlukan stok air yang cukup banyak. Untuk menghemat penggunaan air, cara lain yang dapat digunakan adalah dengan sistem aliran tertutup (SAT) atau sistem resirkulasi. Dengan sistem ini air tidak akan terbuang karena daur ulang, tetapi dikembalikan sebagai air masuk setelah melalui filter. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa pada 20 hari pertama pengoperasian filter air, air yang dihasilkan masih rawan dengan komponen beracun, yaitu nitrit.
Persiapan untuk menerapkan sistem aliran tertutup dimulai dari penentuan volume air, wadah pembesaran, dan jumlah wadah pembesarannya. Hal ini perlu dilakukan agar total volume air yang dibutuhkan dapat diketahui.
Jenis filter yang bisa digunakan antara lain filter vertikal dan filter terendam.
a. Filter Vertikal
Filter ini biasa disebut filter kering, merupakan sistem penyaring air secara menetes (trickling filter). Disebut filter kering karena letaknya di luar bak pemeliharaan, sedangkan disebut filter vertikal karena air menetes dari atas ke bawah dan letaknya tegak.
Sistem ini sangat efisien karena hemat air, hemat lahan, dan hemat energi. Peralatannya mudah dioperasikan dan biaya pemeliharannya relatif lebih murah. Sistem ini bekerja secara fisika, kimia, dan biologi. Air kotor yang dipompakan ke dalam susunan bahan filter akan menjadi bersih setelah disaring oleh mikroorganisme yang timbul pada permukaan filter. Apabila air yang digunakan adalah air leding, kandungan klorin akan hilang setelah disaring dengan filter vertikal.
Perbandingan antara wadah filter dengan bak pembesaran adalah 1 : 10. Filter vertikal biasanya diletakkan lebih tinggi dari pada bak pembesaran agar air yang sudah difilter mudah mengalir ke dalam bak pembesaran.
Bahan-bahan filter yang disusun berlapis adalah sebagai berikut.
Keterangan:
KP : Kolam pembesaran
BP : Bak
penampungan
P : Pompa air
1,2,3,4 : lapisan 1-4
Gambar 4.1 Filter untuk pengolahan air
b. Filter Terendam
Filter ini di buat sendiri dengan menggunakan ember atau potongan paralon sepanjang 25-30 cm. Diameter paralon 5-6 inchi. Salah satu lubang paralon ditutup dengan dop sedangkan bagian sisi paralon diberi lubang. Selanjutnya paralon diisi batu kali berukuran diameter 1-3 cm. Ke bagian tengah paralon diselipkan paralon berukuran 0,5 inci. Ke dalam paralon yang kecil ini dimasukkan selang yang dihubungkan dengan aerator dan diletakkan ke dalam bak atau akuarium pembesaran.
Filter tersebut dapat digunakan untuk mengolah air atau mendaur ulang air secara sirkulasi dan kontinyu sehingga kualitas air menjadi stabil.
Benih yang dipilih untuk dibesarkan adalah benih yang baik dan sehat. Ciri-ciri benih yang baik dan sehat adalah gerakannya gesit, tubuh tidak cacat dan warnanya cerah. Untuk itu, pemilihan benih harus dilakukan secara hati-hati dengan memakai serok halus, selanjutnya ikan yang dipilih dikelompokkan menurut ukurannya agar pertumbuhannya seragam.
lkan yang masih benih belum bisa dibedakan jenis kelaminnya. Untuk itu semua benih harus dipelihara sampai berukuran sekitar 1 inci sebab pada ukuran ini perbedaan jenis kelamin sudah dapat dilihat. Berdasarkan hasil penelitian, adanya hormon tertosteron dapat membuktikan ikan berjenis kelamin jantan.
Untuk menjaga kondisi tubuh dan lingkungan hidup agar ikan tetap sehat dan tidak ada kendala yang dapat mengganggu pertumbuhannya, ikan perlu diberi perlakuankhusus. Hal itu harus dilakukan secara rutin selama ikan dalam masa pembesaran agar hasilnya efektif.
5 mg I liter air.
C. Pemberian Pakan
Agar benih yang ditebarkan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik diperlukan makanan tambahan. Pakan merupakan kebutuhan pokok ikan untuk kelangsungan hidupnya. Untuk itu kualitas pakan harus selalu diperhatikan agar ikan dapat cepat tumbuh dan menampilkan warna-warna yang menarik.
Frekuensi pemberian pakan yang ideal adalah dua kali sehari dengan porsi disesuaikan dengan jumlah dan bobot total ikan yang ditebar. Sebagai contoh, di dalam bak pembesaran ditebar 4000 ekor ikan dengan bobot rata-rata 2,5 gram I ekor sehingga bobot total nya menjadi 10.000 gram atau 10 kg. Oleh karena porsi pakan berkisar 5 -10 % bobot total maka setiap hari diperlukan sebanyak 0,5-1 kg pakan. Dengan demikian jumlah pakan untuk setiap hari pemberian adalah 125-250 gram.
Saat pemberian pakan, pertumbuhan ikan harus terus dipantau minimal dua minggu sekali. Hal ini untuk melihat pertumbuhan bobotnya, berdasarkan data pertumbuhan tersebut maka dapat dinilai perkembangan ikan dan gambaran tentang kondisi ikan.
Penambahan air harus dilakukan secara hati-hati. Kondisi air yang akan ditambahkan harus sesuai dengan air dalam bak pembesaran. Untuk itu kondisi air terutama suhu perlu diperiksa sebelum dimasukkan dalam wadah pembesaran. Bila kondisi air sudah sesuai maka pemasukkan nya akan lebih mudah, air bisa dialirkan melalui selang atau dengan ember. Debit airnya boleh besar, tetapi jangan sampai menimbulkan gelombang karena ikan akan kaget atau stres.
Usaha pemeliharaan ikan berhasil apabila hasil dari pembesaran sudah laku terjual di Pemasaran ini berkaitan erat pasaran. dengan pengangkutan pengiriman. Oleh karena itu, persiapan pengiriman ikan harus secermat mungkin. Proses persiapan ini mulai dari pengkarantinaan, pemasaran, pengemasan, dan pengangkutan.
Agar biaya angkut menjadi murah, sebaiknya ikan dimasukkan sebanyak mungkin dalam wadah angkut. Bukan berarti tidak ada batasan jumlahnya, tetapi jumlah ikan tergantung dari lama pengangkutan dan ukuran ikan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pengangkutan ikan baik jarak dekat maupun jarak jauh.
Gambar 5.1. Pengepakan
Lapisan pertama berupa plastik PE, dibuat rangkap dua, setiap ujung bagian bawah plastik diikat agar tidak membentuk sudut, mencegah kebocoran, dan menghindarkan ikan terperangkap di sudut. Posisi plastik tersebut dibalik, selanjutnya diisi air, ikan, dan oksigen. Perbandingan air dan oksigen adalah 1 : 2.
Plastik dikemas dalam sterofoam, tempat ini sangat efektif menahan pengaruh cuaca dari luar dan mampu mempertahankan suhu di dalamnya agar tetap rendah. Sterofoam yang biasa digunakan berukuran 45 cm X 45 cm X 34 cm dengan bobot sekitar 12-18 kg tergantung ukuran ikan. Lalu sterofoam yang berisi kantong plastik dimasukkan • ke dalam kardus. Kardus ini berfungsi sebagai tempat menuliskan nama dan alamat pengirim dan penerima serta spesifikasi ikan.
Pengangkutan jarak jauh umumnya menggunakan pesawat udara, ini disebabkan karena ikan yang diangkut merupakan benda hidup yang harus tetap hidup hingga di tempat tujuan. Jadi, dibutuhkan alat pengangkutan yang cepat.
Dalam pengangkutan ikan yang menggunakan pesawat telah ditetapkan aturan mengenai tempat angkut dan cara pengemasannya. Selama dalam pengangkutan, usahakan udara dan airnya sejuk agar ikan merasa lebih nyaman dan aktivitasnya berkurang. Caranya ialah dengan memasukan 3 - 4 buah es dan dijaga agar jangan sampai meleleh.
Selain cara tersebut di atas, ada cara pengangkutan agar ikan tetap sehat dan segar,yaitu dimasukkan dalam bahan yang dapat menimbulkan efek ketenangan. Disiapkan pula antibiotik untuk mengobati luka gores saat ikan dipindahkan serta bahan pengikat amonia hasil buangan ikan.
Bahan-bahan tersebut dapat dibeli di pasaran, Bahan tersebut bermanfaat untuk pengangkutan ikan hias. ini disebabkan karena lebih menjamin ketahanan hidup ikan selama pengangkutan. Pemakaian bahan tersebut juga dapat menekan biaya angkut karena jumlah ikan yang dapat diangkut lebih banyak.
dilakukan pengujian pengangkutan sebelum ikan dikirim dalam jurnlah banyak. Hal ini penting dilakukan karena biasanya ikan yang diangkut berjumlah banyak. Apabila banyak yang mati, tentu saja yang didapat adalah kerugian.
100 cm X 50 cm X 50 cm sebanyak 5 unit @ Rp 75.000,00 = Rp 375.000,00
2. Akuarium untuk pemindahan ikan 2 unit @ Rp 50.000,00 = Rp 100.000,00
3. Aerator 5 unit @ Rp 15.000,00 = Rp 75.000,00
Jumlah = Rp 550.000,00
2. Pakan per bulan Rp 50.000,00 selama 4 bulan = Rp 200.000,00
3. Obat-obatan = Rp 100.000,00
4. Perlengkapan lain = Rp 100.000,00
Jumlah = Rp 775.000,00
Pendapatan setiap satu kali panen (4 bulan) = 1.125 X Rp 3.500,00 = Rp 3.937.500,00
= Rp 3.937.500,00 - (Rp 550.000,00 + Rp 775.000,00)
= Rp 3.937.500,00 - Rp 1.325.000,00
= Rp 2.612.500,00
Peluang Usaha Budi daya Ikan Hias populer
Panen dan penanganan pascapanen Udang galah
Bab IV Cara Pembesaran Ikan Hias
Usaha budi daya ikan hias belum dapat dikatakan berhasil bila ikan yang dibudidayakan itu belum mencapai ukuran tertentu. Untuk mencapai ukuran itu, setelah dari tahap pendederan harus melalui tahap pembesaran. Sebab umumnya ikan hias belum bisa dijual kalau masih berupa larva atau benih.
Larva yang sudah berumur kira-kira2 bulan dapa1 dipindahkan ke wadah pembesaran. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi ikan untuk mendapatkan tempat yang lebih besar dan bersih. Saat melakukan pemindahan juga dilakukan penyortiran agar ikan yang ukurannya kecil tidak disaingi ikan yang lebih besar.
A. Persiapan Sarana Pembesaran
Jumlah dan besar sarana pembesaran tergantung dari kapasitas ikan yang dibesarkan. Seperti halnya pemijahan dan pendederan, kegiatan pembesaran ini pun memerlukan sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan.1. Wadah Pembesaran
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari usaha pembesaran maka pembesaran harus dirancang secara khusus agar ikan yang dibesarkan dapat hidup dengan baik. Kesalahan dalam membuat dan merancang wadah akan berakibat ikan tidak berkembang sempurna, pertumbuhannya akan terhambat, dan ikan bisa terserang penyakit. Wadah pembesaran dapat dibeli dalam bentuk siap pakai maupun dibuat sendiri. Wadah yang dapat dibuat sendiri antara lain akuarium, bak semen, bak plastik dan kolarn tanah. Sementara wadah yang dapat dibeli adalah fiberglas.Penempatan wadah dilakukan dalam ruangan tertutup (indoor) agar diperoleh suhu air yang relatif stabil. Suhu air yang stabil akan membuat nafsu makan ikan meningkat. Akibatnya ikan akan sehat dan tidak mudah terkena stres atau terserang penyakit.
2. Penampung Air
Pada budi daya ikan hias, air merupakan sarana pokok yang harus tersedia. Apabila air tidak mencukupi atau tidak dapat langsung digunakan maka pengadaan penampungair menjadi kebutuhan utama.Wadah penampung air dapat berupa tong bekas yang terbuat dari plastik atau tangki dari fiberglas. Namun kalau kebutuhanair cukup banyak sebaiknya wadah penampungan dibuat dari semen. Agar air yang ditampung berkualitas dan siap pakai, penampungan air harus dilengkapi saringan atau filter air yang berfungsi menyaring partikel-partikel tersuspensi yang terbawa dari sumur atau sumber air lainnya.
3. Filter Pembesaran
Umumnya tahap pembesaran dilakukan pada bak semen atau akuarium dengan sistem ganti air. Air yang digunakan harus yang sudah diendapkan terlebih dahulu. Namun cara ini memerlukan stok air yang cukup banyak. Untuk menghemat penggunaan air, cara lain yang dapat digunakan adalah dengan sistem aliran tertutup (SAT) atau sistem resirkulasi. Dengan sistem ini air tidak akan terbuang karena daur ulang, tetapi dikembalikan sebagai air masuk setelah melalui filter. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa pada 20 hari pertama pengoperasian filter air, air yang dihasilkan masih rawan dengan komponen beracun, yaitu nitrit.
Persiapan untuk menerapkan sistem aliran tertutup dimulai dari penentuan volume air, wadah pembesaran, dan jumlah wadah pembesarannya. Hal ini perlu dilakukan agar total volume air yang dibutuhkan dapat diketahui.
Jenis filter yang bisa digunakan antara lain filter vertikal dan filter terendam.
a. Filter Vertikal
Filter ini biasa disebut filter kering, merupakan sistem penyaring air secara menetes (trickling filter). Disebut filter kering karena letaknya di luar bak pemeliharaan, sedangkan disebut filter vertikal karena air menetes dari atas ke bawah dan letaknya tegak.
Sistem ini sangat efisien karena hemat air, hemat lahan, dan hemat energi. Peralatannya mudah dioperasikan dan biaya pemeliharannya relatif lebih murah. Sistem ini bekerja secara fisika, kimia, dan biologi. Air kotor yang dipompakan ke dalam susunan bahan filter akan menjadi bersih setelah disaring oleh mikroorganisme yang timbul pada permukaan filter. Apabila air yang digunakan adalah air leding, kandungan klorin akan hilang setelah disaring dengan filter vertikal.
Perbandingan antara wadah filter dengan bak pembesaran adalah 1 : 10. Filter vertikal biasanya diletakkan lebih tinggi dari pada bak pembesaran agar air yang sudah difilter mudah mengalir ke dalam bak pembesaran.
Bahan-bahan filter yang disusun berlapis adalah sebagai berikut.
- Lapisan pertama atau dasar berupa batu kali berukuran diameter 7-10 cm, ketebalan lapisan minimal 15 cm.
- Lapisan kedua berupa arang batok yang dibungkus dengan kain saringan yang berfungsi mengabsorbsi air menjadi sumber karbon dalam proses kerja bakteri, ketebalan lapisan sekitar 5 cm.
- Lapisan ketiga berupa batu kapur mentah yang bertujuan untuk mempertahankan pH air agar tetap netral, ketebalan lapisan sekitar 10 cm.
- Lapisan keempat berupa batu kerikil atau batu split berdiameter 2-5 cm, berguna untuk tempat menempelnya bakteri pengurai, ketebalan lapisan minimal 40 cm.
- Lapisan kelima berupa busa (spon) yang berfungsi menyaring kotoran ikan.
Keterangan:
KP : Kolam pembesaran
BP : Bak
penampungan
P : Pompa air
1,2,3,4 : lapisan 1-4
Gambar 4.1 Filter untuk pengolahan air
b. Filter Terendam
Filter ini di buat sendiri dengan menggunakan ember atau potongan paralon sepanjang 25-30 cm. Diameter paralon 5-6 inchi. Salah satu lubang paralon ditutup dengan dop sedangkan bagian sisi paralon diberi lubang. Selanjutnya paralon diisi batu kali berukuran diameter 1-3 cm. Ke bagian tengah paralon diselipkan paralon berukuran 0,5 inci. Ke dalam paralon yang kecil ini dimasukkan selang yang dihubungkan dengan aerator dan diletakkan ke dalam bak atau akuarium pembesaran.
Filter tersebut dapat digunakan untuk mengolah air atau mendaur ulang air secara sirkulasi dan kontinyu sehingga kualitas air menjadi stabil.
4. Tanaman Air
Pembesaran rainbow dan kongo tetra biasanya dilakukan di luar ruangan. Perlengkapan pembesaran cukup hanya tanaman air yang bermanfaat untuk membuat kualitas air lebih stabil dan dapat menyerap unsur nitrogen.5. Aerator
Peralatan lain untuk menunjang pembesaran rainbow dan kongo tetra adalah aerator atau blower. Pada peralatan ini dipasangkan selang aerator secara paralel dari masing-masing bak atau akuarium. Dengan demikian pada setiap bak atau akuarium dapat dipasangkan selang untuk rnenyuplai oksigen. Cara pemasangan selang pada aerator cukup mudah, yaitu menyambungkan selang ke lubang pengeluaran aerator lalu selang aerator tersebut dirangkaikan menuju bak pembesaran. Ujung selang aerator tersebut ditutup dengan dop.B. Pemilihan Benih
Benih yang dipilih untuk dibesarkan adalah benih yang baik dan sehat. Ciri-ciri benih yang baik dan sehat adalah gerakannya gesit, tubuh tidak cacat dan warnanya cerah. Untuk itu, pemilihan benih harus dilakukan secara hati-hati dengan memakai serok halus, selanjutnya ikan yang dipilih dikelompokkan menurut ukurannya agar pertumbuhannya seragam.
lkan yang masih benih belum bisa dibedakan jenis kelaminnya. Untuk itu semua benih harus dipelihara sampai berukuran sekitar 1 inci sebab pada ukuran ini perbedaan jenis kelamin sudah dapat dilihat. Berdasarkan hasil penelitian, adanya hormon tertosteron dapat membuktikan ikan berjenis kelamin jantan.
C. Perlakuan Khusus dan Pemasukkan Benih
Untuk menjaga kondisi tubuh dan lingkungan hidup agar ikan tetap sehat dan tidak ada kendala yang dapat mengganggu pertumbuhannya, ikan perlu diberi perlakuankhusus. Hal itu harus dilakukan secara rutin selama ikan dalam masa pembesaran agar hasilnya efektif.
1. Perlakuan Khusus
Perlakuan khusus dilakukan dengan cara perendaman dalam larutan obat seperti kalium permanganat atau PK, formalin, dan malachit green. Dosis obat PK 4-6 mg I liter air dengan lama perendaman 5-10 men it. Perendaman dengan malachit green memerlukan waktu 3-5 menit. Untuk pemakaian formalin, dosis yang disarankan adalah5 mg I liter air.
2. Pemasukkan Benih
Setelah diberi perlakuan khusus, ikan dapat dimasukkan ke dalam wadah pembesaran dengan kepadatan 5-7 ekor per liter air. Waktu penebaran sebaiknya pada pagi hari karena suhu airnya masih stabil. Penebarannya harus dilakukan dengan sangat hati-hati, benih tersebut tidak boleh hanya dituangkan begitu saja ke dalam wadah, melainkan harus diadaptasikan terlebih dahulu. Pengadaptasian dilakukan dengan cara merendam wadah yang berisi benih dalam wadah pembesaran selama minimal 15 menit. Selanjutnya ke dalam wadah berisi benih dituangkan air yang 'berasal dari wadah pembesaran sedikit demi sedikit. Dengan cara ini kondisi air yang ada dalam kedua wadah akan berangsur-angsur menjadi sama. Setelah kondisi air menjadi sama, wadah berisi benih secara perlahan dimiringkan atau ditenggelamkan, hal ini dilakukan agar benih keluar dari wadah nya menuju wadah pembesaran.C. Pemberian Pakan
Agar benih yang ditebarkan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik diperlukan makanan tambahan. Pakan merupakan kebutuhan pokok ikan untuk kelangsungan hidupnya. Untuk itu kualitas pakan harus selalu diperhatikan agar ikan dapat cepat tumbuh dan menampilkan warna-warna yang menarik.
Frekuensi pemberian pakan yang ideal adalah dua kali sehari dengan porsi disesuaikan dengan jumlah dan bobot total ikan yang ditebar. Sebagai contoh, di dalam bak pembesaran ditebar 4000 ekor ikan dengan bobot rata-rata 2,5 gram I ekor sehingga bobot total nya menjadi 10.000 gram atau 10 kg. Oleh karena porsi pakan berkisar 5 -10 % bobot total maka setiap hari diperlukan sebanyak 0,5-1 kg pakan. Dengan demikian jumlah pakan untuk setiap hari pemberian adalah 125-250 gram.
Saat pemberian pakan, pertumbuhan ikan harus terus dipantau minimal dua minggu sekali. Hal ini untuk melihat pertumbuhan bobotnya, berdasarkan data pertumbuhan tersebut maka dapat dinilai perkembangan ikan dan gambaran tentang kondisi ikan.
D. Mempertahankan Kualitas Air
Kuantitas dan kualitas air sangat mendukung perkembangan dan pertumbuhan ikan. Bila air dalam bak pembesaran berkurang, penambahan air harus segera dilakukan, sementara bila kualitasnya menurun air harus segera diganti. Jumlah air yang diganti bisa saja mencapai 100%,tergantung kondisi air. Kualitas air yang menurun ditandai dengan warna air yang menjadi keruh, gerakan ikan kurang gesit, dan nafsu makan ikan menurun.Penambahan air harus dilakukan secara hati-hati. Kondisi air yang akan ditambahkan harus sesuai dengan air dalam bak pembesaran. Untuk itu kondisi air terutama suhu perlu diperiksa sebelum dimasukkan dalam wadah pembesaran. Bila kondisi air sudah sesuai maka pemasukkan nya akan lebih mudah, air bisa dialirkan melalui selang atau dengan ember. Debit airnya boleh besar, tetapi jangan sampai menimbulkan gelombang karena ikan akan kaget atau stres.
Bab V Pemasaran Ikan Hias
Usaha pemeliharaan ikan berhasil apabila hasil dari pembesaran sudah laku terjual di Pemasaran ini berkaitan erat pasaran. dengan pengangkutan pengiriman. Oleh karena itu, persiapan pengiriman ikan harus secermat mungkin. Proses persiapan ini mulai dari pengkarantinaan, pemasaran, pengemasan, dan pengangkutan.
Agar biaya angkut menjadi murah, sebaiknya ikan dimasukkan sebanyak mungkin dalam wadah angkut. Bukan berarti tidak ada batasan jumlahnya, tetapi jumlah ikan tergantung dari lama pengangkutan dan ukuran ikan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pengangkutan ikan baik jarak dekat maupun jarak jauh.
A. Tempat Angkut
Tempat angkut merupakan tempat tinggal ikan selama pengangkutan.Gambar 5.1. Pengepakan
1. Tempat AngkutJarak Jauh
Pada umumnya tempat angkut untuk jarak jauh terdiri dari tiga lapisan, yaitu kantong plastik polietilen (PE), sterofoam, dan kardus.Lapisan pertama berupa plastik PE, dibuat rangkap dua, setiap ujung bagian bawah plastik diikat agar tidak membentuk sudut, mencegah kebocoran, dan menghindarkan ikan terperangkap di sudut. Posisi plastik tersebut dibalik, selanjutnya diisi air, ikan, dan oksigen. Perbandingan air dan oksigen adalah 1 : 2.
Plastik dikemas dalam sterofoam, tempat ini sangat efektif menahan pengaruh cuaca dari luar dan mampu mempertahankan suhu di dalamnya agar tetap rendah. Sterofoam yang biasa digunakan berukuran 45 cm X 45 cm X 34 cm dengan bobot sekitar 12-18 kg tergantung ukuran ikan. Lalu sterofoam yang berisi kantong plastik dimasukkan • ke dalam kardus. Kardus ini berfungsi sebagai tempat menuliskan nama dan alamat pengirim dan penerima serta spesifikasi ikan.
Pengangkutan jarak jauh umumnya menggunakan pesawat udara, ini disebabkan karena ikan yang diangkut merupakan benda hidup yang harus tetap hidup hingga di tempat tujuan. Jadi, dibutuhkan alat pengangkutan yang cepat.
Dalam pengangkutan ikan yang menggunakan pesawat telah ditetapkan aturan mengenai tempat angkut dan cara pengemasannya. Selama dalam pengangkutan, usahakan udara dan airnya sejuk agar ikan merasa lebih nyaman dan aktivitasnya berkurang. Caranya ialah dengan memasukan 3 - 4 buah es dan dijaga agar jangan sampai meleleh.
Selain cara tersebut di atas, ada cara pengangkutan agar ikan tetap sehat dan segar,yaitu dimasukkan dalam bahan yang dapat menimbulkan efek ketenangan. Disiapkan pula antibiotik untuk mengobati luka gores saat ikan dipindahkan serta bahan pengikat amonia hasil buangan ikan.
Bahan-bahan tersebut dapat dibeli di pasaran, Bahan tersebut bermanfaat untuk pengangkutan ikan hias. ini disebabkan karena lebih menjamin ketahanan hidup ikan selama pengangkutan. Pemakaian bahan tersebut juga dapat menekan biaya angkut karena jumlah ikan yang dapat diangkut lebih banyak.
2. Tempat Angkut Jarak Dekat
Sterofoam dan kantong plastik juga digunakan pada pengangkutan jarak dekat agar kondisi ikan tetap segar dan sehat sampai di tempat tujuan. Hal ini disebabkan suhu air dalam kantong plastik tidak akan terlalu berfluktuasi. Oksigen untuk setiap kantong plastik juga sangat diperlukan, hanya saja perbandingan antara air dengan oksigen untuk jarak dekat ini dapat diperkecil, yaitu 1 : 1,5. Oleh karena waktu angkutnya cepat, jumlah ikan dalam setiap kantong dapat ditingkatkan. Sementara kapasitas ikan yang dapat ditampung dalam pengemasan pun meningkat.B. Waktu Tempuh
Waktu tempuh pengangkutan merupakan waktu yang dibutuhkan sejak pengemasan hingga ikan sampai di tempat tujuan. Waktu tempuh perlu diperhitungkan karena sangat menentukan jumlah ikan yang akan dikemas, volume air yang dibutuhkan, dan volume oksigen. Perbandingan air dan oksigen adalah 1 : 2 untuk setiap kantong plastik dengan jumlah ikan 800 ekor, tergantung waktu perjalanan. Agar resiko pengangkutan berkurang sebaiknyadilakukan pengujian pengangkutan sebelum ikan dikirim dalam jurnlah banyak. Hal ini penting dilakukan karena biasanya ikan yang diangkut berjumlah banyak. Apabila banyak yang mati, tentu saja yang didapat adalah kerugian.
C. Perlakuan di Tempat Tujuan
Setelah sampai di tempat tujuan biasanya ikan lemah sehingga penanganannya harus hati-hati. Kalau tidak, ikan tersebut bisa mati. Untuk itu ikan perlu diperlakukan sebagai berikut.- Masukkan kantong berisi ikan dalam tempat
- pemeliharaan, penyesuaian suhu air dilakukan selama 15 menit.
- Buka kantong plastiknya, tetapi jangan langsung dituangkan ke dalam tempat pemeliharaan.
- Masukkan air dari tempat pemeliharaan secara perlahan ke kantong.
- Lepaskan ikan bila sudah tampak aktif.
- Segera berikan pakan sedikit demi sedikit bila ikan sudah pulih yang ditandai dengan gerakan tubuh dan tutup insang yang sudah normal dan tidak terengah-engah.
Bab VI Analisis Usaha Ikan Hias
Analisis usaha diperlukan untuk mengetahui ambaran besarnya keuntungan yang akan iperoleh dari suatu jenis usaha. Berikut ini diberikan contoh analisis usaha dalam skala kecil. Analisis usaha dalam skala kecil yang dilakukan selama 4 bulan sebagai berikut,a. Biaya lnvestasi
1. Akuarium Pembesaran Ukuran100 cm X 50 cm X 50 cm sebanyak 5 unit @ Rp 75.000,00 = Rp 375.000,00
2. Akuarium untuk pemindahan ikan 2 unit @ Rp 50.000,00 = Rp 100.000,00
3. Aerator 5 unit @ Rp 15.000,00 = Rp 75.000,00
Jumlah = Rp 550.000,00
b. Biaya Operasional
1. Benih 1500 ekor @ Rp250,00 = Rp 375.000,002. Pakan per bulan Rp 50.000,00 selama 4 bulan = Rp 200.000,00
3. Obat-obatan = Rp 100.000,00
4. Perlengkapan lain = Rp 100.000,00
Jumlah = Rp 775.000,00
c. Pendapatan
Dihasilkan 1.125 ekor dengan harga per ekor Rp 3.500,00Pendapatan setiap satu kali panen (4 bulan) = 1.125 X Rp 3.500,00 = Rp 3.937.500,00
d. Keuntungan
= Pendapatan - (Biaya investasi + Biaya Operasional)= Rp 3.937.500,00 - (Rp 550.000,00 + Rp 775.000,00)
= Rp 3.937.500,00 - Rp 1.325.000,00
= Rp 2.612.500,00
KETERANGAN
Analisis usaha di atas dilakukan pada pembesaran pertama kali, untuk pembesaran berikutnya sudah tidak memakai biaya investasi lagi karena peralatan pada pembesaran pertama masih dapat digunakan selama 4-6 tahun ke depan. Dengan demikian untuk pembesaran berikutnya keuntungan akan lebih meningkat.Peluang Usaha Budi daya Ikan Hias populer
Panen dan penanganan pascapanen Udang galah