-->

PELUANG USAHA BUDI DAYA UDANG GALAH LENGKAP SAMPAI KE AKARNYA

serbabawang.blogspot.com. Anda senang makan udang galah atau bekerja  di bidang perikanan khususnya udang galah? Pasti sangat tertarik   untuk membuka-buka media informasi yang oerisi  tentang peluang usaha budidaya udang galah.

Artikel  Peluang Usaha Budidaya Udang Galah yang ada di tangan Anda ini  berisi Informasi lengkap dan praktis seputar budidaya udang galah yang baik, aman, dan  hemat.  Buku ini  di dalamnya menguraikan bagaimana mengenal sifat  dan kehidupan udang galah terlebih  dulu,  kemudian baru menyiapkan lokasi dan nernbuatan  kolam untuk  budidaya udang galah,  pengadaan dan pemeliharaan oenih,   pengadaan  pakan udang galah,   teknis  pengelolaan  budidaya,  serta
kenanganan panen dan pasca panen.

PELUANG USAHA BUDI DAYA UDANG GALAH LENGKAP

Peluang untuk berwirausaha budi daya udang galah ini masih sangat besar guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan   buku yang dapat menjadi pedoman dalam perintisan wirausaha budi daya  udang galah agar dapat melakukan praktek  usaha secara benar, terarah, dan   menghindarkan kerugian. Sebab kita tahu,  bahwa kerugian dalam berbisnis acapun  termasuk  berbisnis  udang galah  ini  bukan  hanya ketika  kita  gagal mendapatkan order dan konsumen, tetapi  banyak juga karena sejak awal proses pembibitan/pembenihan    atau  perbesaran udang galah sudah salah atau gagal melakukannya.

Kami berharap, dengan hadirnya artikel ini dapat menjadi pedoman, motivasi, sekaligus inspirasi bagi remaja  dan pemuda serta pelajar  untuk  berwirausaha secara   mandiri,  sehingga kelak  dapat  menjadi  pengusaha yang mandiri  dan sukses.

BAB 1 Pendahuluan


Dalam   dunia perikanan,  budi daya ikan air tawar sudah dikenal cukup  lama. namun,  kalau  kita evaluasi  secara  saksama,   budi daya  udang  galah, jenis udang yang dapat dibesarkan  di kolam air tawar, cenderung  belum diminati cara para petani  ikan,   padahal   udang  galah  sebagai   produk  hasil  perikanan, mempunyai prospek yang sangat cerah, khususnya sebagai komoditas ekspor.

Di   samping   itu  prospek   untuk  memajukan   usaha  perikanan   sebagai lapangan  kerja  dan  usaha  memang  masih  terbuka  cukup  luas,  mengingat sampai   sekarang  kebutuhan  akan  konsumsi  hasil  perikanan  masih  belum terpenuhi.   Apalagi bila kita kaitkan dengan sasaran  ekspor non migas. Untuk meningkatkan   ekspor  nonmigas,   udang  merupakan   salah  satu alternatif komoditas yang dianggap penting untuk menambah cadangan devisa negara

Hal ini disebabkan   udang banyak disukai   oleh konsumen  di negara- negara maju sehingga  merupakan    komoditi      ekspor    yang   sangat menguntungkan.    Sebagai  komoditas   ekspor,  hampir  sekitar  80%  dikirim  ke Jepang dan Amerika.  Hal ini dimungkinkan  karena pada umumnya masyarakat Maju sangat  ketagihan  dengan  makanan  yang kaya akan protein tetapi tidak mengandung kolesterol seperti salah satunya adalah udang.

Dengan   demikian    perkembangan     usaha   perikanan    tentunya    akan berpengaruh  terhadap berkembangnya  kemungkinan   kesempatan  kerja yang sanggup meningkatkan   pendapatan masyarakat,    selain    mendukung perkembangan bidang lain yang berkaitan dengan kemajuan di bidang  perikanan.

Melihat  kenyataan   itu, betapa  penting  kebutuhan   hasil  perikanan  bagi masyarakat  yang sedang  membangun,   maka sudah  sewajarnya  bila   usaha perikanan   dikembangkan   dan sekaligus  memperoleh   partisipasi   aktif  dari masyarakat,  baik untuk peningkatan  sumber daya manusia, maupun sebagai produsen   perikanan.   Oleh  karena   itu,  menarik   minat  petani   ikan  untuk menggalakkan   budi daya  udang  galah, jelas  merupakan  usaha yang wajar, mengingat  selama  ini, udang  sebagai  komoditas  ekspor  masih  didominasi udang windu yang dibesarkan  di air payau.

A.  Manfaat Udang Galah


Udang sebagai makanan bergizi tidak perlu diragukan lagi. Selain mengandung protein  hewani yang tinggi. juga  mengandung  mineral,  vitamin A,  B1,    dan D, serta  sedikit  lemak.  Keunggulan   lain dibandingkan   dengan  protein  hewani lainnya adalah bahwa kandungan  asam lemaknya tidak jenuh.   Banyak makan udang, berarti menghindari  penyakit jantung.  Udang juga mengandung  asam amino  methionin  yang sangat  membantu  proses  sintesis  pembentukan   pro- tein,  sehingga dapat meringankan  kerja hati. Maka, makan udang yang banyak dapat mencegah penyakit yang menyerang  hati.

B.  Prospek Usaha Budi Daya Udang Galah di  Indonesia


Udang   galah merupakan  salah satu komoditas  hasil perikanan  air tawar yang sangat  potensial,  karena memiliki nilai ekonomi tinggi. Budi daya udang galah dewasa ini  perkembangannya  memang belum secepat budi daya udang windu. Namun,   prospeknya tidak kalah dengan komoditas udang windu.  Udang galah yang  dipelihara   dan dibesarkan dalam kolam air tawar dapat mencapai panjang tubuh 30 cm, sehingga  tak jauh  berbeda  dengan  ukuran  udang windu yang dipelihara dalam tambak air payau.
Usaha Budi Daya Udang Galah
udang windu

Potensi udang galah sebagai komoditas ekspor sudah dikembangkan sejak tahun  1970-an. Hal ini menunjukkan  bahwa udang galah sebagai  komoditas ekspor  bi la dikembangkan   lebih  intensif,  tentu  akan  masuk  daftar  prioritas ekspor hasil perikanan  darat yang harus diperhitungkan.   Sejak tahun  1974, cara pengembangbiakan  udang galah telah berhasil diketahui, dan di Indonesia sudah ada Balai Benih Udang Galah yang siap memasok udang galah bagi para petani di Indonesia.

Udang galah ditinjau dari perkembangan  produksi perikanan  sejak tahun 1998 sampai tahun 2002,  rata-rata hanya mencapai perkembangan  produksi 6, 1   pCt dan udang tambak melaju dengan rata-rata 17,4 pCt. Tetapi sejak tahun 1998 produksi udang galah meningkat terus: tahun 1998 produksi udang galah  0,8  ribu ton, pada tahun 1999 naik menjadi 11.3 ribu ton, tahun 2000 naik lagi menjadi 12,7 ribu ton, tahun 2001 turun menjadi 12.2 ribu ton.tetapi  tahun 2002 naik lagi menjadi  13,6   ribu ton.

Kesempatan   meningkatkan   produksi  komoditas  udang  galah  memang masih terbuka luas, khususnya  bagi masyarakat  di pedesaan.  Hal itu karena, budi daya  udang  windu  selama  ini berkembang   dengan  pesat  dan  hanya di monopoli   oleh masyarakat   yang tinggal  di pesisir  saja. Tentu saja pengembangan   budi  daya  udang  galah  di  Indonesia  harus  didukung  oleh instansi terkait,  baik Dinas Perikanan maupun perbankan, terutama dukungan teknis berupa penyuluhan dan bantuan perkreditan.

C.  Produksi  Udang dan    masalah yang Dihadapi

Produksi   udang  Indonesia  pada tahun  2001  pernah  mencapai    140.000  ton, tetapi  terus mengalami penurunan hingga  menjadi  80.000 ton pada tahun 2005 yang lalu.   Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini,  budi  daya udang di Indonesia  banyak  mengalami  masalah  penyakit  yang  disebabkan    vibrio  dan virus. Penyakit-penyakit   ini apabila  sudah  mewabah,  sampai   sekarang  masih sulit untuk  diatasi.  Kegagalan  demi  kegagalan  dialami  oleh  banyak  petambak, sehingga  tidak sedikit di antara mereka yang mengurangi  aktifitas  atau bahkan menghentikan  sama sekali usaha tambak nya.  Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah mengapa hal itu dapat terjadi dan perlu dikaji  lebih mendalam masalah tersebut. Akan tetapi timbulnya  masalah ini perlu dikaji tidak terlepas dari hal-hal berikut ini.
• Penurunan  kualitas  lingkungan  secara  makro  atau  secara  keseluruhan akibat dari pencemaran  industri dan perusakan alam untuk berbagai kepentingan.
• Penurunan kualitas lingkungan secara mikro disebabkan oleh pencemaran dari tambak sendiri karena terkonsentrasi  di satu tempat.
• Kualitas benih tidak stabil dan sering di bawah standar.
• kemampuan manajemen dan teknis budi daya petambak di Indonesia rata- rata masih rendah.

Berbagai usaha untuk menanggulangi  masalah penyakit sudah dilakukan dari penelitian,  uji coba di lapangan dan perbaikan teknis budi daya,  akan tetapi belum mencapai hasil yang memuaskan.

D. Kunci Sukses Budi daya Udang Galah


Keberhasilan  usaha  budi daya  udang galah tidak  lepas dari kegiatan  teknis yang diimbangi dengan kegiatan sosial dan ekonomi. Dalam kegiatan tersebut, dikenal dengan "Sapta Usaha" yang mencakup 7 kegiatan pendukung, seperti:

1. Konstruksi kolam,  

Mencakup   kegiatan  perencanaan   dan  pembuatan kolam yang sesuai dengan standar supaya memudahkan  pengelolaan, baik dalam melakukan pengeringan kolam maupun pengisian dan pembuangan air.

2. Pengairan air  

Mencakup  kegiataan  pengelolaan  air seperti tersedianya air sepanjang  tahun dengan jumlah yang cukup,  kualitas air yang baik dan bebas dari pencemaran,  pemasukan dan pembuangan  air dapat dilakukan dengan lancar. Saluran yang memiliki kegunaan sendiri-sendiri,  akan menghindarkan  air pembuangan  masuk kembali ke kolam.

3. Benih, 

Mencakup kegiatan pemilihan benih. Pengadaan benih udang galah sebaiknya  dibeli dari Balai Benih Udang Galah, karena produksi dari Balai Benih secara um urn kualitasnya dapat diandalkan dan ukurannya seragam. Dengan demikian secara ekonomi lebih menguntungkan  ditinjau dari aspek pengelolaan  dan pemasaran.

4. Pengelolaan,  

Mencakup  kegiatan seperti pengolahan tanah, pemupukan, dan pemberian  makanan tambahan.  Pengolahan tanah, khususnya dasar kolam, sangat penting karena dengan adanya pengolahan menjadikan tanah dasar kolam terbebas  dari gas-gas beracun yang berdampak  negatif bagi udang. Selain itu perlu dilakukan pemupukan, baik penggunaan pupuk organik maupun nonorganik. Agar tanah dasar kolam tetap subur sehingga berbagai jenis makanan alami yang disukai udang dapat tumbuh dengan subur pula. Pemberian makanan tambahan juga sangat mendukung pertumbuhan udang, sehingga dapat mempersingkat waktu pemanenan udang galah.

5. Pengendalian  hama

Mencakup  kegiatan  usaha penanggulangan   hama kolam,  baik  hama  pemangsa,   pesaing  ataupun  yang  dapat  merugikan secara ekonomi.

6. Tatalaksana  usaha,  

mencakup  kegiatan  yang  bersifat  ekonomi.  Dalam pelaksanaan budi daya udang galah,    petani    sebaiknya   dapat memperhitungkan   biaya produksi serta kemampuan modal yang dimiliki, sekaligus memperhitungkan  sasaran produksi yang akan dicapai, dan menghindarkan pengeluaran-pengeluaran  yang tidak perlu.

7. Pemasaran  hasil,  

mencakup  kegiatan  memperhitungkan   potensi  pasar komoditas udang  galah,  baik  pasaran  dalam  negeri  maupun   pangsa pasaran ekspor. Dengan adanya pemahaman  potensi pasar, petani dapat menghindarkan  kerugian yang bersifat ekonomi.

E. Jenis Udang Air Tawar

Di wilayah perairan Indonesia cukup banyakjenis  udang airtawar,  yang sangat potensial  untuk dibudidayakan.   Namun  kita perlu  mengenal  beberapa  jenis udang  air tawar, agar dalam  usaha budi daya kita dapat memilih jenis  udang air  tawar yang tepat.

1.    Udang  galah (Macrobrachium  rosenbergil)

• Panjang tubuh dapat mencapai   sekitar 30 cm.
• Kerucut kepala panjang.
• Warna biru kekuning-kuningan.
Habitatnya  di daerah hilir sungai  sampai  100 - 150 km dari muara sungai yang menuju laut.

Ciri khas udang galah
•     Rostrum panjang melengkung
•     Gigi merata

Ciri khas udang jenis lain
•     Rostrum pendek atau panjang
•     Gigi tidak merata

2.   Udang lar ( Macrobrachuium  Jar)

• Panjang tubuh dapat mencapai  sekitar  15  cm.
• Kerucut kepala sangat pendek.
• Warna hijau kekuning-kuningan.
• Habitatnya  didaerah    hilir sungai  yang  bermuara  ke  laut yang  memiliki salinitas tinggi.

3.    Udang palemon merah (Palaemon styliferus)

•       Panjang tubuh dapat mencapai sekitar 10 cm.
•      Kerucut kepala melengkung  ke atas dan panjang.
•      Warna kuning pias transparan.
•      Habitatnya di muara sungai yang berhubungan langsung dengan laut.

4.    Udang muara (Macrobrachium equidens)

• Panjang tubuh dapat mencapai sekilar 9 cm.
• Kerucut  kepala melengkung  ke atas.
• Warna kuning cerah dan ada titik-titik hitam.
• Habitatnya  di muara sungai.

5.     Udang ragang (Macrobrachium sintangense)

• Panjang tubuh dapat mencapai sektiar 7 cm.
• Kerucut kepala lurus ke depan.
• Warna kuning-kehijau-hijauan.
• Habitatnya di sungai yang arus airnya lamban.

6. Udang palemon bening (Palaemon concinnus)


• Panjang tubuh dapat mencapai sekitar 6 cm.
• Kerucut kepala melengkung  ke atas.
• Warna kuning bening.
• Habitatnya di dekat muara sungai.

7.   Udang beras (Caridina gracillirostris)

•     Panjang tubuh dapat mencapai 3 cm.
•     Kerucut kepala panjang mclebihi kepala.
•     Warna kuning-jingga.
•     Habitatnya di sungai dan danau.

BAB 2. Mengenal  Sifat dan Kehidupan Udang Galah

Udang galah yang memiliki potensi tinggi untuk dipelihara dan dibesarkan dalam kolam air tawar adalah dari jenis Macrobrachium  rosenbergii  (deMan).  Udang galah termasuk  filum Arthropoda  kelas  Crustacea,  bangsa  Decapoda, suku Palaemonidae,   dan  marga  Macrobrachium.

Sebagai suku Palaemonidae, udang galah termasuk kelompok udang Palaemonid yang um urn hidup di air tawar. Udang galah berbeda dengan udang dari  suku  Penaedae  atau  kelompok  udang Penaeid,  seperti:  udang  windu ataupun udang putih yang umum hidup di air payau.

Untuk lebih mengenal udang galah bagi kepentingan  budi dayanya, berikut akan dijelaskan  baik sifat maupun beberapa aspek kehidupannya.

A. Ciri-Ciri Tubuh Bagian Luar

Ciri  khas  udang  galah  yang  dapat  kita kenali  adalah  kepalanya  berbentuk kerucut,  rostrum melebar  pada bagian ujungnya,  bentuknya  memanjang  dan melengkung  ke atas. Pada bagian atas terdapat gigi seperti gergaji berjumlah 12 buah dan bagian bawah 11  buah atau patokan yang dapat dihafal adalah 12 ± 2 atas dan 11  ± 2 bawah.

Apabila  ciri khas sudah dapat kita kenali, tentunya  perlu kita kenali lebih terinci, khususnya ciri khas udang galah jantan dan betina, antara lain sebagai berikut.

1. Udang galah jantan

• Ciri yang  paling  mencolok  adalah  pada pasangan  kaki jalan  kedua  dari udang galah jantan yakni tumbuh  sangat besar, kuat, bercapit  besar dan panjang.
• Bagian perutnya lebih ramping daripada udang galah betina.
• Kepala  udang galah jantan ukurannya nampak lebih besar daripada udang galah  betina.
•Tubuh udang galah jantan langsing dan keadaan  ruang di bagian bawah perut sempit.
• Alat kelamin udang galah jantan terletak pada pangkal kaki jalan yang kelima.

2. Udang  galah betina

• Pasangan kaki jalan yang kedua dari udang galah betina tumbuh kecil, capit yang kedua lebih pendek dan mungil.
• Bagian  perutnya nampak gemuk dan melebar.
• Kepala udang galah betina lebih kecil daripada udang galah jantan.
•Tubuh udang qalah betina terlihat gemuk dan ruang bagian bawah perut membesar sesuai dengan kegunaannya  untuk mengerami telur.
• Alat kelamin udang galah betina terletak pada pangkal kaki jalan yang ketiga.

Apabila karakteristik  udang galah kita tinjau secara umum  maka nampak bahwa   badan  udang  galah  terbagi  atas  3 bagian,  yakni: kepala dan dada (cephalothorak) ,  badan (abdomen),  dan ekor (uropoda).

Keseluruhan tubuh udang galah beruas-ruas,  dan terbungkus oleh kerangka luar ( eksoskelaton),  yang terbuat dari bahan chitin.

Pada bagian  kepala  dada terdapat  pelindung  yang disebut  carapace dan pada  kepala  bagian depan   atas  terdapat    kerucut   kepala  (rostrum)  yang menyerupai gergaji.

Bagian  kepala terdiri atas 6 ruas.  Sepasang  mata majemuk yang bertangkai terletak pada ruas  pertama dan bisa digerakkan.   Sungut pertama terdiri atas 3 ruas yang terletak  pada ruas kedua bagian  kepala  dan ujungnya bercabang.

Pada ruas ketiga bagian badan terdapat sungut kedua yang berupa cemeti panjang.  Pada  ruas  keempat,  kelima,   dan  keenam  bagian  badan  terdapat rahang atau yang  disebut mandibula,  alat  pembantu  rahang atas atau maxilla 1, dan alat pembantu rahang bawah atau maxilla 2,  merupakan anggota badan, digunakan   sebagai alat untuk makan.

Bagian  dada udang galah terdiri atas 8 ruas, yang dimulai dari ruas ketujuh, delapan,  dan  sembilan secara berurutan terdapat alat pembantu rahang yang berjumlah 3 pasang atau disebut maxilliped. Fungsinya adalah sebagai alat deteksi dan memegang makanan. Adapun 5 ruas berikutnya, khususnya ruas sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas,  dan empat belas,  terdapat kaki jalan yang disebut pexeipoda.  Kaki jalan yang pertama dan kedua,  pada ujung ruas ketujuh yang disebut doctilus,  mengalami  perubahan  bentuk menyerupai capit yang disebut chela. Capit ini berfungsi untuk mengambil makanan yang berukuran besar.

Bagian perut udang galah terdiri atas 6 ruas. Pada ruas pertama  sampai kelima terdapat  pasangan  kaki renang  atau pleopoda.  Pleopoda  pada  ruas keenam mengalami  perubahan  bentuk menjadi ekor kipas atau uropoda.

Pleopoda sendiri terdiri atas 2 ruas, yakni bagian pangkal yang bercabang dua, antara  lain endopodit  atau cabang  sebelah  dalam,  dan  eksopodit  atau cabang sebelah luar. Pleopoda pada udang galah betina berfungsi untuk melekatkan  telur selama  dierami  di bawah  perut.  Pleopoda  tersebut  berbulu sehingga memudahkan  perlekatan telur.

Pada bagian ekor, di antara  uropoda  kanan dan kiri, terdapat  ruas tubuh yang terakhir  membentuk  tonjolan  yang rneruncinq  ke belakang yang disebut ujung ekor atau telson.

B. Siklus Hidup Udang Galah

Dalam kehidupannya,  udang galah menempati dua habitat. Pada saat dewasa kelamin dan menetas menjadi plankton sampai larva stadium  11 ,   udang galah senang hidup di air payau. Tetapi setelah menjadi juvenil sampai usia dewasa, udang galah lebih senang hidup dalam air tawar. Setelah dewasa dan matang kelamin,  udang galah kembali lagi ke air payau. Hal ini berkaitan dengan telur pas hasil perkawinan  setelah menetas hanya dapat hidup di lingkungan  air payau.                             

Udang galah dewasa yang hidup di alam bebas dapat memijahkan telurnya dalam air tawar yang jaraknya  puluhan  kilometer  dari laut, selanjutnya  larva tersebut terbawa  arus sungai  menuju ke muara yang langsung  berhubungan dengan  laut. Di muara sungai  yang  kondisi  airnya  payau  itulah larva udang ber melakukan  metamorfose  sampai  menjadi juvenil.  Secara  rinci metamorfose pada hidup udang galah adalah sebagai berikut.

Setelah telur hasil perkawinan udang dewasa dierami di bawah perut induk, selanjutnya ditetaskan di muara sungai berair payau.

  • Dalam air payau telur menetas berbentuk plankton yang melayang-layang dalam  air, bergerombol,   berenang  mendekati  lingkungan  yang  terkena   pancaran sinar matahari.
  • Pada usia 2 hari plankton mengalami pergantian kulit menjadi larva stadium 1. Pada fase ini carapace masih lunak, matanya belum bertangkai, rostrum  longitodinal,  dan telson bentuknya  segitiga dengan 7 buah duri berambut, dan larva memiliki warna putih transparan.           
  • Pada usia 3 hari mulai menjadi  larva stadium 2. Pada fase ini larva sudah   memiliki tangkai mata, pada telson yang berbentuk segitiga memiliki 8 buah dan duri berambut dan pasangan terluar tanpa rambut,  dan mulai terlihat adanya  persendian  dari uropoda.     
  • Pada  usia  5 hari  menjadi  larva  stadium3  Pada  fase  ini sudah  dapat diketahui pada carapace dengan rostrum sebuah gigi dorsal, telson dengan 8 pasang duri berambut yang sepasang di bagian tengah dan sepasang  di bagian  pinggir  tak  berambut,  pereipoda   sudah  dalam  kondisi  lengkap meskipun   belum  sempurna,    uropoda   bercabang   dua  dengan   6  duri berambut.
  • Pada usia 9 hari berubah lagi menjadi larva stadium 4. Telson membentuk empat persegi panjang dalam keadaan  menyempit  dengan 5 pasang duri dorsal dan 2 pasang dari lateral, uropoda bercabang dua, exopoda dengan 10 duri berambut  dan endopoda  dengan 7 duri ram but, pereipoda  kelima sudah makin berkembang.
  • Pada usia 12 hari menjadi  larva stadium 5. Telson yang berbentuk empat  persegi  panjang  lebih  menyempit   ke bagian  belakang,   duri  posterior  4 pasang,  duri lateral kecil tak berambut  dan sepasang  duri tengah  tanpa rambut, uropoda berambut, endopoda dan exopoda hampir tak sama panjangnya dengan telson.
  • Pada  usia  18 hari  menjadi  larva  stadium  6. Telson  lebih  sempit  dan memanjang,   uropoda   lebih  berkembang,   endopoda   dengan   16 duri berambut,  chromatophora   belum  merata,  tebal pada bagian  kepala dan pada bagian telson  berwarna jingga pucat,  pleopoda mulai bercabang dua dan berkembang  lebih lanjut.
  • Pada usia 22 hari menjadi  larva stadium 7.  Telson lebih memanjang  dan menyempit. Chromatophora    meluas  dengan   warna  biru  gelap  pada pereipoda 2 dan sisi ventral abdomen serta bagian pinggir dengan warna merah atau biru kekuningan,   pleopoda  mulai bercabang  dua dan berkembang  lebih lanjut.
  • Pada usia 25 hari menjadi  larva stadium 8. Telson lebih menyempit,  duri pada ujung telson  hilang,   pleopoda  lebih berkembang  dan pada cabang luar mulai be ram but jarang.
  • Pada usia 29 hari menjadi larva stadium 9. Telson makin sempit di bagian posterior, terdapat  3 pasang duri lateral pendek,  4 pasang duri posterior dan  sepasang  duri tengah  berambut,  pigmentasi  agak  merata  dengan warna kuning kecoklatan.
  • Pada usia 34 hari menjadi larva stadium 10. Pada rostrum sudah memiliki 3 - 4 buah gigi dorsal,  telson lebih memanjang dan menyempit, duri lateral hilang,  pada  pereipoda  pasangan   pertama  dan  kedua  mulai  berjepit, pleopoda dengan endopoda  dan exopoda  be ram but lebat dan tebal.
  • Pada usia 37 hari menjadi  larva stadium  11. Fase ini merupakan  batas akhir dari larva sejak menetas. Rostrum sudah memiliki gigi dorsal 9 buah, telson sempit dan memanjang, uropoda lebih berkembang dan lebih panjang dari telson.
  • Mulai usia 40 hari metamorfose berakhir dan larva menjadi juvenil atau udang muda yang panjangnya  8 mm, panjang carapace sekitar 2.5 mm.  rostrum berbentuk  lanset  dan  memiliki  11   gigi atas  dari 5 gigi bawah,  terdapat rambut di antara gigi, telson 2 pasang dun pada ujung posterior  dengan pasangan berambut.

Dari kenyataan  ini, secara morfologis  juvenil  sudah mirip udang dewasa, senang berjalan di dasar sungai mencari makanan  hewan renik dan menjauhi lingkungan air payau menu ju ke habitat yang berair tawar. Setelah dewasa dan matang kelamin, pada usia sekitar 5 - 6 bu Ian, udang galah mulai kembali lagi ke air payau untuk melaksanakan  tugas menetaskan telur.

C. Alat-Alat Dalam Udang Galah

Mulut  udang  galah  terletak  di bagian  kepala  sebelah  depan-bawah,   yang berhubungan langsung dengan kerongkongan yang pendek lalu berlanjut masuk ke perut.
Perut  udang  galah  terbagi  menjadi  dua  bagian,  bagian  depan  disebut kardiak, dan bagian belakang disebut pilorus. Pada kardiak terdapat gigi yang berfungsi untuk menggiling dan mencerna makanan. Sedangkan dekat pilorus terdapat  kelenjar  pencernaan   yang  disebut  hepatopancreas. Dalam  perut terdapat usus yang panjang sebagai lanjutan dari pilorus, dan berakhir di bawah pangkal ujung ekor sebagai anus.

Jantung  udang  galah  berfungsi  sebagai  pengatur  peredaran  darah  ke seluruh tubuh. Jantung udang galah berada di bagian kepala-dada.
Pernafasan  udang diatur oleh insang yang berada di samping  kiri-kanan kepala-dada  di balik kelopak  kepala.

Udang galah juga memiliki alat untuk mengeluarkan  kotoran organik dari darah dan cairan tubuh yang disebut kelenjar hijau. Alat tersebut terletak pada pangkal sungut kedua. Pada pangkal sungut pertama terdapat  alat keseimbangan  yang berfungsi mengatur  posisi di dalam air.

Alat kelamin udang galah terletak di kepala-dada. Alat kelamin udang galah jantan disebut testis yang menghasilkan  sperma dan alat kelamin udang galah betina disebut ovarium yang menghasilkan  telur. Bila udang betina kawin dan bunting, ovariumnya  penuh berisi telur, dan dari arah punggung akan tampak warna jingga kekuning-kuningan  yang hampir memenuhi bagian kepala-dada.

D. Sifat dan Perilaku Udang Galah

Udang galah selalu berganti cangkang  karena kulit udang tidak elastis. Setiap mengalami  perkembangan  tubuh,  udang  harus menukar  cangkangnya  dan menggantinya  dengan  cangkang  baru.  Semakin  tua,  udang galah semakin jarang berganti cangkang karena perkembangan  tubuhnya semakin lambat.

Proses   penggantian  cangkang  pada   udang   galah   diawali   dengan penyerapan  garam-garam  anorganik  dari cangkang  yang akan diganti,  dan secara  bertahap  dimutasikan  ke cangkang  baru yang  menempel  di bawah cangkang  lama.  Peristiwa  penggantian  cangkang  tersebut  disebut  ekdisis. Proses pergantian cangkang berjalan sangat cepat, hanya membutuhkan waktu kurang  dari  10 menit  untuk  memindahkan    garam-garam    anorganik   dari cangkang  lama. Setelah 5 jam, cangkang baru tersebut sudah keras.

Cepat  tidaknya   proses  penggantian   cangkang   udang  tergantung   dari kebutuhan   kalsium  (Ca)  dan  Phospor  (P).  Maka  agar  proses  pergantian cangkang tersebut lebih cepat, udang galah harus memperoleh cukup kalsium dan phospor dari makanan yang dikonsumsi.  Pada usia juvenil,  udang galah ganti kulit setiap  10 hari sekali, mendekati  usia dewasa setiap 30 hari sekali, dan usia dewasa setiap 60 hari sekali.

Udang galah senang mencari makanan pada malam hari, sedangkan pada siang hart berbenam di dalam lumpur, di balik batu, karena udang galah kurang menyukai sinar matahari.

Jenis  makanan  alami udang galah bervariasi  tergantung  pada tingkatan umurnya. Pada stadia nauphilus mereka belum mengambil  makanan dari luar, masih memanfaatkan  makanan cadangan makanan berupa kuning telur. Stadia Zoea mulai mengambil makanan dari luar berupa Phytoplankton  (skeletonema, Navicula  dan Amphora),  sedangkan  stadia  mysis  mulai  makan  zooplankton (Protozoa, Rotifera, Balanus). Setelah mencapai stadia post larva sampai juvenil di samping  makanan  tersebut  di atas, mereka juga makan benthos,  moluska kecil  (anak  tiram,  anak  tritip),  crustacea   kecil  (larva  udang-udangan,   anak kepiting),  cacing  annelida,   detritus  (sisa-sisa  hewan  dan tetumbuhan   yang sedang membusuk).

Udang  dewasa  suka  memakan  daging  moluska  (kerang,  tiram,  siput), cacing polychaeta, crustacea (udang-udangan),  anak insekta (chironornus) dan lain-lain.  Di dalam perut udang juga sering ditemukan  lumpur dan pasir yang secara tidak sengaja termakan.

Setelah  stadia post larva, udang termasuk  hewan benthos  yang mencari makanan  di dasar,  bersifat  omnivora   (pemakan   segala)  tetapi  cenderung karnivora  (pemakan  daging).  Di samping  itu udang juga  bersifat  continuous feeder(kebiasaan   makan yang terus-menerus).

Udang  lebih   aktif  mencari  makan  di dalam  keadaan  gelap,  di  habitat alaminya  udang  lebih aktif  mencari  makan  pada  malam  hari.Untuk  mencari makanannya udang menggunakan indra perasa ( chemoreceptor), yaitu :antenna flagella, rongga mulut, kaki jalan, carapce, insang, ruas abdomen, dan uropoda.

Udang menangkap   makanannya   dengan  menggunakan   kaki jalan (pereiopoda),   kemudian dimasukkan   ke dalam  mulut  (bucal  cavity)  yang kemudian ditelan perlahan-lahan.

Udang galah termasuk  ikan yang rakus. Udang galah makan segala jenis hewan renik, baikcacing,  plankton maupun zooplankton. Pada usiajuvenil  mulai mau makan cacing, telur ikan, ganggang,  lumut, bahkan biji-bijian. Udang galah yang sudah dewasa lebih rakus lagi. Bila kelaparan  udang kecil pun dimakan, bahkan  udang dewasa  yang sedang  dalam  proses ganti cangkang  dimakan juga.  Maka  untuk  menghindari   sifat  kanibalisrne   ini, perlu  diberi  makanan tambahan  supaya sifat kanibal udang galah bisa dikendalikan.

BAB 3 Persiapan  Lokasi dan Pembuatan Kolam Budi Daya

Dua hal yang paling penting untuk dipersiapkan  dalam mengawali  usaha budi daya  udang  kalah yaitu  mempersiapkan   lahan yang cocok  dan pembuatan kolam budi daya. Untuk lebih jelasnya berikut akan dijelaskan.

A. Menentukan dan Mengkondisikan Lokasi Budi Daya

Untuk usaha budi daya udang galah, pemilihan  dan persiapan  lokasi adalah sangat  penting,  sebab  lokasi dan lahan  harus menunjang  usaha  budi daya tersebut.  Lokasi  budi daya  udang  galah  harus dekat  dengan  perairan  atau sungai, supaya suplai air tersedia secara kontinu.

Lingkungan yang akan dijadikan media untuk usaha budi daya udang galah memerlukan beberapa persyaratan yakni:

1.     Derajat keasaman (pH)

Derajat  keasaman  (pH), baik untuk tanah  maupun  air, merupakan  petunjuk apakah lokasi tersebut layak untuk dijadikan lahan usaha budi daya udang galah atau tidak. lstilah "pH" kependekan  dari puissance  negatif de H atau logaritma negatif dari kadar ion hidrogen yang ada.

Tanah atau air yang memiliki nilai pH rendah disebut asam, jika nilai pH sedang disebut netral, dan jika nilai pH tinggi disebut basa.

Lokasi dan kondisi yang baik untuk kolam budi daya udang galah adalah tanah dasar dan air kolam yang memiliki pH netral atau derajat keasaman yang berkisar di antara 6,8 -  7,5.

Pengukuran  derajat keasaman  (pH) yang paling praktis yaitu dengan menggunakan  alat pengukur  pH sistem  digital.  Namun  bila belum  memiliki, oetani tambak bisa menggunakan  kertas pH atau kertas lakmus.

Pengukuran  pH tanah dengan  kertas lakmus  ini  merupakan  cara paling sederhana  dan paling mudah  dikerjakan.   Sangat gampang  sekali dan murah biayanya.  Untuk keperluan  ini,  perlu disediakan  kertas lakmusnya.   Kertas ini mudah diperoleh,  misalnya di kios-kios pertanian,  toko bahan kimia  atau apotek. Harganya juga tidak mahal.  Merek  apa saja boleh digunakan, tetapi  sebaiknya pilih kertas lakmus yang ada skala-skala   warna pH-nya.

Ambil tanah yang akan ditentukan pH-nya kira-kira 10 gram. Lalu masukkan dalam botol gelas atau botol apa saja yang mulutnya lebar dan tambahkan  air sebanyak 25 ml. Sebaiknya gunakan air  suling.  Kemudian kocok botol tersebut secukupnya,  selanjutnya  biarkan  sampai  tanah  dan airnya  terpisah  dan air menjadi jernih  kembali. Jangan  mencampurkan  apa pun dengan tanah yang akan diukur pH-nya.

Setelah airnyajernih  kembali,  celupkan kertas lakmus ke dalam airtersebut. lni akan  mengubah  warna  kertas  lakmus  dari  aslinya.  Selanjutnya  tinggal mencocokkan  warna  kertas lakmus  itu dengan  skala warna  yang ada pada kotak pembungkus  kertas lakmus. Cocokkan,  warna mana yang paling cocok. Skala pH pada warna tersebut menunjukkan  pH tanah yang diukur.

Kalau   tidak   mau  repot-repot   menimbang    tanah,   ambil   saja  tanah secukupnya    lalu  campur   dengan    air  secukupnya   atau  kira-kira   dengan perbandingan tanah:   air=  1     :   2,5.   Kalau  juga tidak mau repot-repot mencari air suling  atau membuat   sendiri,   gunakan   air  bersih.   Kalau perlu ukur dulu pH air tersebut dan gunakan  air  yang pH-nya netral.

Apabila dari hasil penqukuran  derajat   keasaman tergolong  rendah, maka tanah tersebut masih  bisa  dinetralkan   dengan pengapuran. Tetapi bila derajat keasaman terlalu tinggi,  lokasi  tersebut jangan dipilih untuk usaha budi daya udang galah,  meskipun masih bisa dinetralkan dengan belerang, tapi tidak ekonomis.

Tanah dasar kolam  untuk budi daya udang galah yang baik adalah tanah yang terdiri dari lumpur dan pasir  atau memiliki perbandingan  lumpur 80 % dan pasir 20 %. Komposisi  tanah demikian   tidak porous.

Bila tanah dasar kolam  mayoritasnya tanah liat, dianjurkan untuk dicampur pasir,  sehingga  dapat membentuk  kondisi  tanah dasar  kolam tidak kaku jika keadaan kering, tidak lekat bila keadaan  becek,  dan tidak lembek  kalau basah. Dengan demikian,  tanah dasar kolam akan memiliki   kesanggupan  memegang air lebih besar.

2.   Kualitas air

Kualitas air yang baik sangat mendukung produktivitas kolam untuk budi daya udang galah.  Oleh karena itu, agar air kolam menjadi media yang potensial untuk budi daya udang galah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
•    Menerima cahaya matahari yang cukup
•    Mengandungmineral-mineral yang cukup
•    Mengandung gas karbondioksida yang cukup
•   Mempunyai temperatur yang ideal untuk proses  hidup  dan pertumbuhan udang galah.

Air mempunyai sifat fisik dan kimia yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebutdi atas. Dari sifat-sifatfisik dan kimia, hanya air yang mempunyaikaitan erat dengan proses asimilasi tumbuh-tumbuhan dan kehidupan udang.

Air pada umumnya tidak banyak mengalami goncangan temperatur. Namun, goncangan temperatur pada air kolam yang dangkal lebih besar daripada air kolam yang dalam. Air yang paling baik untuk kehidupan udang adalah adanya penyebaran temperatur yang merata. Penyebaran temperatur air yang merata dapat disebabkan oleh: penyerapan, angin, dan aliran tegak dari air itu sendiri.

Temperatur air mempunyai pengaruh yang besar terhadap metabolisme udang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah plankton di dalam kolam udang. Daerah yang beriklim sedang plankton tumbuh lebih baik daripada di daerah yang beriklim panas. Di daerah beriklim panas,  proses perombakan berlangsung demikian cepat, sehingga plankton-plankton yang dihasilkan tidak dapat mencapai jumlah besar. Temperaturjuga mempengaruhi kandungan oksigen (02)   yang terlarut dalam air. Semakin tinggi temperatur air, semakin cepat air mengalami kejenuhan oksigen.

Temperaturair sangat mempengaruhi lingkungan hidup udang, khususnya yang berkaitan dengan metabolisme dan oksigen terlarut. Temperatur juga mempengaruhi  pertumbuhan  dan  nafsu  makan  udang,  karena  proses pencernaan makanan yang dikonsumsi  udang pada terriperatur rendah akan sangatlambat,dan sebaliknyaakan lebihcepat pada perairan yang lebih hangat. Temperatur optimal untuk pemeliharaan  udang galah adalah  sekitar  25°C -
27°C.

3.   Kadar oksigen terlarut

Kualitas air yang baik harus mengandung  kadar oksigen yang cukup. Oksigen terlarut dalam air disebabkan adanya: difusi langsung dari udara, proses asimilasi tumbuh-tumbuhan  hijau, aliran-aliran yang masuk,  dan juga karena air hujan.

Oksigen dalam air sangat penting bagi kehidupan udang, maka jika oksigen yang terlarut  dalam air sangat  rendah  berarti tidak baik untuk pemeliharaan udang.  Untuk udang  galah,  batas  minimal  oksigen  terlarut  dalam air adalah sekitar 5-  7 ppm. Untuk mengatasi rendahnya oksigen terlarut dalam air, dapat digunakan  kincir.

Penggunaan  kincir air, sangat dianjurkan  untuk kolam budi daya dengan kepadatan  tinggi atau di atas 5 ekor/m2  luas kolam. Manfaat  kincir air adalah untuk  mensuplai  oksigen  dalam  air atau  meningkatkan   daya  larut oksigen. Dengan menggunakan kincir air tersebut, kebutuhan oksigen untuk udang galah yang dipelihara dengan kepadatan  tinggi dapat tercukupi, baik untuk pernapasan  maupun untuk proses metabolisme.

Dewasa  ini sudah banyak  beredar  kincir air dengan  berbagai  merk, yang umumnya  dapat diklasifikasikan  2 macam,  yakni:
•     Kincir air berdaun  8
•     Kincir air berdaun  6

Di samping  sebagai  pensuplai  oksigen,    kincir  air juga  diperlukan  untuk menimbulkan   arus turbelensi.   Oleh  karena  itu, kincir  air harus  disesuaikan dengan desain kolam. Sebab,  pengaruh kincir air terhadap desain kolam cukup besar. Untuk kolam yang empat sisinya sama atau bentuk bujur sangkar, bila menggunakan  kincir air berdaun 6, maka maksimal panjang sisinya tidak boleh lebih  dari  30  m. Sebab,  kincir  air berdaun  6 hanya  dapat  mencapai  gaya sentrifugal  maksimal hanya 30 meter.  Sebaliknya,  untuk kolam bentuk persegi panjang  yang  salah  satu  sisinya  lebih  dari  30  m, maka  dianjurkan   untuk menggunakan  kincir air berdaun 8. Sebab,  kincir air berdaun 8 dapat meratakan suhu air dan meratakan oksigen dalam air,  khususnya pada siang hari. Namun, jika desain  kolam berbentuk  bulat,  dapat  menggunakan   kincir air, baik yang berdaun   6  maupun   yang  berdaun   8.   Sebab,   bentuk   lingkaran   sanggup memberikan  dorongan gaya sentrifugal.

Kedalaman  air kolam juga  berpengaruh  terhadap  penggunaan  kincir air. Kincir air berdaun 6 cukup efektif bila digunakan  untuk kedalaman  kolam 0,90 m. Sebab  pada kedalaman  kolam  0,90  m masih  dapat  ditembus  oleh sinar matahari,   sehingga  udang  sulit  memperoleh   kenyamanan   pada siang  hari. Sedangkan  untuk kolam kedalaman  1,20   m,  kincir air yang efektif adalah yang memiliki  daun 8. Sebab  pada kedalaman  tersebut  sinar  matahari  tidak  bisa menembus  sampai  sedalam  itu dan goncangan  atau perubahan  temperatur relatif kecil, sehingga  kenyamanan  udang galah secara optimal dapat dicapai.

4.   Kecerahan air

Kecerahan  air dalam  kolam  pemeliharaan   udang  galah juga mempengaruhi  hidup dan perkembangan   udang. Air yang keruh tidak baik untuk pemeliharaan  udang,   sebab air keruh  mempengaruhi   kemampuan  cahaya  matahari menembus  sampai  ke dasar kolam.

Kekeruhan air pada umumnya dipengaruhi oleh adanya benda-benda  halus seperti lumpur, jasad renik berupa plankton, dan warna air. Kekeruhan  air yang disebabkan oleh lumpur  dapat diatasi  dengan  penyaringan  air yang dipasang  di pintu pemasukan  air.

Kondisi  air yang tidak terlalu  keruh dan tidak terlalu    mengukur kecerahan air jernih,  masih  dapat  dipakai  untuk  pemeliharaan   udang. Kekeruhan  air yang  disebabkan  oleh jasad  renik atau plankton  adalah  baik untuk pemeliharaan  udang galah.

Pengukuran kecerahan air kolam dapat dilakukan dengan alat "Secchi Disc' yang dapat dibuat sendiri. Caranya ialah dengan menenggelamkan  alat tersebut ke dalam  kolam.  Bila  alat  tersebut   ditenggelamkan    sedalam   45  cm  dari permukaan  air kolam masih terlihat, berarti kecerahannya  baik karena sesuai dengan batas pandangan  udang dalam air.

5.    Kandungan Karbondioksida (C02)

Kadar karbondioksida dalam air juga mendukung pertumbuhan makanan alami, baik berupa tumbuhan  renik seperti phitoplankton  maupun tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi dalam melakukan  asimilasi.

Sumber  utama  gas  karbondioksida   adalah  proses  perombakan   bahan- bahan organik yang dilakukan  jasad renik dan proses penguraian  dan pernapasan  udang serta tumbuh-tumbuhan   dalam air pada malam hari.

Tumbuh-tumbuhan  berdaun hijau membutuhkan karbondioksida yang cukup banyak  untuk proses  asimilasi.  Namun,  jika  melebihi  batas,  karbondioksida dapat   menyebabkan    udang   kesulitan    bernapas.    Selain   itu  juga   dapat memperigaruhi  derajat keasaman  air kolam.

Kandungan karbondioksida dalam air yang ideal untuk pemeliharaan udang adalah  tidak  lebih dari  12 ppm, dan  paling  rendah  2 ppm. Jika  kandungan karbondioksida  di atas 50 ppm, menyebabkan  udang mati dalam jangka waktu relatif  lama.

6.   Kadar amoniak (NH3),     Nitrit (N02)    dan Hidrogen Sulfida (H2S)

Kekeruhan  yang  disebabkan   oleh  partikel-partikel   organik  pada  air kolam, menunjukkan bahwa kadar bahan organik seperti kotoran udang dan sisa makanan yang tidak terkonsumsi  sudah terlalu tinggi. Keadaannya ini sangat membahayakan, karena bahan organik tersebut akan terdekomposisi  menjadi senyawa yang bersifat racun,  seperti amonia (NH3),    Nitrit  (N02),   dan Hidrogen Sulfida (H2S).

Amonia  dan nitrit merupakan  hasil perombakan  asam-asam  amino  oleh berbagai jenis bakteri aerob dan anaerob. Tetapi secara umum, amonia sendiri berasal  dari  pembongkaran   protein  secara  kimiawi,   terutama  protein  yang terurai dari makanan buatan maupun dari kotoran udang galah sendiri.

Kerugian  lainnya  apabila  terjadi  penguraian  oleh  bakteri  aerob,  adalah oksigen yang dibutuhkan terus-menerus  akan menipis. Hal ini membuat kondisi air kolam  menjadi  anaerob  atau tidak beroksigen.  Di samping  itu, bila kadar bahan  organik  terlalu tinggi akan  merangsang  pertumbuhan   beberapa  jenis protozoa yang justru tidak dikehendaki  ada di dalam kolam.

Apabila  kadar amonia  terlalu tinggi  dalam  kolam dan terus  berlangsung tanpa ada usaha penanggulangan,   maka akibatnya  kandungan  nitritnya akan bertambah juga. Jika konsentrasi  kandungan  nitrit cukup tinggi,  akan menjadi racun yang  berbahaya  bagi  kehidupan  udang  di dalam  kolam.  Kandungan amonia dalam kolam dipengaruhi  oleh suhu air dan pH. Sedangkan  kenaikan pH sendiri dapat menekan  daya toksin dari amonia.

Kotoran udang galah yang berbentuk padat,  dalam proses selanjutnya akan berubah  menjadi  amonia  dalam  bentuk  gas. Pada pH 8 dan suhu air 25°C, persentase  amonia yang terbentuk  adalah 5,38 %. Sedangkan  pada pH yang sama  pada suhu 30°C,  persentase  amonia  yang terbentuk  menjadi  7,46  %. Padahal nilai optimal pH bagi kehidupan  udang galah adalah antara 7 - 8,5.

Penanggulangan amonia dan nitrit bukanlah persoalan yang rumit, sebab kandungan amonia dan nitrit yang berlebihan dapat diatasi dengan zeolit.  Zeolit adalah mineral alam yang baru dapat berfungsi sesuai dengan susunan kimiawinya dan setelah mengalami  proses pengolahan.  Adapun proses pengolahan  itu sendiri mengalami  beberapa tahapan,  seperti:
•     penghancuran  menjadi bagian-bagian  yang lebih kecil.
•     proses pengaktifan  yang dilakukan dengan pemanasan.
•     proses pencampuran  dengan Naoh atau larutan garam.
penggilingan  dan penyaringan  bentuk tepung atau butiran sesuai dengan fungsi dan manfaatnya.

Menurut penelitian diketahui bahwa 1 g zeolit sanggup mengabsorbsi  paling sedikit 1 O  mg ion-ion amonia. Selain sanggup mengabsorbsi  H2S, C02  mineral zeolit juga sanggup mengabsorbsi gas-gas beracun lainnya di kolam budi daya.

Mineral zeolit dapat menyerap  NH/,  yaitu suatu senyawa  yang terbentuk dari penggabungan  amonia  dan air yang sedang  mengalami  disosiasi.  Pada kolam budi daya yang menjadi senyawa  beracun sebenarnya  adalah amonia, sedangkan NH4 + cenderung tidak berbahaya. Maka dengan adanya penyerapan NH4 ''.   sudah tentu jumlah amonia juga akan berkurang.

Jumlah zeolit yang dibutuhkan untuk menanggulangi amonia dan nitrit sangat bervariasi,  karena tergantung  dari kondisi  kolam,  padat penebaran  dan usia udang galah. Semakin  tinggi  kepadatan  udang galah yang dipelihara  dalam kolam, maka semakin banyak pula jumlah zeolit yang diperlukan. Tetapi untuk praktisnya,  kebutuhan total zeolit untuk mengatasi gangguan amonia dan nitrit dapat digunakan  ratio 1    :  2, atau perbandingan  sasaran  produksi  kolam yang akan dicapai  dengan  kebutuhan  zeolit. Jika sasaran  produksi  sampai  panen adalah 1   ton/ha kolam,  maka kebutuhan  zeolit adalah 2 ton sampai  panen.

Mineral zeolit yang beredar di pasaran, pada umumnya ada 2 jenis, yakni:
a. Bentuk tepung mineral zeolit, merupakan mineral zeolit yang potensial untuk air yang akan digunakan  untuk pengisian  kolam atau digunakan  untuk air kolam bagian atas.
b. Bentuk butiran mineral zeolit, merupakan  mineral yang potensial untuk air di dasar kolam atau air bagian bawah.

Untuk mempertahankan  efektivitas mineral zeolit, maka sangat dianjurkan agar zeolit yang akan dipergunakan  belum terkontaminasi  dengan lingkungan sekitarnya.   Oleh  karena   itu,  penyimpanannya    harus  tertutup   atau  tidak membiarkan  zeolit terbuka dari kemasannya.

7.    Daya Menggabung Asam (OMA)

Para petani kolam sanqat penting untuk dapat mengetahui besar kecilnya Daya Menggabung Asam (OMA). Makin besar daya menggabung  asam,  maka derajat keasaman air makin mantap  untuk menghadapi goncangan derajat keasaman.
sebaliknya,  makin kecil daya menggabung  asam,   maka akan semakin  peka menghadapi goncangan.

Goncangan derajat keasaman terjadi karena  karbondioksida  mudah lepas dalam air, sehingga  mendorong  pelepasan  ion H+ dari air  untuk membentuk asam H2C03,    dan diikat oleh kalsium (Ca) yang terkandung  dalam air.  Makin cukup  kandungan  kalsium  (Ca) yang  terlarut  dalam  air, maka  makin  besar kemampuan  mengikat CO2   yang setiap saat berubah  kepekatannya.  Semua itu berlangsung  karena adanya  proses pernapasan  dan fotosintesis  tumbuh- tumbuhan.  Kemampuan  pengikatan tersebut yang disebut Daya Menggabung Asam (OMA).

Klasifikasi  besar-kecilnya   daya  penggabungan   asam  (OMA)  dalam  air tempat pemeliharaan  udang galah,  dapat dibagi  menjadi  tiga tingkatan, yakni:
a. Air dengan  daya  menggabung  asam tinggi,  memiliki   daya menggabung asam lebih besar dari 1  ,3.   Kadar kapurnya  lebih  besar dari 26 mg Ca/1 , dan karbondioksida  lebih dari 0,9  mg/1. Air tempat pemeliharaan  ikan yang memiliki daya   menggabung     asam   tinggi,    sangat   produktif   untuk pemeliharaan  udang galah.
b. Air dengan daya menggabung  asam sedang, memiliki daya menggabung asam berkisar antara 0,5  -  1,3.   Kadar kapurnya berkisar dari 10 -  26 mg Ca/1 ,     dan karbondioksidanya  berkisar antara 0, 1     -  0,9   mg/1. Air tempat pemeliharaan udang  yang  memiliki  daya  menggabung   asam  sedang, tergolong cukup produktif untuk media pemeliharaan  udang galah.
c. Air dengan daya menggabung  asam rendah,  memiliki   daya menggabung asam antara 0 - 0,5. Kadar kapurnya berkisar antara 0 – 10 mg Ca/1, dan karbondioksidanya berkisar antara 0 - 0, 1    mg/1. Air tempat pemeliharaan udang yang memiliki daya menggabung asam rendah,  tidak potensial untuk media pemeliharaan  udang galah.

B. Desain Kolam Budi daya

Model-model  kolam budi daya cukup bervariasi,  namun memiliki prinsip yang sama, yakni untuk memudahkan pengelolaannya.

Untuk  memudahkan    pengelolaan    budi daya  udang  galah,  maka  luas kolam sebaiknya   tidak  lebih dari 2.500  m2  untuk setiap kolamnya. Bila merencanakan budi daya udang galah pada lahan yang luas, dapat dibuat beberapa kolam.
Desain atau model kolam budi daya udang galah ada 3 tipe, yakni:
1. kolam budi daya model tunggal;
2.  kolam budi daya model kelompok;  dan •
3. kolam budi daya model bulat.
Untuk lebih jelasnya mengenai ketiga bentuk tipe kolam dapat dilihat pada gambar berikut.

C. Konstruksi Kolam

Kolam budi daya untuk udang galah konstruksinya  harus dirancang sedemikian rupa agar tidak menimbulkan masalah dalam pengelolaannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan  dalam pembuatan  konstruksi kolam yakni sebagai berikut.

1.     Pematang Utama

Pematang  utama merupakan  garis pertahanan  terdepan,  maka kontruksinya harus benar-benar kuat supaya tahan terhadap banjir atau luapan air dari sungai.

Jika  kondisi  tanah  cukup  kuat dan  keras,  pematang  utama  bisa dibuat dengan lebar 1,5 - 2,0 m, dan tingginya  0,5 m di atas batas banjir tertinggi.
Perbandingan  tinggi dan lebar talud sisi luar ada 1: 1  ,5, sisi dalam 1: 1  ,  dan untuk berm lebar 0,5 -  1,0 m.
Apabila kondisi tanah mudah longsor, maka pematang  utama bagian atas lebarnya 4 m, dan perbandingan  tinggi dengan taludnya  1  :2. Bila dengan cara demikian dianggap masih kurang kuat dapat dibantu dengan turap bambu dan tanaman  untuk mengikat,  seperti tanaman  lamtoro  gung atau turi, sekaligus sebagai  kerindangan  lokasi kolam.

2.   Pematang Antara

Pematang antara, merupakan  pematang yang membagi kolam yang berada di dalam  keliling  pematang  utama.  Bila kondisi  tanah  cukup  keras,  pematang antara dapat dibuat dengan lebar sekitar 0,5 -1,0  m, dan tingginya lebih rendah
0,25 m dari tinggi pematang  utama. Sedangkan  perbandingan  lebar dan tinggi
talud adalah  1  :1, dan berm 0,25 -  0,50  m. Jika kondisi tanah  mudah longsor, pematang  antara  bisa dibuat  dengan  lebar atas  1,5   -  2,0  m, perbandingan tinggi dan lebar talud 1    :  2,  dan berm 0,50-0,75    rn.

3.   Pintu Pemasukan Air

Pintu  pemasukan  air merupakan  pintu  utama  kolam  untuk  pemasukan  air. Saluran pintu pernasukan air bisa dibuat dari pipa PVC atau buis beton diameter
0,20 m. Apabila kebutuhan  suplai air banyak,  saluran bisa disusun berjajar.

4.    Pintu Pembuangan Air

Pintu pembuangan  air, merupakan  pintu pengeluaran  air kolam,  yang dapat dibuat dari pasangan batu merah. Pintu pembuangan air terdiri atas dua bagian, yaitu bagian  pertama  yang dilengkapi  dengan  saringan  dan dua lajur papan penutup. Agar lajur papan tidak bocor,  salah satu bagian bisa diisi tanah.

Papan penutup harus dapat diatur, supaya sedikit banyaknya air yang akan dibuang dapat diatur sesuai dengan yang dikehendaki.
Saluran pembuangan air dilengkapi dengan dua macam bentuk saringan, yakni:
a. saringan penuh merupakan  saringan yang menutup seluruh lubang dari bawah sampai ke atas.
b. saringansebagianmerupakan saringan yang hanya menutup bagian bawah dan di bagian atas ditutup dengan papan.

Dengan cara demikian, air yang dikeluarkan hanya berupa air lapisan bawah yang kUalitasnya sudah jelek karena mengandung  sisa-sisa pembusukan  dan kotoran udang.
Potongan  Pintu  Pembuangan Air

5.   Saluran Kelilingdan  Pelataran

Konstruksi saluran keliling dan pelataran untuk kolam budi daya udang hampir tak terpisahkan.  Saluran  keliling  atau  parit  keliling  (caren)  berfungsi  untuk menampung  kotoran atau sisa-sisa makanan yang membusuk.  Selain itu juga berfungsi   sebagai   tempat   udang   berbenam   diri  waktu   ganti  kulit  atau menghindari sinar matahari di siang hari meskipun namanya parit keliling, namun dapat juga  dibuat  secara  diagonal.  Sedangkan  pelataran  merupakan  dasar lantai yang dikelilingi oleh caren,  dan dibuat agak miring.

Ukuran caren dapat dibuat dengan lebar 1.00   m dan dalamnya  0,20  - 0,50 m.  Caren   harus   dibuat    agak   miring   ke  arah   pintu   pembuangan,     agar memudahkan  untuk menggiring  udang waktu pemanenan  dan penangkapan. Selain itu di sekitar pintu pembuangan,  caren dibuat dengan ukuran yang agak lebar sekitar 4-5   m, kedalaman 0,75-1,00   m. Dengan demikian,  waktu panen akan memiliki   fungsi   sebagai  penampung  udang galah sebelum  diangkat  ke
atas.

6.   Tempat Penyesuaian (Aklimatisasi)

Tempat aklimatisasi merupakan tempat penyesuaianbenih udang terhadaplingkungan kolam untuk mengurangi  tingkat mortalitas benih udang galah. Mortalitas benih udang galah yang tidak memperoleh perlakuan aklimatisasi lebih dahulu, dapat mencapai 50 %.
Tempat aklimatisasi dapat dibuat dalam bentuk silinder, dengan diameter 2,5 m, tinggi 2,0 m,  dan diisi air setinggi 1,50 m. Ukuran tempat aklimatisasi  tersebut dapat menampung benih udang galah sebanyak 10.000  ekor.

7.  Tempat Pendederan

Tempat pendederan,  merupakan  tempat pemeliharaan benih selama 3 -  4 minggu, yang biasanyadibuat di pinggir kolam.Tempat pendederan dapat dibuat   tidak permanen dengan sistem jaring apung. Tempat pendederan sistem jaring apung dapat dibuat dengan menggunakan dinding net/jaring  berlubang  kecil atau berdiameter  1    mm, dan masing-masing  sudut diikat pada bambu yang ditancapkan.  Jaring apung ukuran 3,0 x 5,0 m dapat digunakan  untuk pendederan  2500 ekor benih  udang galah. Apabila jumlah benih lebih banyak,  jaring apung harus dibuat lebih lebar dengan perhitungan kepadatan  150 ekor benih per meter persegi.

8.    Petak Buyaran - Pembesaran

Petak buyaran atau pembesaran  merupakan  petak pemeliharaan  benih udang galah setelah pendederan.  Di petak buyaran  pembesaran  inilah udang galah dipelihara  selama 4-5 bulan atau sampai saat panen.

Bila tempat  pendederan  menggunakan   sistem  jaring  apung,  maka cara pemindahan   dapat  dilaksanakan   dengan  membongkar   dinding  net/jaring. Dengan sistem jaring apung, maka pemindahan dapat berlangsung  lebih cepat dan praktis daripada  sistem konvensional.


BAB 4 Pengadaan dan Pemeliharaan  Benih Udang Galah

Setelah kolam dibangun  beserta kelengkapannya  dan kondisi lingkungannya dibuat   sedemikian rupa  sesuai   untuk  kehidupan   udang  galah  langkah selanjutnya adalah mengadakan  benih dan memeliharanya.

A. Mendapatkan Benih Udang Galah

Mendapatkan  benih untuk budi daya udang galah dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain sebagai berikut.

1.    Membeli benih dari tengkulak

Benih udang galah yang diperoleh dari tengkulak,  umumnya berasal dari hasil penangkapan  di perairan umum. Penangkapan  benih biasanya dilakukan oleh para nelayan atau para penyeser benih. Pencarian benih udang galah dilakukan di perairan umum yang dekat dengan muara menuju laut,  menggunakan  alat seperti: seser, anco, prayang dan lain-lain.

Benih udang galah hasil tangkapan  alam,  umumnya memiliki ukuran yang tidak seragam,  panjang  5 -  11   cm,  dan  hasil tangkapan  itu sendiri  banyak tercampur  dengan  benih  udang  dari jenis  lain.  Maka  biasanya  benih  hasil tangkapan  alam tersebut dijual kepada tengkulak  dengan harga yang sangat murah. Tengkulak yang merangkap sebagai pengumpul  itu melakukan seleksi dan memisahkan  benih-benih  yang masih campur, kemudian  menjual benih tersebut  kepada petani kolam.

Penangkapan  benih udang biasanya  dilakukan  pada malam hari,  sebab udang lebih suka mencari  makanan  pada malam  hari. Sebelum  melakukan penangkapan,  para pemburu benih menebarkan makanan yang disukai udang berupa kepiting yang dikeringkan  dan ditumbuk  halus dan dibumbui  dengan bawang  putih yang  dicampur  minyak  sayur.  Penebaran  pakan dilakukan  di beberapa tempat yang dianggap  banyak benih udangnya.  Setelah makanan tersebut  dikerumuni  benih  udang,  para penyeser  melakukan  penangkapan dengan menggunakan seser atau jaring kantong. Benih udang yang tertangkap dikumpulkan  di tempat pengumpulan  benih, berupa ember warna gelap yang berisi air dan rumpon-rumpon.

Para pengumpul  benih yang  profesional,  seperti  para tengkulak,  sudah terbiasa dan mengerti tentang ciri-ciri benih udang galah. Ciri khas benih udang galah adalah sebagai berikut.
Pada sisi kelopak kepalanya memiliki garis-garis mendatar berwarna coklat kehitam-hitaman  atau coklat kebiru-biruan.
Kerucut kepalanya panjang, ramping dan ujungnya melengkung ke atas dan pada pangkalnya bengkok. Kadang-kadang kerucut kepala berwarna merah pada ujungnya.
Panjang tubuhnya  sudah  mencapai  sekitar  8 cm, dan biasanya  ada titik hitam pada bagian samping kiri-kanan sebanyak 5 buah.
Petani kolam yang belum berpengalaman  harus hati-hati dalam membeli benih udang galah dari tengkulak, sebab kadang-kadang  benih tersebut masih tercampur  dengan benih udang [enis lain entah disengaja atau tidak.

2.  Membeli benih dari Balai Benih

Benih udang galah yang berasal dari Balai Benih lebih terjamin  keasliannya, keseragamannya   dan produktivitasnya.   Oleh karena  itu, para petani  kolam sebaiknya membeli benih dari Balai Benih Udang Galah (BBUG). Dengan cara demikian  akan mempermudah   pengelolaan   setelah  ditebar  di kolam pembesaran.

Ukuran benih produksi  BBUG relatif masih kecil, panjangnya  sekitar  1 - 1,5 cm, dan beratnya  0.010 -  0,015 gr. Maka sebelum  ditebar dalam kolam, sebaiknya  benih  tersebut  diaklimatisasi   lebih  dahulu.   Maksud  aklimatisasi adalah  pemeliharaan  dalam  areal terbatas,  sebagai  usaha proses adaptasi dengan lingkungan kolam sampai mencapai ukuran standar. Keuntungan yang dapat diperoleh, selain mengurangi tingkat mortalitas benih adalah untuk mempermudah  pengelolaan.  Aklimatisasi  biasanya  memerlukan  waktu 3 -  5 minggu.
Balai benih udang galah di Indonesia masih terbatas. Sampai saat ini baru ada 5 pembenihan  udang galah, dan itu pun berada di Pulau Jawa, seperti:
Balai Benih Udang Galah (BBUG) di Adiraja, Cilacap, Jawa Tengah.
Balai Budi Daya Air Payau (BBAP) di Jepara,  Jawa Tengah.
Balai Benih Udang Galah (BBUG) di Pangandaran,  Jawa Barat.
Balai Benih Udang Galah (BBUG) di Prigi, Trenggalek,  Jawa Timur.
Proyek Pembenihan  Rakyat Udang Galah (PPRUG)  di Boncong, Tuban, JawaTimur.
Pusat Pembenihan  Udang (PPU) di Probolinggo, Jawa Timur.

B  Usaha Pembenihan Udang Galah

Pada masa lalu benih udang galah pada umumnya diperoleh dari hasil penangkapan  benih alam.  Pada tahun  1959, S.W. Lingdi Glugor,  Malaysia, berhasil melakukan  percobaan  pembenihan  udang galah di kolam, walaupun hasilnya belum memuaskan. Percobaan pembenihan udang galah baru berhasil pada tahun 1964, yang dilakukan oleh T. Fujimura di Hawaii dengan induk udang galah yang didatangkan  dari Malaysia.

Percobaan  pembenihan  buatan  di Indonesia  sebenarnya  sudah  dirintis sejak tahun 1964. Tetapi percobaan itu baru berhasil setelah 9 tahun, tepatnya pada tahun  1973,  yang dilakukan  oleh Lembaga  Penelitian  Perikanan  Darat, Cabang Pasar Minggu, Jakarta. Pada tahun 1974 keberhasilan itu disusul oleh Pusat Penelitian  Udang Jepara,  yang sekarang  menjadi  Balai Budi daya Air Payau  di Jepara.  Pembenihan   menggunakan   teknik  yang  berkembang   di Hawaii, yakni menggunakan  bak persegi panjang dan air hijau.

Dari keberhasilan  pembenihan  buatan yang dicapai itu, maka sejak tahun 1975 Indonesia sudah dapat memproduksi  benih udang galah untuk memasok petani kolam. Namun meski demikian,  tidak tertutup  kesempatan  bagi modal swasta untuk usaha pembenihan  udang galah. Beberapa  Hatchery yang ada selama ini, baru memberi peluang untuk petani kolam di Pulau Jawa.
Usaha pembenihan  udang galah dapat dilakukan  dengan 2 cara sebagai berikut.

1.     Hatchery, skala modal besar

Usaha pembenihan udang galah skala modal besar membutuhkan modal Rp50 juta sampai  Rp100 juta,  dengan  produksi  benih sekitar 5 juta sampai  10 juta ekor per tahun. Persyaratan untuk Hatchery yang ideal,  yaitu :
tersedia  air  laut yang  jernih,  tidak  tercemar  bahan  organik,  jumlahnya tersedia  sepanjang  tahun,   memiliki  pH 7.5 -  8,0, kesadahan  lebih kecil dari  360  ppm  CaC03.      Lokasi dekat  pantai akan lebih efisien ditinjau dari pengadaan  dan penyediaan  air laut.
Lokasi jauh dari kawasan  industri yang dapat menimbulkan  pencemaran laut maupun pencemaran  air tawar.
Tersedia air tawar yang cukup, sebab larva udang dapat hidup dengan baik pada air payau salinitas 12 promil. Maka air tawar sangat dibutuhkan  untuk pencampuran  air laut yang rata-rata salinitasnya  tinggi.
Lokasi terlindung  dari angin dan ombak besar.
Lokasi memiliki prasarana jalan yang memungki_nkan untuk pengembangan budi  daya  udang  galah,  baik  prasarana  jalan  di sekitar  lokasi  tersebut maupun prasarana jalan untuk transportasi  ke pemasaran.

Hatchery  udang  galah skala  modal  besar yang  ideal dan umum  adalah Hatchery sistem tertutup. Bangunan  Hatchery dibuat dengan posisi membujur dari Utara-  Selatan, atap tidak tembus cahaya matahari, dinding dengan spesi semen yang kuat, jendela besar terletak di sebelah Barat,  pintu besar terletak di sebelah Timur. Hatchery udang galah dilengkapi  dengan sarana, seperti:

a. bak tempat  pemeliharaan   larva  terletak  di sebelah  Barat,  agar  cahaya matahari mudah masuk. Jumlah bak pemeliharaan larva paling sedikit 12 buah dengan kapasitas 5.000 liter setiap bak. Bak pemeliharaan larva berbentuk kerucut-bulat yang mempunyai dinding ganda luar-dalam dengan rongga di tengahnya. Maksud dan  fungsi  rongga  tengah  tersebut   adalah  sebagai   ruang  penyangga temperatur, Bak larva sebaiknya berwarna hijau, sebab warna hijau memberi rangsangan terhadap nafsu makan larva. 
Bak  pemeliharaan   berbentuk   kerucut-bulat.    Dasar   bak  harus diperhitungkan   agar memiliki  kemampuan   mengedarkan   makanan  dan mencegah  pengendapan  makanan yang terlalu  cepat. Bak pemeliharaan larva juga  harus dilengkapi   dengan  saluran  pembuangan   berupa  kran yang  dilengkapi   saringan.   Fungsinya   untuk   pembuangan   air,   karena selama  pemeliharaan   larva  air selalu  diganti  yang  segar,   sedangkan saringan   berguna  agar  larva  tidak  ikut  keluar  waktu   pembuangan   air berlangsung.

b. Bak penyimpanan air payau terletak di sebelah Selatan, paling sedikit diperlukan 8 buah bak dengan kapasitas 5.000 liter setiap bak. Air payau diperlukan untuk mengganti air yang lama sehingga air tetap dalam keadaan segar. Letak bak air payau harus lebih tinggi daripada bak pemeliharaan  larva, agar pengaliran air ke bak pemeliharaan  larva lebih mudah. Bak air payau dibagi dua, satu bagian berisi air laut dan satu bagian lagi air tawar.

Bak penyimpanan  air tawar dilengkapi  dengan alat pemanas  air, yang dapat  menaikkan  temperatur  air sekitar  50°C.   Pada saat diperlukan,  air tawar dialirkan ke bak air laut dan selanjutnya air laut dipompakan.  Dengan cara demikian  sudah menjadi air payau yang memiliki salinitas  12 promil dengan  temperatur  29°C.   Dengan  kondisi  air  yang  demikian,   air payau dapat dipergunakan  untuk mengganti air payau yang lama dalam bak pemeliharaan  larva.

c. Bak  penetasan   induk  udang  terletak   di sebelah  Timur,   paling  sedikit diperlukan 2 buah bak berkapasitas  5.000 liter setiap bak.  Bak penetasan induk udang memerlukan air payau dengan salinitas 6 promil. Dalam batasan salinitas tersebut, induk udang tidak akan mudah mengalami stres dan larva yang menetas  langsung  dapat menyesuaikan  diri dengan  lingkungan  air payau. Fungsi bak penetasan  adalah untuk tempat  bersalin  induk udang galah jika diketahui  gonada  udang galah terlihat  sudah  berwarna  coklat keabu-abuan  gelap. Sehingga bila induk udang siap menetaskan telurnya, baru dipindahkan  dalam bak penetasan. Selama proses penetasan  berlangsung,  air dalam bak penetasan memperoleh aerasi dan makanan untuk menjaga kesehatan induk udang galah.

d. Bak penetasan  artemia yang juga terletak di sebelah Timur, paling sedikit memerlukan 1   buah bak dengan kapasitas 5.000 liter.  Bak penetasan sangat diperlukan untuk produksi makanan alami larva udang galah. Bak penetasan artemia dibuat berbentuk  kerucut-bulat   dengan dinding tembus cahaya di bawahnya. Bak penetasan artemia berisi air salinitas   10-  25 prom ii. Selama proses  penetasan  aerasi  harus tetap  dihidupkan.  Setelah  telur  artemia menetas  menjadi   nauplii,  maka  nauplii  itulah  yang  diberikan   sebagai makanan larva udang.

e. Bak penampungan juvenil yang juga terletak di sebelah  Timur,  paling sedikit memerlukan 2  buah   bak  beton   persegi   panjang   atau  bulat,   yang kapasitasnya  10.000 liter setiap bak. Bak penampungan  juvenil dilengkapi dengan  saluran  keliling.   berisi air payau 6 promil yang  secara  bertahap salinitasnya  dikurangi  sampai 0 promil atau tawar. Bak penampungan    ini berfungsi  sebagai  bak adaptasi. Selama  dalam  bak penampungan,   juvenil  diberi  makanan  artemia  dan makanan  buatan   sampai  3 -  4 minggu.  Kepadatan  juvenil  dalam  bak penampungan  adalah 5 ekor per liter.

f. Bangunan laboratorium, merupakan sarana yang mutlak untuk kelengkapan Hatcheri modern. Bangunan laboratorium terletak terpisah, tetapi tidak jauh dari bangunan Hatchery. Laboratorium berfungsi untuk menganalisis    kondisi dan kualitas air yang dipergunakan.  Termasuk di dalamnya analisis biologi untuk mengikuti  reaksi larva terhadap  lingkungannya,  pertumbuhannya, mortalitas, performans  dan analisis  parasit.  Di samping  itu,   laboratorium juga untuk kegiatan analisis kimiawi,  terutama menyangkut   kondisi air agar larva dapat berkembang  secara optimal.

2.   Hatchery skala kecil

Usaha pembenihan  udang galah skala kecil membutuhkan   modal Rp15 juta sampai  Rp25 juta, dengan  produksi  benih 250.000  ekor per tahun. Hatchery skala kecil sangat cocok untuk wilayah yang jauh dari pantai  atau yang belum ada Balai Benih Udang Galah, khususnya di luar Pulau  Jawa. Metode  yang  cocok  untuk  pembenihan   udang  galah   skala  kecil adalah hatchery sistem sirkulasi ulang secara tertutup.  Metode ini pernah dicoba untuk pertama kalinya di Desa Kampung  Lima belas, Singaparna, Tasikmalaya. Pembenihan  udang galah skala kecil dapat dilakukan   di dalam bangunan tertutup  ukuran  18 m x 4 m atau membutuhkan  lahan  seluas  72m2  dan letak bangunan memanjang  ke arah Utara -  Selatan, jendela besar menghadap  ke Barat, pintu  di sebelah Timur, dan tinggi plafond 2,50 m dari lantai.

Hatchery  sistem  sirkulasi  ulang  secara  tertutup  membutuhkan   sarana sebagai  berikut.

a.   Bak filter mekanis,  

merupakan  sebuah  bak fibreglass  ukuran  1,3 x 0,7 x 0,5 m yang dilengkapi  dengan saringan berupa lapisan pasir setebal 0, 10 m. Butiran pasir yang digunakan mempunyai  ukuran 0, 1   mm.

b. Bak filter biologi, 

merupakan sebuah bak fibreglass yang bersekat-sekat ukuran 1,3 x 0,65 x 0,6 m dan bersekat-sekat tersebut diisi dengan zeolit yang berukuran1 - 3 cm. Pada ruanganyang diisi zeolit,terjadi perombakan sisa-sisa  metabolisme  oleh bakteri.  Penggunaan zeolit  merupakan modifikasi dari penggunaan  kerikil-koral yang berukuran  3 -5  cm.

c. Bak pemeliharaan larva,  

merupakan bak yang terbuat dari fibreglass warna hijau gelap yang berukuran 4 x 1,25 x 1   m atau volume 5 m2 dengan dasar bak berbentuk "U". Air yang digunakan dalam bak pemeliharaan  larva harus memiliki salinitas 12 promil dengan  pemasukan  secara gravitasi.  Bak larva dilengkapi  dengan saringan,  ukuran mata saringan 200 -  1.000 mm, disesuaikan  dengan ukuran larva yang dipelihara. Air mengalir dari bak larva masuk ke bak filter mekanis. Setelah  melewati  filter pasir, air dipompa  agar masuk ke dalam filter biologi. Perputaran media larva diusahakan  maksimal satu kali putaran per jam.

Pemeliharaan larva dilakukan dengan kepadatan 100 ekor larva per liter air. Jumlah larva yang dipelihara disesuaikan dengan pascalarva atau benih yang dibutuhkan. Makanan diberikan dalam bentuk makanan buatan dan nauplii artemia, dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah dan usia larva yang dipelihara.

Pemindahan harus segera dilakukan bila pascalarva lebih banyak daripada larva. Larva yang dipindah  terlebih dahulu  harus diadaptasikan  ke dalam air tawar selama 12 jam. Keesokan harinya dapat dipindah ke bak penampungan selama 35 hari.

Selama pemeliharaan yang berlangsung 35 hari, kualitas media larva yang mencakup  suhu, salinitas dan pH praktis tidak berubah. Temperatur  berkisar antara 28°C-30°C,   salinitas  11-12 promil, dan pH 7,5-    8.

Jika diproyeksikan  pada kebutuhan  benih udang galah untuk usaha budi daya udang galah di kolam pembesaran,  maka Hatchery  skala kecil mampu secara  kontinu  memenuhi   kebutuhan   benih  kolam  seluas  2.5  ha dengan kepadatan  penebaran  10 ekor per meter persegi.

C. Seleksi lnduk Udang Galah


induk udang galah untuk usaha pembenihan  harus diseleksi terlebih dahulu. Tujuannya, untuk mendapatkan keturunan yang baik. Ciri khas calon induk udang galah yang baik adalah sebagai berikut.

1.    Calon induk udang galah betina:

•     Memiliki berat lebih dari 40 gram.
•     Memiliki kandungan telur cukup tinggi.
Bersih dari segala macam kotoran maupun organisme yang bersifat parasit.

2.   Calon induk udang galah jantan:

Memiliki berat lebih dari 50 gram.
Kaki jalan kedua tidak terlalu besar.
Bersih dari segala macam kotoran maupun organisme yang bersifat parasit.

Seleksi induk udang galah juga harus mempertimbangkan   usia dari calon induk tersebut, tidak boleh terlalu tua. Seleksi kebakaan juga tidak boleh dikesampingkan,  misalnya pengamatan  saat induk udang galah mengandung telur mulai yang kedua kalinya. Pada umumnya generasi yang paling baik adalah generasi  ketiga.

Pada prinsipnya,  udang galah yang dapat kita pilih sebagai  calon  induk adalah udang galah yang memiliki pertumbuhan cepat dan paling besar. Setelah udang tersebut kita pilih, selanjutnya dipindahkan ke dalam kolam yang terpisah.
lnduk udang galah betina dapat dikawinkan dengan induk jantan dalam bak beton yang berisi air tawar. Perkawinan  biasanya berlangsung  di malam hari, dan ditandai  dengan  adanya  emulsi  minyak  dalam  bak. Sampai  hari ke-18 setelah  perkawinan,  umumnya  induk udang galah betina sudah  mengerami telurnya.
Apabila telur yang dierami sudah terlihat adanya gonada berwarna coklat keabu-abuan gelap, maka secepatnya induk udang betina diambil dengan jaring sodor dan dipindahkan  dalam  bak penetasan  yang  berisi air payau dengan salinitas 6 promil. Setelah telur menetas menjadi larva, 48 jam kemudian larva dipindahkan ke dalam bak larva yang berisi air payau dengan salinitas 12 promil.
Padat penebaran larva di bak pemeliharaan  larva,  yang ideal yaitu berkisar antara 100 -  150 ekor per liter, dan dipelihara selama 35 hari.

D. Pengangkutan Benih Udang Galah

Pengangkutan benih udang galah dari Balai Benih Udang Galah dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni:

1.   Pengangkutan dengan kantong plastik dalam kemasan karton

•     Plastik yang digunakan  memiliki tebal 0,008   mm
•     Volume air maksimal 5 liter
•     Volume zat asam 5 liter
Kantong  yang digunakan  plastik  rangkap  dua,  diisi air yang  berisi benih udang galah, selanjutnya  diisi oksigen atau zat asam. Setelah dilakukan pengontrolan,   kantong   plastik  diikat  rapat.  Lebih  lanjut  kantong   plastik dimasukkan  ke dalam karton yang sudah diberi lapisan gabus cetak, ditutup dengan ikatan perekat isolasi.

2.    Pengangkutan dengan jerigen

Jerigen yang digunakan  dari plastik
Volume air maksimal  10 liter
Volume zat asam 10  liter
Kapasitas  benih untuk ukuran 1    cm adalah 2.000 ekor, dan untuk ukuran
0,5 cm adalah 1  .000 ekor
Mortalitas benih 10 %.

Pada gambar di atas, jerigen plastik telah dimoditikasi dengan pembuatan lubang  bagian  alas dekat tutup  yang jumlahnya  2 buah.  Pada 2 lubang  itu dipasang  selang. Jerigen  diisi air bersama  benih udang galah  lewat lubang yang menggunakan  tutup ulir. Selanjutnya  dilakukan  pengisian oksigen lewat salah satu lubang moditikasi, setelah jerigen terisi zat asam, lubang moditikasi ditutup dengan cara menutup kedua lubang dengan tutup selang yang saling berhubungan.  Sewaktu  diangkut, jerigen  diletakkan  dalam posisi terlentang, supaya benih udang memperoleh  permukaan air yang cukup luas.

BAB 5  Pengadaan  Pakan Udang Galah

Pada  bagian-bagian    terdahulu   telah  dijelaskan   berbagai   hal  yang  perlu dipersiapkan sebelum memulai kegiatan budi daya dilakukan. Selanjutnya yang tak kalah pentingnya  yaitu penyediaan  pakan.   Oleh karena itu, petani kolam atau pelaku usaha budi daya harus membekali  dirinya dengan  pengetahuan mengenai bagaimana cara menyediakan  pakan udang galah yang sesuai dan baik untuk pertumbuhan.  Untuk itu berikut akan dijelaskan.

A.  Persyaratan  Pakan Udang

Makanan udang merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Oleh  karena   itu,  ada  beberapa   persyaratan    yang  secara   teknis   harus memperoleh penanganan secara khusus, yakni:

Aspek kimia, 

yaitu persyaratan  kandunqan  nutrisi makanan yang meliputi protein, karbohidrat,  lemak, vitamin, dan mineral.

Aspek fisik makanan, 

yaitu bentuk dan ukuran makanan,  ketahanan dalam air, dan teknik pengepakan.

Aspek  biologi,  

yaitu  nilai  konversi  makanan  atau  perbandingan  jumlah makanan yang dikonsumsi dengan kemampuan makanan yang dikonsumsi dapat meningkatkan  berat tubuh udang.

Aspek ekonomis, 

yaitu kelayakan harga ditinjau dari segi kualitas maupun nilai makanan.

Dalam kehidupan  di alam, udang galah biasa makan berbagai jenis Crustacea,  molusca, ikan kecil, organisme nabati dalam jumlah relatif terbatas. Meskipun udang galah merupakan hewan omnivora atau pemakan segala, akan tetapi terbatas  pada organisme  makro invertebrata  yang gerakannya  lambat. Maka dalam  usaha budi daya udang,  makanan  yang diberikan  selain harus mempunyai kelayakan kualitas, jumlahnyajuga   harus cukup. Jika kekurangan makanan akan mengakibatkan  kematian bagi udang, dan dapat meningkatkan sifat kanibalismenya, Dari alasan tersebut di atas, maka untuk dapat menjam in kelayakan kualitas, makanan udang perlu diuji lebih dahulu. Makanan udang yang diberikan harus memenuhi syarat, antara lain:

  • makanan udang harus mempunyai aroma yang disukai oleh udang. Caranya ialah dengan memberi atraktan yang dapat membuat  udang tertarik pada makanan tersebut.
  • makanan udang harus tenggelam,  sebab udang galah umumnya mencari makan di dasar kolam, daya tahan makanan udang dalam air minimal 5 jam.




B. Meramu Pakan Udang


Pengadaan  pakan  udang tidak  mutlak  harus dari produksi  pabrik.  Bila mau berhemat dan di daerah dekat lokasi cukup tersedia bahan baku, pakan udang dapat dibuat sendiri. Dengan demikian dapat diperoleh manfaat ganda. Pertama bisa meningkatkan-kreativitas    dan sumber  daya  petani  kolam  serta  belajar mandiri, kedua dapat memperoleh  nilai tambah dari selisih pembiayaan  yang dipergunakan  untuk membeli pakan udang produksi pabrik.
Pada prinsipnya  pembuatan  pakan udang tidak sulit, karena bahan baku yang digunakan tidak jauh berbeda dengan bahan baku yang digunakan untuk meramu pakan unggas. Hanya dari segi kualitas, pakan udang harus memiliki protein tinggi. Tingginya kebutuhan protein bagi udang, berkaitan dengan energi yang diproduksi  merupakan  metabolisme  protein.

Tabel 5.1 Spesifikasi  Nutrisi  Pakan Udang

Tabel 5.1 Spesifikasi  Nutrisi  Pakan Udang


Karakteristik


Diet-1


Diet-21


Diet-31


Diet-4


Berat udang(gr)
1
5
10
11-30
Bentuk
crumble
crumble
pellet
pellet
Kadar air  (%)
8
8
8
8
Lemak kasar (%)
9
8
7
6
Protein kasar (%)
43
39
33
32
Serat kasar (%)
4
4
4
4
Kadar abu (%)
13
13
12
12
Cholesterol (%)
0,9
0.9
0,9
0,9
Energi Metabolisme
(kca/kg)
3.850
3.700
3.400
3.550

C. Bahan Baku Pakan Udang


Untuk meramu pakan udang, pertama kali yang harus dipahami adalah mengenal bahan baku pakan udang. Bahan baku pakan udang, dapat digolongkan menjadi
2 kelompok, yakni sebagai berikut.

1. Bahan  baku  pakan  yang  berasal  dari tumbuh-tumbuhan   dan  ikutannya merupakan sumber karbohidrat yang mengandung serat kasar tinggi. Maka jumlah penggunaannya relatif terbatas, sebab udang tidak efisien mencerna bahan baku golongan ini.
2. Bahan baku pakan yang berasal  dari hewan dan ikutannya,  merupakan sumber protein dan asam amino yang relatif cukup lengkap, dan rata-rata serat kasar yang dikandungnya  relatif rendah. Maka sangat potensial untuk dijadikan pakan   udang,   hanya   umumnya    harganya    relatif  mahal dibandingkan dengan bahan baku dari tumbuh-tumbuhan  dan ikutannya.

Penyusunan  komposisi pakan udang tidak sekadar mengandalkan  bahan baku  makanan  kedua  golongan  tersebut.   Namun  juga  sangat  diperlukan makanan tambahan (feed suplement)produk pabrik yang kaya vitamin, mineral dan antibiotika.  Makanan  udang yang komposisinya  dilengkapi  dengan  feed suplementdapat lebih sempurna dalam penyediaan vitamin dan mineral, selain efisien dalam penggunaan  makanan.
Komposisi    feed  suplement yang   digunakan    secara   umum   dalam  penyusunan  pakan udang dikenal ada 3 macam, yakni:
1. Feed Suplement yang mengandung  komposisi  multivitamin  dan mineral, yang berfungsi untuk melengkapi  kekurangan  komposisi makanan udang dari beberapa bahan baku makanan yang digunakan.
2. Feed Suplement yang mengandung  komposisi multivitamin dan antibiotika berfungsi   untuk  melengkapi   kekurangan   vitamin,  serta  meningkatkan efisiensi  penyerapan  zat-zat  makanan  oleh  udang  dari  makanan  yang dikonsumsi.
3. Feed Suplement yang  mengandung   komposisi   vitamin,   mineral,  dan antibiotik, yang berfungsi untuk melengkapi kekurangan vitamin dan mineral, juga menin_gkatkan  efisiensi penyerapan zat-zat makanan oleh udang dari makanan yang dikonsumsi. Penggunaan feed suplementdalam komposisi makanan udang takarannya adalah 20 -  30 gr untuk komposisi  100 kg.

D.   Potensi  Bahan  Baku

Mengenal potensi bahan baku untuk meramu pakan udang sangatlah penting, agar penyediaan dan pemilihan bahan baku tidak mengalami kesulitan bersifat teknis.  Beberapa bahan baku, baik sumber karbohidrat maupun sumber protein yang banyak dipasarkan  dan mudah diusahakan  adalah sebagai berikut.

1. Tepung ikan

merupakan  bahan baku makanan  udang yang mempunyai kandungan  protein tinggi. Penggunaan  maksimal dalam komposisi pakan udang tidak boleh lebih dari 42 kg untuk 100 kg komposisi  pakan.

2. Tepung bulu unggas

merupakan   bahan  baku  makanan  yang  sering digunakan sebagai substitusi sebagian  penggunaan  tepung ikan. Tepung bulu unggas memiliki kandungan protein lebih tinggi daripada tepung ikan, tetapi kurang disukai udang. Penggunaan tepung bulu unggas harus melalui proses hidrolisis atau pemasakan suhu dan tekanan uap 15 - 20 kg selama 30 menit, kemudian dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Dengan cara demikian protein keratin yang sulit dicerna dapat ditanggulangi, sebab ikatan disulfidanya pecah. Penggunaan  maksimal  dalam  komposisi  makanan  udang tidak boleh lebih dari 26 kg untuk  100 kg komposisi  makanan.  Penggunaan  tepung bulu  unggas  dan  tepung  susu  merupakan   paduan  yang  serasi  untuk makanan udang.

3. Tepung daging bekicot, 

merupakan  bahan baku makanan yang sangat potensial,terutama untuk substitusi kelangkaan tepung ikan. Namun, agar dapat digunakan sebagai bahan baku makanan udang, diperlukan proses pengolahan sebagai berikut.

  • Bekicot hidup dikumpulkan dalam ruangan lembap. selanjutnya ditaburi garam dengan  perbandingan  1: 10,  dan didiamkan  beberapa  waktu agar mengeluarkan  lendir yang bersifat racun.
  • Bekicot yang sudah digarami dapat dibersihkan  dengan larutan kapur di dalam sebuah drum.
  • Bekicot  dengan  cangkangnya   direbus  setengah  matang.  kemudian dagingnya dikeluarkan dari cangkangnya  dengan alat pencungkil.
  • Daging bekicot dicuci sekali lagi untuk membersihkan  sisa lendir, dan dimatangkan dengan cara di rebus agar terbebas dari bakteri salmonella.
  • Daging bekicot yang sudah masak dijemur sampai kering.
  • Setelah kering, daging bekicot digiling menjadi tepung daging bekicot.


Penggunaan  maksimal  dalam  komposisi  makanan  udang tidak boleh lebih dari 37 kg untuk 100 kg komposisi  pakan.

4. Tepung rese (kulit dan kepala udang), 

merupakan  bahan baku makanan yang cukup potensial, karena selain kandungan proteinnya tinggi, juga sebagai sumber mineral. Tetapi kandungan serat kasarnya juga cukup tinggi, maka penggunaan  maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 8 kg untuk 100 kg komposisi  makanan.

5. Tepung darah  

merupakan   bahan  baku  makanan   yang  mempunyai kandungan  protein cukup tinggi,  khususnya  sebagai sumber asam amino lisin. Penggunaan  maksimal dalam komposisi makanan  udang tidak boleh lebih dari 22 kg untuk 100 kg komposisi makanan.

6. Susu bubuk

merupakan  bahan baku makanan yang memiliki kandungan protein cukup tinggi. Umumnya digunakan untuk komposisi makanan udang Diet 1. Penggunaan maksimal.dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 13 kg untuk 100 kg komposisi makanan.

7. Jagung ragi

merupakan bahan baku makanan inovasi dan alternatif. Jagung sebagai sumber karbohidrat kurang memiliki potensi, tetapi kaya pro vitamin A yang sangat baik untuk pertumbuhan udang. Peragianjagung bertujuan untuk memperoleh efisiensi penggunaan jagung, karena dengan demikian peragian dapat meningkatkan  protein jagung,  meskipun  kadar energinya  menurun.

Menurut beberapa penelitian, ragi dapat menggantikan kedudukan tepung ikan. Penggunaan jagung ragi akan lebih ekonomis daripada tepung ikan atau bungkil kedelai, sebab harganya relatif lebih murah.

Penggunaan jagung ragi dalam komposisi pakan udang tidak boleh lebih dari 36 kg untuk 100 kg komposisi makanan. Proses peragian jagung adalah sebagai  berikut.

  • Jagung digiling menjadi tepung yang halus.
  • Tepung jagung direndam  dalam air.
  • Tepung jagung dimasak dengan penguapan.
  • Tepung jagung didinginkan.
  • Tepung jagung yang sudah ding in ditaburi ragi tape dengan rasio 50 gr ragi untuk 10 kg tepung jagung.
  • Tepung jagung  yang sudah diberi  ragi ditutup  rapat, dan disimpan  di tempat gelap selama 3 hari untuk proses peragian.
  • Setelah  3 hari,  jagung  ragi dijemur  sampai  cukup  kering   dan sudah siap digunakan  sebagai  bahan baku.


8. Bekatul   ragi

merupakan   bahan  baku  makanan  inovasi  dan  alternatif seperti halnya jagung ragi. Proses dan cara peragian sama seperti peragian jagung,  tetapi karena bekatul  ragi mengandung  serat kasar cukup tinggi, maka penggunaan  maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 30 kg untuk 100 kg komposisi  makanan.

9. Tepung  gaplek

merupakan bahan baku makanan yang tergolong penting, meskipun kandungan proteinnya rendah. Tepung gaplek berfungsi sebagai perekat  dalam  pembuatan  makanan  udang  bentuk  crumbles  dan pellet, maka penggunaan  maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 2 kg untuk 100 kg komposisi  makanan.

10. Bungkil   kelapa

merupakan  bahan  baku  makanan  udang  yang  cukup potensial.  Kelemahannya  mudah tengik dan serat kasarnya cukup tinggi. Bungkil kelapa umumnya digunakan, bila dalam komposisi makanan udang tidak menggunakan bungkil kedelai. Penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 9 kg dari 100 kg komposisi makanan.

11. Bungkil    kedelai

merupakan   bahan  baku  makanan   yang  potensial, terutama  bila dikombinasikan   antara bungkil kedelai dengan jagung  ragi. Penggunaan  maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 15 kg untuk 100 kg komposisi  makanan.

12. Tepung  daun   lamtoro

merupakan    bahan   baku  yang   mempunyai kandungan  protein cukup tinggi. Penggunaan  dalam kornposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 5 kg untuk 100 kg komposisi  makanan.

13. Tepung  daun turi

merupakan  bahan baku makanan udang yang memiliki kandungan  protein dan vitamin A cukup tinggi,   namun serat kasarnya juga cukup tinggi. Penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 10 kg untuk 100 kg komposisi  makanan.

14. Tepung tulang

merupakan bahan baku makanan udang yang mengandung mineral kalsium dan phospor. Penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 6 kg untuk 100 kg komposisi makanan.

E.  Menyusun Makanan Udang


Penyusunan  pakan udang memerlukan  perhitungan  khusus, agar komposisi sesuai dengan standar kebutuhan nutrisi udang. Metode perhitungan komposisi makanan udang cukup banyak. Mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Namun, pada prinsipnya perhitungan komposisi mempunyai tujuan yang sama, yakni ekonomis,  layak, nutrisi,  dan disukai  oleh udang.

Makanan udang yang secara um um dikenal adalah dalam bentuk makanan jadi, namun bila bermaksud  membuat makanan sendiri akan lebih efisien bila dilakukan dalam bentuk makanan setengah jadi (konsentrat).
Penyusunan  komposisi  makanan udang secara sederhana  dapat diperhitungkan  dengan berpedoman  pada standar protein.

Contoh: Suatu kelompok petani kolam bermaksud  meramu pakan udang sendiri. Adapun bahan baku yang tersedia,  adalah jagung ragi, bekatul ragi. gaplek, bungkil kelapa, tepung daun turi, tepung tulang,  tepung ikan, tepung darah,   tepung   bulu  unggas.   tepung   bekicot,   dan  feed suplement. Direncanakan  akan dihasilkan susunan makanan jadi yang terdiri atas:
a. makanan udang Diet 1
b. makanan udang Diet 2
c. makanan udang Diet 3
d. makanan udang Diet 4

Perhitungan,   taksir kebutuhan sesuai batasan bahan baku yang dibutuhkan:

Jagung   ragi 30 kg = 30  x  25,0/100  = 7,50%
Bekatul  ragi 10 kg = 10  x  27,6/100  = 2,76%
Tepung gaplek 2 kg = 2 x 1,5/100          = 0.03%
Bungkil kelapa 5 kg = 5 x 20,5/100 = 1.02%
Tepung daun turi 5kg =    5  x 31,7/100    =1.58%
Tepung tulang 4kg      =    4 x 12,0/100     = 0.48%
Feed suplement 2kg      ..............................................         +
Tersedia komposisi  58kg                             =  3,37%

A.  Makanan Diet 1
1. Dari kebutuhan  komposisi  100 kg dengan  protein 43%, baru tersedia  58 kg dengan  protein  13,37%. Persentase  kekurangan  29,63/42   x 100 % = 70.55 %.

2. Kekurangan  42 kg akan dipenuhi  dengan  bahan  baku tepung  ikan dan tepung bulu.
Protein tepung ikan      53,9                    15.95
                                                 70,55     
Protein tepung bulu      86,5 16.65   +
                                                                32.60

Kebutuhan tepung ikan = 15,95/32,60  x 42 kg = 20,5 kg
Kebutuhan tepung bulu = 16,65/32,60 x 42 kg = 21,5 kg

B.  Makanan Diet 2

1. Dari kebutuhan  komposisi  100 kg dengan  protein 39%, baru tersedia  58 kg dengan  protein  13,37%.  Persentase  kekurangan  25,63/42  x 100% = 61%.
2.    Kekurangan 42 kg akan dipenuhi dengan bahan baku tepung bulu dan tepung darah.

Protein tepung bulu        86,5             19,1
                                                             70,55     
Protein tepung darah        80, 1           25,5      +
                                                                               44,6
Kebutuhan tepung bulu = 19, 1/44,6 x 42 kg=  18 kg.
Kebutuhan tepung darah = 25,5/44,6 x 42 kg= 24 kg.

C.  Makanan Diet 3

1. Dari kebutuhan komposisi 100 kg dengan protein 33%, baru tersedia 58 kg dengan protein 1   3,37%. Persentase kekurangan: 19,63/42 x 100% = 46,74%.
2 Kekurangan 42 kg akan dipenuhi bahan baku tepung ikan dan tepung bekicot.
Protein tepung ikan      53,9                      14,16
                                                   l46,74   
Protein tepung bekicot  60,9           7,16 +
                                                                        21,32

Kebutuhan tepung ikan = 14, 16/21,32 x 42 kg= 28 kg
Kebutuhan tepng bekicot = 7.16/21,32 x 42 kg= 14 kg

D.  Makanan Diet 4

1. Dari kebutuhan komposisi 100 kg dengan protein 32%, baru tersedia 58 kg dengan protein 13.37%. Persentase kekurangan: 18,63/42 x 100% = 44,36%.
2. Kekurangan 42 kg akan dipenuhi dengan bahan baku tepung bekicot dan tepung bulu.
Protein tepung bekicot  60,9           42,14
                                                      44,36

Protein tepung bulu        86,5 16,54 +
                                                                        58,68

Kebutuhan tepung bekicot = 42, 14/58,68 x 42 kg = 30 kg
Kebutuhan tepung bulu    = 16,54/58,68 x 42 kg= 12 kg

Contoh:Anda sebagai seorang petani kolam yang bermaksud menyusun kornposisi makanan udang. Bahan baku makanan yang tersedia adalah: tepung ikan, tepung rese, tepung bulu; tepung darah, susu bubuk, tepung tulang, feed suptemem,  serta jagung  ragi dan bekatul ragi.

Direncanakan :
A. Makanan setengah jadi (konsentrat)
B. Analisis rasio campuran  untuk Diet 1
C. Analisis  rasio campuran  untuk Diet 2
D. Analisis rasio campuran  untuk Diet 3
E. Analisis  rasio campuran  untuk Diet 4

Catatan: Jagung ragi dan bekatul ragi akan digunakan sebagai campuran dengan konsentrat.
Jawab perhitungan
T: aksir kebutuhan  bahan baku sesuai batasan yang dianjurkan:

Tepung ikan 30kg  = 30 x 53.9/100 = 16.16%
Tepung rese 5kg    = 5 x 33.2/100 = 1,66%
Tepung bulu 20kg  = 20 x 86,5/100 = 17,30%
Tepung darah 10kg  = 10 x 80,1/100 = 8,01%
Susu bubuk 5kg    = 5 x 35.0/100 = 1.75%
Tepung tulang 4kg    = 4 x 12,0/100 = 0,48%
Feed suplement
Tersedia komposisi 2kg    =  76 kg =   45,36%
A.   Konsentrat
1. Untuk komposisi sebanyak 76 kg memiliki protein 45,36%, jadi untuk komposisi konsentrat
100 kg = 100/76 x 45,36% = 59,68%.
2. Kebutuhanbahan baku untuk konsentrat100 kg, setiap bahan baku adalah: Tepung ikan =   100/76 x 30 kg =   39.50 kg
Tepung rese =    100/76 x 5 kg =   6,50 kg
Tepungbulu =   100/76 x 20 kg =   26,25 kg
Tepungdarah =  100/76 x 10 kg =   13,25 kg
Susu bubuk =   100/76 x 5 kg =   6,50 kg
Tepungtulang        =   100/76 x 4 kg    =    5,25 kg
Feed suplement = 100/76 x 2 kg =   2, 75 kg + Komposisi konsentrat protein 59,58%  =   100,00 kg

8.  Rasio campuran makanan Diet 1


1.  Taksir untuk konsentrat 60 kg. Protein konsentrat 60 x 59.68/100 = 35.80%.
2. Dari kebutuhan komposisi 100 kg dengan protein 43%, baru tersedia 60 kg dengan protein 35.80%. Persentase kekurangan 7.2/40 x 100% = 18%.
3. Campuranbahan bakuyang akan digunakanadalahjagung ragi dan bekatul ragi.
Jagung ragi  25    9,6
Bekatul       27.6 7,0 +
                                        16.6
Kebutuhan jagung ragi 9.6/16,6 x 40 kg= 23 kg
Kebutuhan bekatul ragi 7.0/16.6 x 40 kg= 17 kg

C.  Rasio campuran makanan Diet 2


1.    Taksir untuk konsentrat 50 kg
Protein konsentrat 50 x 59,68/100 = 29,84%
2. Dari kebutuhan  komposisi  100 kg dengan  protein 39%, baru tersedia  30 kg dengan protein 29,84%.
Persentase  kekurangan  9.16/50 x 100% = 18,32%
3.    Campuran bahan baku yang akan digunakan adalah jagung ragi dan bekatul ragi.
Kebutuhan jagung  ragi  9.28/15.96  x 50kg = 29 kg
Kebutuhan  bekatul ragi 6,68/15,96  x 50 kg = 21   kg

D.   Rasio campuran makanan Diet 3

1.    Taksir untuk konsentrat 45 kg
Protein konsentrat  45 x 59,68/100  = 26,86%
2. Dari kebutuhan  komposisi  100 kg dengan  protein  33%, baru tersedia  45 kg dengan protein 26,86%. Persentase  kekurangan  6, 14/55 x 100% = 11,  16%.
3. Campuran bahan baku yang akan digunakan adalah jagung ragi dan bekatul ragi. 
Kebutuhan jagung  ragi  1   6,44/30,38  x 55 kg = 30 kg
Kebutuhan  bekatul ragi 13,84/30,38  x 55 kg  = 25 kg

E. Rasio campuran makanan Diet 4

1.    Taksir untuk konsentrat 40 kg
Protein konsentrat  40 x 59,68/100  = 23,87%.
2. Dari kebutuhan  komposisi  100 kg dengan  protein 32%, baru tersedia  40 kg dengan protein 23,87%.
Persentase  kekurangan  8, 13/60 x 100% = 13,55%.
3. Campuran bahan baku yang akan digunakan adalah jagung ragi dan bekatul ragi.
Kebutuhan jagung ragi   14,05/25,50 x 60 kg = 33 kg
Kebutuhan  bekatul ragi 11 ,45/25,50 x 60 kg = 27 kg

Tabel 5.4 KomposisKi onsentrat


Bahan Baku     Jumlah
Kebutuhan (kg)

Tepung ikan 39,50
Tepung rese 6,50
Tepungbulu 26,25
Tepung darah 13,25
Susu bubuk 6,50
Tepung tulang 5,25
Feed suplement 2,75
Konsentrat  protein 59,68% 100,00

Tabel 5.5 Rasio Campuran Makanan Udang

Keteranga        Jagung ragi (%)  Bekatul ragi   Konsentrat (%)

Makanan  Diet 1 60                   23               17
Makanan Diet 2 50                   29               21
Makanan Diet 3 45                   30               25
Makanan Diet 4 40                   33               27


F.   Membuat Pakan Bentuk Crumbles dan Pellet


Makanan  udang galah yang dibesarkan  di kolam budi daya, agar memenuhi persyaratan  ekonomis  dalam penggunaan  dan manfaat,  dapat dibuat dalam bentuk crumbles atau bentuk pellet.

Keuntungan  dari penggunaan  makanan udang bentuk crumbles dan pellet adalah dapat tenggelam sampai ke dasar kolam dan tepi mengalami perubahan fisika dan kimia selama proses pengolahan.

Prinsip pembuatan makanan udang bentuk crumbles dan pellet cukup sederhana,  yakni semua bahan baku makanan dibuat menjadi bentuk tepung halus.  Bahan  baku  tersebut  dimasukkan   dalam  mixer  dan  diaduk  merata. Setelah itu dikelua_rkan dan dipanasi dengan uap pada temperatur sekitar 90QC. Selama  proses  penguapan,   bahan  baku  yang  kaya  karbohidrat   langsung menjadi perekat.

Dalam bentuk adonan komposisi yang setengah basah setelah dikeluarkan dari proses penguapan,  adonan digiring lewat lubang sempit ukuran diameter pellet., dibawa  ban berjalan  melewati  oven, dan akhirnya  sampai  ke terminal pengemasan.  Dan pada tahap pengemasan  tersebut,  makanan  bentuk pellet sudah dalam keadaan kering.

Proses dan cara pembuatan  makanan  udang bentuk pellet, secara sederhana  dapat juga dilakukan  oleh petani kolam. Adapun persyaratan  yang diperlukan  adalah sebagai berikut.
Semua bahan baku makanan dijadikan tepung halus.
Alat penguapan  dapat dibuat dari drum yang dimodifikasi  seperti alat penanak nasi.
Alat pencetak  pellet dapat digunakan  alat penggiling  daging. Proses pembuatannya  adalah sebagai berikut:
Bahan baku yang sudah dijadikan tepung diaduk sampai merata.
Dipanasi dengan uap sampai terlihat setengah  basah.
Didinginkan,  tapi jangan terlalu dingin dan beku.
Selanjutnya    dimasukkan    ke  dalam   alat  penggiling    daging.   Alat penggiling diputar dan adonan setengah basah ditekan-tekan. Makanan bentuk memanjang dapat dipotong dengan pisau tipis atau kawat kecil.
Makanan udang yang sudah berbentuk pelletdan  masih setengah basah dapat dikeringkan  dengan sinar matahari.
Untuk membuat  makanan  udang  bentuk  crumbles,  makanan  bentuk
pellettersebut   diremas-remas,  sehingga  menjadi  remah.
Pengemasan  atau pengantongan  dapat dilakukan  bila makanan yang dijemur sudah cukup kering.

G.  Pengemasan Pakan Udang Komersial


Pada umumnya  makanan  udang yang dikomersialkan  atau diperdagangkan, dikemas dengan bahan pengemas yang sesuai, bersih, kering, dan dijahit kuat dengan  berat 2 kg sampai 20 kg.

1. Pemberian merek, 

di bagian luar kemasan dengan tulisan yang tidak mudah luntur, tertulis jelas, seperti:
nama barang,
nama/kode  dan alamat perusahaan,
jenis makanan,
bentuk makanan  (crumbles,  pellet),
berat bersih (netto),
kode tanggal  produksi,
tanggal kedaluwarsa.

2. Pemberian merek. 

di bagian dalam kemasan dengan diberi label yang tidak mudah luntur, tertulis jelas, seperti:
a komposisi  bahan pokok.
b. komposisi zat makanan:

  • kadar protein kasar dalam persen
  • kadar lemak kasar dalam persen
  • kadar serat kasar dalam persen
  • kadar abu tidak larut dalam asam
  • feed suplement  (antibiotika  dan zat-zat lain)

c.  cara penggunaan  makanan
d.  cara penyimpanan  makanan

3. Rekomendasi  penggunaan  zat pengawet  (antioksidan)  makanan,   harus sesuai dengan yang diizinkan.

H.  Pengujian Kualitas Pakan Udang


Pengujian  makanan  udang hasil ramuan  sendiri merupakan  kewajiban  yang harus dilakukan oleh petani kolam. Hal ini untuk meyakinkan  apakah makanan hasil ramuan sendiri tersebut  sudah  layak kualitasnya  dan secara  ekonomis memadai   dengan  pakan  udang  komersial.  Setelah  ada  kepastian  tentang kualitas  dari  pakan  udang  tersebut,  tindakan  selanjutnya   adalah:  Apakah formulasi   perlu diperbaiki atau dapat dipertahankan  lebih lanjut?
Pada prinsipnya untuk menguji kualitas makanan udang, pertama kali adalah menguji pakan udang tersebut di lapangan.

Secara um urn yang diperlukan untuk pengujian adalah sebagai berikut.
1. Data laju pertumbuhan  udang per hari yang diberi makanan percobaan. lni dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus: Untuk laju pertumbuhan per hari (%)
Lp = W (B/wo) – 1) x 100
Bo
2. Data  efisiensi  makanan,   menyangkut   efisiensi  penggunaan   makanan percobaan  untuk udang. lni dapat diperhitungkan  dengan  menggunakan rumus:  Untuk efisiensi makanan (%)

En=  ((B+ Bt)-Bo)/Tm  x l00
         
Keterangan:
Bo  =   Berat tubuh awal dalam gram
B =   Berat tubuh akhir dalam gram
Bt =   Berat mati dalam gram
W   =   Waktu yang dibutuhkan  dalam pengujian
Tm  =   Total makanan yang dihabiskan  dalam gram

Penggunaan  rumus-rumus  tersebut  umumnya  untuk uji banding dengan menggunakan    analisis "Multiple  Comparisons", yang  bermanfaat   untuk mendeteksi  seberapa jauh mean-meandata kelompok itu berbeda satu dengan lainnya.  Cara ini sangat kurang praktis bagi yang tidak memahami  statistik.
Berdasarkan  alasan di atas,  maka dapat dipergunakan  modifikasi terapan yang lebih  sederhana  perhitungannya  yang prinsipnya tetap berpegang  pada kemampuan  memberi pertimbangan  ekonomis.


Bab 6 Teknis pengelolaan Budi Daya Udang Galah


Setelah kita pelajari berbagai hal mengenai  teknik-teknik mempersiapkan kegiatan budi daya udang galah. Sampailah kita pada pembicaraan utama kita yaitu  teknis  pengelolaan, termasuk  di  dalamnya  yaitu  bagaimana memelihara udang galah dimulai dari  tebar benih hingga pemungutan hasil. Berikut urutan kegiatan pengelolaan akan dijelaskan setahap demi setahap.

A. Persiapan


Beberapapersiapanuntukmengawali usahabudi daya udanggalah haruscukup lengkap. Hal-hal.yang dianggap dapat menjadi kendala dalam pengelolaan harus dihindarkan  sejauh  mungkin.  Persiapan  yang  berkaitan  dengan pengelolaan adalah sebagai berikut.

1.   Sasaran Produksi


Sasaran produksi udang galah yang ingin dicapai  harus  sesuai dengan kemampuan modal dan keterampilan. Hal ini berkaitan  dengan  penggunaan modal kerja dan untuk menghindaripengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu.
Sebagai petunjuk sederhana untuk memperhitungkan proyeksi produksi hasil panenan udang galah dapat digunakan rumus berikut ini.
Jb = (x/0,03)  + 50% (x/0,03)

Keterangan:
Jb    =  Jumlah benih udang galah yang dibutuhkan.
X      =   Sasaran produksi panen yang akan dicapai  per hektar kolam.
0.03   =   lndeks pertumbuhan  udang galah yang dipelihara dalam kolam.
50%  =   Jumlah mortalitas udang galah yang dipelihara sampai usia 5 -  bulan.

Contoh:
Anda  bermaksud   membuka  usaha  budi  daya  udang  galah  yang  ingin memproyeksikan  produksi panen udang 1   ton per hektar kolam.
Ditanyakan:
Berapa jumlah benih udang galah yang diperlukan untuk sasaran produksi 1 ton per hektar kolam?

Jawab:
Jb = (x/0,03)  + 50% (x/0,03)
Jb = 1000/0,03 + 50%(1000/0,03) =   50.000 ekor benih.

Dari analisis di atas, dapat dijadikan  pedoman  untuk pemesanan  jumlah benih udang galah yang harus disediakan  untuk sasaran  produksi  1    ton per hektar.
Tabel 6.1 Sasaran Produksi Panen dan Jumlah Benih yang
Diperlukan (ekor/ha/MT)
Sasaran Produksi Panen/ha     Jumlah Benih (ekor}
1 ton 50.000
1,5 ton                                     75.000
2,0 ton                    100.000
2,5 ton 125.000
3,0 ton 150.000

2.    Peralatan Budi Daya Udang Galah


Peralatan kolam adalah penunjang utama pengelolaan budi daya udang galah. Ada dua kelompok  peralatan  yang diperlukan  untuk budi daya udang galah, yakni peralatan  kolam dan peralatan panen. Perincian peralatan untuk kolam seluas 3 ha, adalah sebagai berikut.

a.    Peralatan  kolam

1) Tugal 5 buah
2) Sekop 2buah
3) Palu besi 1   buah
4) pH meter 1   buah
5) Cangkul 3buah
6) Secchi Disc 1   buah
7) Pa rang 5buah
8) Kapak 2buah
9) Gergaji 1   buah
10) Anco 30 buah
11 )  Thermometer 3buah
12) Jaring halus 50 buah
13) Aerator 6buah
14) Generator 1   buah
15) Pompa mesin 1   buah


b. 16) Pondok jaga
Peralatan panen 1   buah
1)   Drum plastik 10 buah
2)   Ember plastik 20 buah
3)   Jaring sodor 6buah
4)   Keranjang  plastik 30 buah
5)   Tangga 6buah

3.  Pengeringan dan Perbaikan Kolam

Pengeringan  dan perbaikan  kolam  umumnya  dilakukan  secara  bersamaan, yakni sesudah dipanen dan menjelang musim tanam baru. Tujuan pengeringan kolam adalah untuk menguraikan  senyawa-senyawa  sulfida dan senyawa beracun lain akibat dari proses perendaman selama musim tanam berlangsung. Selain  itu, pengeringan   kolam  juga  untuk  memberi  kesempatan   terjadinya pertukaran  udara.  Dengan  demikian  dasar  kolam  kembali  beroksigen,   yang memungkinkan  terjadinya proses mineralisasi, sekaligus memberantas  benih- benih ikan liar yang merugikan  kehidupan  udang galah.

Pengeringan  kolam harus mudah dilaksanakan,  maka pematang,  saluran- saluran  air dan pintu-pintu  air harus selalu dikontrol  dan diadakan  perbaikan bila ada yang tidak beres. Dengan cara demikian,  maka proses pengeringan bisa dilakukan  dengan baik.
Pengeringan    kolam   memerlukan    waktu   sekitar   1 -  2  minggu,   dan pengeringan  diusahakan  jangan sampai terlalu kering,  cukup bila tanah dasar kolam terlihat sudah retak-retak dan bila terinjak masih melesak.  Pengeringan kolam yang tidak sempurna  akan berpengaruh  kurang baik setelah kolam diisi air, terutama kolam mudah tercemar. Oleh karena itu,  pengeringan kolam jangan sampai terlalu kering dan berdebu.

4.    Menetralkan Kolam Asam

Kolam yang asam atau memiliki pH kurang dari 6,8 harus dinetralkan  terlebih dahulu sebelum dipakai untuk memelihara udang galah. Jika kolam asam dipergunakan  sebagai tempat budi daya udang galah, akan sangat berbahaya bagi kelangsungan  hidup udang galah.

Udang  galah yang dipelihara  di kolam asam,  untuk bisa bertahan  hidup harus mengeluarkan  lendir sebagai usaha melindungi  lapisan epithel. Lapisan lendir tersebut  dapat  menyebabkan   pertukaran  gas tidak  bisa berlangsung secara  normal.  Dalam  kondisi  demikian  akan  semakin  buruk  pengaruhnya, sebab  ion hidrogen  yang  banyak  terdapat  pada  kolam  asam  akan tersedot masuk melalui insang. Jika toleransi terlalu tinggi, maka pH darah udang galah akan menjadi rendah, akibatnya udang akan mati karena tidak mampu mengikat oksigen dalam jumlah cukup. Kalaupun ada udang galah yang masih sanggup hidup  sampai  panen,  kualitas  cangkangnya   tentu  jelek  karena  mengalami defisiensi  karbonat yang sangat diperlukan  untuk pengeras cangkang.

Salah satu cara yang cukup ekonomis untuk menetralkan  kolam yang tanahnya bereaksi masam adalah dengan pen.gapuran. Tujuan dari pengapuran adalah sebagai  berikut.

  • Menormalkan  asam-asam  bebas  dalam  air, sehingga  tingkat  keasaman dapat meningkat.
  • Menjadi penyangga, serta menutup kemungkinan terjadinya goncangan pH mair/tanah yang mencolok.
  • Mendukung  kegiatan bakteri pengurai bahan organik, supaya garam dan zat hara terbebas.
  • Mengendapkan  koloid yang melayang-layang  dalam air kolam.


Pengapuran kolam yang bereaksi masam dapat dilakukan ketika perbaikan pematang  dan pintu air sebelum  pengeringan  kolam. Agar memperoleh  hasil yang optimal, pengapuran  dapat dilaksanakan  sebagai berikut.

  • Tanah dasar kolam digali sekitar 0, 10 m dalamnya,  selanjutnya  dicampur dengan kapur mentah (CaO) dan diaduk.
  • Pengadukan  harus dilakukan  dengan  balk hingga tanah menjadi adonan yang homogen dan sempurna.
  • Apabila  adonan  telah  sempurna,  tanah  tersebut  bisa dikembalikan  dan diratakan  kembali.
  • Pengapuran  selalu dilakukan setiap akan mengawali musim tanam baru.


5    Pengendalian   Hama  Kolam

Pengendalian  hama dalam budi daya udang galah, merupakan salah satu prioritas.   Bila  pengendalian  hama ini dilakukan  dengan  baik bisa dihindarkan risiko kerugian.
Hama kolam dapat diklasifikasikan  menjadi 3 golongan, yakni:

  • hama pengganggu, merupakan  hama yang merusak  lingkungan  kolam, seperti:   bangsa  ketam dsb.
  • hama penyaing, merupakan  hama yang dapat  menyaingi  udang galah, baik tempat maupun makanan, seperti: bangsa siput dan lain-lain.
  • hama pemangsa, merupakan  hama yang paling berbahaya  dan sangat merugikan,  seperti:  ikan buas dan benihnya.


Pengendalian  hama kolam dapat dilakukan  secara terpadu.  baik secara mekanis  maupun  secara  kimiawi.   Pengendalian  hama secara  mekanis  bisa dilakukan  bersamaan   pada saat pengeringan  kolam  atau  perbaikan  kolam. Hama kolam langsung  dicari,   ditangkap  dan dimatikan.  Pengendalian  hama kolam dapat juga  dengan menggunakan  racun nabati atau kimiawi.
Racun nabati yang  bisa digunakan  untuk mengendalikan  hama kolam umumnya  berupa perasan (ekstrak).  Di antaranya  yang cukup dikenal adalah sebagai  berikut.

1)   Akar Tuba (Derris eliptica)

Akar tuba  sangat efektif untuk mengendalikan  benih dan ikan buas yang dapat menjadi  pemangsa  udang galah. Racun akar tuba dapat bereaksi dan terurai dalam waktu yang cepat,   maka penggunaan  racun akar tuba sangat  efektif. Cara memperoleh  racun akar tuba adalah sebagai  berikut.

  • Akar tuba dipotong  kecil-kecil,  kemudian  direndam  dalam  air selama  24 jam.
  • Akar  tuba diparut lembut.
  • Dimasukkan   dalam air.
  • Diremas-remas   sehingga airnya menjadi putih.
  • Disaring ampasnya  dan hanya diambil airnya yang berwarna putih.
  • Air akar tuba (ekstrak)  bisa langsung digunakan. Cara menggunakannya  adalah sebagai berikut.
  • Kolam dikeringkan,   kemudian  diisi air dengan  kedalaman  0, 15 -0,20m.
  • Siramkan  air ekstrak akar tuba secara merata di permukaan  air kolam.
  • Setelah berselang 1   minggu, kolam sudah cukup aman untuk ditebari benih udang galah.

2)   Tembakau (Nikotina tabacum)

Efektivitas  racun tembakau  untuk mengendalikan   hama kolam sama seperti akar tuba yang bisa digunakan  untuk mengendalikan  ikan buas yang menjadi pemangsa  udang  galah.  Cara  untuk  memperoleh  dan menggunakan   racun tembakau  adalah sebagai  berikut.

  • Daun tembakau  dirajang lembut.
  • Tebarkan rajangan tembakau tersebut merata di permukaan kolam, setelah kolam diairi sedalam  0, 15 -  0,20 m. Dalam waktu 7 hari racun tembakau akan terurai.
  • Biarkan air kolam menguap sampai habis. Setelah itu kolam dapat diisi air lagi dan sudah aman untuk ditebari bibit udang galah.


6.    Pemupukan Kolam

Pada prinsipnya  pemupukan  kolam adalah  untuk merangsang  pertumbuhan makanan alami, terutama plankton nabati. Pemupukan  kolam dapat dilakukan dengan  pupuk organik dan pupuk nonorganik.  Yang termasuk  pupuk organik adalah pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, atau pupuk yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan sisanya. Sedangkan pupuk nonorganik adalah pupuk buatan atau pupuk yang diproduksi  oleh pabrik.

Penggunaan pupuk organik sering dianggap kurang ekonomis, sebab memerlukan jumlah pupuk yang cukup banyak. Keuntungan penggunaan pupuk organik selain dapat menyuburkan tanah dasar kolam dan memperbaiki struktur tanah, efek sampingnya  hampir tidak ada. Penggunaan  pupuk nonorganik memang lebih praktis, baik dalam jumlah maupun penggunaan.

Jenis pupuk nonorganik  yang sering digunakan  petani adalah TSP (triple superfosfat),  DS (double superfosfat),  ES (engkel super-fosfat),  ZA (zwarvelzuur ammonia), FMP  (fused manganesium phosfate), Urea,  ASN (amonium sulfat nitrat), dan sebagainya.

Penggunaan  pupuk nonorganik,  seperti  Urea dan TSP adalah salah satu alternatif.  Keduajenis pupuk buatan tersebut  mudah dicari di pasaran.  Pupuk Urea merupakan sumber nitrogen, sedangkan  pupuk TSP merupakan sumber fosfat. Maka penggunaan  pupuk Urea lebih sedikit daripada  pupuk TSP.
Pupuk Urea yang memiliki rumus kimia  CO(NH2)2     dibuat  dari bahan dasar amonia  (NH3)   dan  karbondioksida   (C02).      Urea  termasuk  jenis  pupuk  yang berkadar  N tinggi, yakni mencapai 45 %.  Dengan demikian,  pupuk Urea akan diubah  oleh  jasad  renik   menjadi  arnonla  yang  mudah  diserap.   Pengaruh terhadap keasaman tanah relatif kecil, walaupun digunakan secara terus- menerus.

Pupuk TSP  memiliki  rum us kimia Ca3(PO)3 yang  merupakan  sumber  P
dalam  bentuk  P 205    sebanyak   46  %.  Pupuk  ini  larut  dalam  air  dan  tidak mempengaruhi  pH tanah, dan bereaksi lambat.

Untuk pemupukan,  dasar kolam membutuhkan  pupuk Urea sebanyak  25 kg dan TSP sebanyak 100 kg untuk setiap hektar kolam. Pemupukan dilakukan setelah pengeringan kolam. Caranya ialah dengan lebih dahulu mengairi kolam sedalam   0, 10 m,   kemudian   pupuk  ditaburkan   secara  merata  ke  seluruh permukaan  air kolam.

B.  Penyesuaian (Aktimatisasi) Benih Udang Galah

Benih  udang  galah  yang  baru  didatangkan    perlu  penyesuaian    dengan lingkungan yang baru. Kondisi ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi benih udang galah bertujuan untuk menekan jumlah kematian benih. Benih udang galah yang tidak memperoleh  perlakuan aklimatisasi,  mortalitasnya  dapat mencapai 50%.

Suhu air untuk aklimatisasi sekitar 26°C,  dan air diam bi I   dari kolam, supaya jika  benih  dipindahkan    ke  dalam   kolam  tidak   mengalami    stres.   Dalam temperatur tersebut metabolisme benih udang galah berkurang, sehingga dapat mengurangi  agresivitasnya  dan sifat kanibalismenya.

Agar  lingkungan   tetap  sejuk,  tangki  aklimatisasi   bisa  diberi  atap  dan sekeliling halaman ditanami pohon perdu. Aklimatisasi dilakukan selama 3 hari. Selama itu lingkungan harus tenang,  gelap, dan tidak terganggu.  Hal itu karena
benih udang galah yang masih kecil sangat peka dan mudah kaget. Maka untuk mengatasi  hal itu,  dinding dan dasar tangki aklimatisasi  bisa dicat warna biru laut atau coklat gelap.

Selama  berada  dalam  tangki  aklimatisasi,   benih  udang  membutuhkan oksigen lebih banyak untuk proses  metabolisme.  Untuk memenuhi kebutuhan oksigen ini, dilakukan dengan dua cara, yakni:

1.dengan pengaliran air secara kontinu, yakni mensuplai air segar ke dalam tangki aklimatisasi,  dan melalui  pipa bagian bawah  (di dasar tangki),  air dikeluarkan. Dengan  cara  demikian   oksigenisasi   dapat   berlangsung, karena air baru membawa  oksigen.

2. dengan aerasi,  yakni mensuplai oksigen dengan aerator. Aerator ditempatkan
0, 10 m dari dinding  tangki,  dan agar semburan  gelembung  udara yang terpantul dari dinding tidak terlalu keras dan membahayakan  benih udang galah, ujung pipa aerator dapat dilindungi dengan batu penyemprot. Dengan cara demikian,  aerasi dapat berlangsung  dengan baik.
Selama dalam tangki aklimatisasi, benih udang galah sebanyak 10.000 ekor dapat diberi makanan dengan takaran sebagai berikut.
•     Hari pertama 0,6  kg.
•     Hari kedua 1,2 kg.
•     Hari ketiga 1,8kg.

Pemberian   pakan  harus  dilakukan   secara  bertahap  atau  sedikit  demi sedikit,  supaya  tangki  aklimatisasi  tidak cepat  kotor. Pada hari ke-4, di pagi hari atau sore  hari,  benih  udang  galah  sudah  dapat  dipindahkan  ke kolam pendederan.

C. Tata laksana  Pendederan

Sebelum  benih  udang  galah  dipindahkan   ke tempat  pendederan,   tempat pendederan  harus sudah disiapkan  sehari sebelumnya.  Kolam pendederan dipasang rumpon-rumpon dari daun kelapa atau ranting pucuk bambu. Dengan cara  demikian,   benih  udang  galah  tidak  akan  berkumpul   di satu  tempat, mengurangi kecenderungan saling memangsa, tempat berlindung dari sengatan matahari  pada  siang  hari, dan  untuk  tempat  persembunyian   saat  berganti cangkang. Apabila semua ini sudah siap dan temperaturnya sudah cocok,  yakni
26°C,  benih udang galah dapat dipindahkan  ke kolam pendederan.

Pemindahan  benih udang galah ke tempat pendederan bisa mempergunakan ember plastik. Pemindahan dilakukan  dengan  cara mengambil benih bersama dengan  air dalam tangki aklimatisasi  tersebut,  kemudian   ember ditenggelamkan pelan-pelan ke dalam kolam pendederan dan diangkat   dalam  posisi  terbalik.

Pendederan  benih udang galah yang ideal adalah  100  -  150 ekor/ m2,   dan selama  pendederan  (4 minggu) mortalitasnya tidak lebih  dari 20%. Pemberian makanan  buatan  untuk  benih  udang  selama  di tempat  pendederan  dapat dilakukan  6 kali sehari.  Makanan  yang tepat adalah  Diet 1    bentuk  crumbles (remah).  Cara pemberiannya  adalah dengan menaburkan  makanan tersebut ke tempat  pendederan  secara  merata. Takaran pemberian  makanan  adalah sebagai berikut.  Usia pendederan  1   -  10 hari adalah 200 % berat tubuh. Usia pendederan  11  - 20 hari adalah 100 % dari berat tubuh. Usia pendederan 21 -
30 hari adalah 50 % dari berat tubuh.

Takaran atau dosis makanan tersebut memang sulit dilakukan secara tepat, sebab benih udang galah relatif masih kecil dan sangat peka apabila diambil sebagai  sampel  untuk ditimbang  berat tubuhnya.  Namun,  bila memberikan takaran makanan terlalu banyak, makanan yang tersisa akan membusuk  dan tidak efisien. Sebaliknya,  bila memberi  makanan  terlalu sedikit, benih udang galah akan kelaparan  dan timbul sifat kanibalismenya.  Oleh karena itu,  bagi petani kolam yang belum berpengalaman atau ragu-ragu memberi taksiran jatah makanan, dapat mempergunakan pedoman praktis untukjatah  makanan udang galah yang dipelihara usia pendederan seperti diperlihatkan  pada tabel berikut.


D. Tatalaksana Buyaran Pembesaran


Setelah melewati periode pendederan selama 30 hari,  pemeliharaan selanjutnya adalah pemeliharaan  Buyaran-  Pembesaran.  Jika tempat  pendederan  dibuat dengan sistem jaring apung,  maka hanya tinggal membuka jaring tersebut. Cara membuka jaring harus dilakukan  pada pagi atau sore hari,  sesudah  matahari    ~, terbenam atau sebelum matahari terbit.

Kepadatan udang galah untuk periode Buyaran adalah 5 ekor/m2, dan dapat dilakukan tanpa bantuan aerator. Tapi jika kepadatan tinggi atau sekitar 15 - 20 ekor/m2  diperlukan  bantuan 4 aerator sebagai usaha penyediaan  oksigen  dan mempertahankan  air kolam dalam suhu ideal. Mortalitas 20 % selama periode Buyaran-Pembesaran masih tergolong normal, khususnya untuk kepadatan tinggi.
Selama periode Buyaran - Pembesaran, pemberian  makanan  dilakukan  4 kali sehari dengan  dosis atau standar  takaran  sebagai berikut.

Usia Buyaran 1  -  15 hari adalah 10 % dari berat tubuh.
Usia Buyaran 16 - 30 hari adalah 8 % dari berat tubuh.

Jenis makanan  usia Buyaran adalah makanan  Diet 2, bentuk  crumbles (remah). Pemberian dapat dilakukan dengan penebaran atau lewat anco.

Anco Tempat Meletakkan Makanan dan Pengambilan Sampel Udang
Untuk periode  pembesaran,  jenis rnakananyanq   diberikan  adalah  Diet 3 bentuk pellet (pil), dengan dosis atau standar takaran sebagai  berikut.
•     Usia Pembesaran  1   -  15 hari adalah 6 % dari berat tubuh.
•     Usia Pembesaran  16 -  25 hari adalah 4 % dari berat tubuh.

Pengelolaan  udang  galah  periode  Buyaran  dan  Pembesaran  tidak jauh berbeda.  Penggantian  air dilakukan  setiap  3 hari sekali.  Pemanenan  dapat dilakukan  setelah  udang  galah  mencapai  usia sekitar  4,5 bulan,  dan setiap kilogram  berisi sekitar 25 -  35 ekor udang galah.

E. Efisiensi Penggunaan Pakan Udang Galah


Pemberian pakan pada udang galah harus merata. Setiap individu udang I memperoleh  bagian  makanan  yang sama.  Hal ini mungkin  lebih mudat kita asumsikan  ukuran  udang sama,  paling tidak pada awal penebaran.

Cara pemberian  pakan yang merata dapat menghindari terjadinya kornp. dalam memperoleh  makanan.  Apabila  kompetisi  dapat dihindari,   berarti kanibalisme  udang  galah dapat dikurangi.  Kompetisi  dalam  mencari  mak dan sifat kanibalisme   udang akan semakin  mencolok  apabila  ukuran  udang tidak seragam.  Udang galah yang besar mempunyai  kemampuan  dan ukuran mulut lebih besar,  lebih mudah memperoleh makanan dan dapat tumbuh pesa Sedangkan yang kecil akan semakin terhambat pertumbuhannya, karena kuran, mendapat makanan. Oleh karena itu, pemberian makanan secara merata harus dilaksanakan  seawal atau sedini mungkin.

Sebagai alat kontrol, dalam  pemberian pakan perlu dipasang anco. Dengan pertolongan  anco,   dapat diketahui  makanan yang diberikan  sudah tepat atau belum,   baik  dalam   jumlahnya   maupun   frekuensinya.    Dengan   demikian, pemberian pakan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan udang.  Untuk mempermudah    pemberian    pakan   secara   merata,   dapat   menggunakan jembatan bambu. Untuk kolam yang luas,  pemberian pakan dapat menggunakan perahu untuk menyebarkan  makanan secara merata.

Jadwal pemberian  pakan juga menentukan  keberhasilan  usaha budi daya udang galah. Seperti pada organisme  hidup   lainnya, udang galah mempunyai tingkah  dan kebiasaan  makan  tersendiri.    Udang  galah  sangat  aktif mencari makanan  pada  malam  hari.  Dari   alasan  tersebut,  sangat  dianjurkan  bahwa pemberian pakan pada udang galah pada saat masih ada intensitas sinar matahari, jatah  pemberian  pakan tidak boleh lebih dari 40 % dari jatah total harian. Sedangkan  pada malam hari diberikan 60 % dari total jatah harian.
Waktu pemberian pakan pada udang galah harus disesuaikan dengan umur, ukuran, kecepatan metabolisme  dan kecepatan makannya.  Pemberian pakan juga harus dalam jumlah yang cukup.

Jumlah pakan yang diperlukan untuk pertumbuhan  optimal berbeda untuk setiap periode  perkembangan   udang galah.  Untuk udang galah yang masih muda, persentase  jumlah  pakan yang dibutuhkan  lebih besar daripada  berat tubuhnya.  Hal itu karena,  udang galah muda dalam masa pertumbuhan  lebih banyak membutuhkan  pakan untuk menyempurnakan  dan memperbanyak sel.

BACA JUGA "PELUANG USAHA BUDI DAYA LOBSTER AIR TAWAR"

F.   Evaluasi Produktivitas Kolam

Setelah pemanenan udang galah,  maka sebelum merencanakan musim tanam selanjutnya para petani perlu melakukan evaluasi sebagai kontrol pengelolaan selama pemeliharaan.  Apakah hasil pengelolaan sudah mencapai sasaran yang diharapkan atau masih banyak kekurangan yang memerlukan peningkatan, baik yang menyangkut  masalah  teknis ataupun  ekonomi.  Hasil evaluasi tersebut dapat dipakai untuk tolok ukur keberhasilan.  Pedoman  evaluasi berdasarkan jumlah penebaran benih udang galah dan produktivitas hasil pengelolaan kolam dapat dilihat pada tabel berikut ini.

LANJUTKAN MEMBACA
Panen dan penanganan pascapanen Udang galah


ARTIKEL LINK DI BAWAH
PELUANG USAHA BUDI DAYA UDANG GALAH LENGKAP SAMPAI KE AKARNYA

LihatTutupKomentar