serbabawang.blogspot.com. Anda senang makan udang galah atau bekerja di bidang perikanan khususnya udang galah? Pasti sangat tertarik untuk membuka-buka media informasi yang oerisi tentang peluang usaha budidaya udang galah.
Artikel Peluang Usaha Budidaya Udang Galah yang ada di tangan Anda ini berisi Informasi lengkap dan praktis seputar budidaya udang galah yang baik, aman, dan hemat. Buku ini di dalamnya menguraikan bagaimana mengenal sifat dan kehidupan udang galah terlebih dulu, kemudian baru menyiapkan lokasi dan nernbuatan kolam untuk budidaya udang galah, pengadaan dan pemeliharaan oenih, pengadaan pakan udang galah, teknis pengelolaan budidaya, serta
kenanganan panen dan pasca panen.
Peluang untuk berwirausaha budi daya udang galah ini masih sangat besar guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan buku yang dapat menjadi pedoman dalam perintisan wirausaha budi daya udang galah agar dapat melakukan praktek usaha secara benar, terarah, dan menghindarkan kerugian. Sebab kita tahu, bahwa kerugian dalam berbisnis acapun termasuk berbisnis udang galah ini bukan hanya ketika kita gagal mendapatkan order dan konsumen, tetapi banyak juga karena sejak awal proses pembibitan/pembenihan atau perbesaran udang galah sudah salah atau gagal melakukannya.
Kami berharap, dengan hadirnya artikel ini dapat menjadi pedoman, motivasi, sekaligus inspirasi bagi remaja dan pemuda serta pelajar untuk berwirausaha secara mandiri, sehingga kelak dapat menjadi pengusaha yang mandiri dan sukses.
BAB 1 Pendahuluan
Dalam dunia perikanan, budi daya ikan air tawar sudah dikenal cukup lama. namun, kalau kita evaluasi secara saksama, budi daya udang galah, jenis udang yang dapat dibesarkan di kolam air tawar, cenderung belum diminati cara para petani ikan, padahal udang galah sebagai produk hasil perikanan, mempunyai prospek yang sangat cerah, khususnya sebagai komoditas ekspor.
Di samping itu prospek untuk memajukan usaha perikanan sebagai lapangan kerja dan usaha memang masih terbuka cukup luas, mengingat sampai sekarang kebutuhan akan konsumsi hasil perikanan masih belum terpenuhi. Apalagi bila kita kaitkan dengan sasaran ekspor non migas. Untuk meningkatkan ekspor nonmigas, udang merupakan salah satu alternatif komoditas yang dianggap penting untuk menambah cadangan devisa negara
Hal ini disebabkan udang banyak disukai oleh konsumen di negara- negara maju sehingga merupakan komoditi ekspor yang sangat menguntungkan. Sebagai komoditas ekspor, hampir sekitar 80% dikirim ke Jepang dan Amerika. Hal ini dimungkinkan karena pada umumnya masyarakat Maju sangat ketagihan dengan makanan yang kaya akan protein tetapi tidak mengandung kolesterol seperti salah satunya adalah udang.
Dengan demikian perkembangan usaha perikanan tentunya akan berpengaruh terhadap berkembangnya kemungkinan kesempatan kerja yang sanggup meningkatkan pendapatan masyarakat, selain mendukung perkembangan bidang lain yang berkaitan dengan kemajuan di bidang perikanan.
Melihat kenyataan itu, betapa penting kebutuhan hasil perikanan bagi masyarakat yang sedang membangun, maka sudah sewajarnya bila usaha perikanan dikembangkan dan sekaligus memperoleh partisipasi aktif dari masyarakat, baik untuk peningkatan sumber daya manusia, maupun sebagai produsen perikanan. Oleh karena itu, menarik minat petani ikan untuk menggalakkan budi daya udang galah, jelas merupakan usaha yang wajar, mengingat selama ini, udang sebagai komoditas ekspor masih didominasi udang windu yang dibesarkan di air payau.
A. Manfaat Udang Galah
Udang sebagai makanan bergizi tidak perlu diragukan lagi. Selain mengandung protein hewani yang tinggi. juga mengandung mineral, vitamin A, B1, dan D, serta sedikit lemak. Keunggulan lain dibandingkan dengan protein hewani lainnya adalah bahwa kandungan asam lemaknya tidak jenuh. Banyak makan udang, berarti menghindari penyakit jantung. Udang juga mengandung asam amino methionin yang sangat membantu proses sintesis pembentukan pro- tein, sehingga dapat meringankan kerja hati. Maka, makan udang yang banyak dapat mencegah penyakit yang menyerang hati.
B. Prospek Usaha Budi Daya Udang Galah di Indonesia
Udang galah merupakan salah satu komoditas hasil perikanan air tawar yang sangat potensial, karena memiliki nilai ekonomi tinggi. Budi daya udang galah dewasa ini perkembangannya memang belum secepat budi daya udang windu. Namun, prospeknya tidak kalah dengan komoditas udang windu. Udang galah yang dipelihara dan dibesarkan dalam kolam air tawar dapat mencapai panjang tubuh 30 cm, sehingga tak jauh berbeda dengan ukuran udang windu yang dipelihara dalam tambak air payau.
udang windu |
Potensi udang galah sebagai komoditas ekspor sudah dikembangkan sejak tahun 1970-an. Hal ini menunjukkan bahwa udang galah sebagai komoditas ekspor bi la dikembangkan lebih intensif, tentu akan masuk daftar prioritas ekspor hasil perikanan darat yang harus diperhitungkan. Sejak tahun 1974, cara pengembangbiakan udang galah telah berhasil diketahui, dan di Indonesia sudah ada Balai Benih Udang Galah yang siap memasok udang galah bagi para petani di Indonesia.
Udang galah ditinjau dari perkembangan produksi perikanan sejak tahun 1998 sampai tahun 2002, rata-rata hanya mencapai perkembangan produksi 6, 1 pCt dan udang tambak melaju dengan rata-rata 17,4 pCt. Tetapi sejak tahun 1998 produksi udang galah meningkat terus: tahun 1998 produksi udang galah 0,8 ribu ton, pada tahun 1999 naik menjadi 11.3 ribu ton, tahun 2000 naik lagi menjadi 12,7 ribu ton, tahun 2001 turun menjadi 12.2 ribu ton.tetapi tahun 2002 naik lagi menjadi 13,6 ribu ton.
Kesempatan meningkatkan produksi komoditas udang galah memang masih terbuka luas, khususnya bagi masyarakat di pedesaan. Hal itu karena, budi daya udang windu selama ini berkembang dengan pesat dan hanya di monopoli oleh masyarakat yang tinggal di pesisir saja. Tentu saja pengembangan budi daya udang galah di Indonesia harus didukung oleh instansi terkait, baik Dinas Perikanan maupun perbankan, terutama dukungan teknis berupa penyuluhan dan bantuan perkreditan.
C. Produksi Udang dan masalah yang Dihadapi
Produksi udang Indonesia pada tahun 2001 pernah mencapai 140.000 ton, tetapi terus mengalami penurunan hingga menjadi 80.000 ton pada tahun 2005 yang lalu. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini, budi daya udang di Indonesia banyak mengalami masalah penyakit yang disebabkan vibrio dan virus. Penyakit-penyakit ini apabila sudah mewabah, sampai sekarang masih sulit untuk diatasi. Kegagalan demi kegagalan dialami oleh banyak petambak, sehingga tidak sedikit di antara mereka yang mengurangi aktifitas atau bahkan menghentikan sama sekali usaha tambak nya. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah mengapa hal itu dapat terjadi dan perlu dikaji lebih mendalam masalah tersebut. Akan tetapi timbulnya masalah ini perlu dikaji tidak terlepas dari hal-hal berikut ini.
• Penurunan kualitas lingkungan secara makro atau secara keseluruhan akibat dari pencemaran industri dan perusakan alam untuk berbagai kepentingan.
• Penurunan kualitas lingkungan secara mikro disebabkan oleh pencemaran dari tambak sendiri karena terkonsentrasi di satu tempat.
• Kualitas benih tidak stabil dan sering di bawah standar.
• kemampuan manajemen dan teknis budi daya petambak di Indonesia rata- rata masih rendah.
Berbagai usaha untuk menanggulangi masalah penyakit sudah dilakukan dari penelitian, uji coba di lapangan dan perbaikan teknis budi daya, akan tetapi belum mencapai hasil yang memuaskan.
D. Kunci Sukses Budi daya Udang Galah
Keberhasilan usaha budi daya udang galah tidak lepas dari kegiatan teknis yang diimbangi dengan kegiatan sosial dan ekonomi. Dalam kegiatan tersebut, dikenal dengan "Sapta Usaha" yang mencakup 7 kegiatan pendukung, seperti:
1. Konstruksi kolam,
Mencakup kegiatan perencanaan dan pembuatan kolam yang sesuai dengan standar supaya memudahkan pengelolaan, baik dalam melakukan pengeringan kolam maupun pengisian dan pembuangan air.2. Pengairan air
Mencakup kegiataan pengelolaan air seperti tersedianya air sepanjang tahun dengan jumlah yang cukup, kualitas air yang baik dan bebas dari pencemaran, pemasukan dan pembuangan air dapat dilakukan dengan lancar. Saluran yang memiliki kegunaan sendiri-sendiri, akan menghindarkan air pembuangan masuk kembali ke kolam.3. Benih,
Mencakup kegiatan pemilihan benih. Pengadaan benih udang galah sebaiknya dibeli dari Balai Benih Udang Galah, karena produksi dari Balai Benih secara um urn kualitasnya dapat diandalkan dan ukurannya seragam. Dengan demikian secara ekonomi lebih menguntungkan ditinjau dari aspek pengelolaan dan pemasaran.4. Pengelolaan,
Mencakup kegiatan seperti pengolahan tanah, pemupukan, dan pemberian makanan tambahan. Pengolahan tanah, khususnya dasar kolam, sangat penting karena dengan adanya pengolahan menjadikan tanah dasar kolam terbebas dari gas-gas beracun yang berdampak negatif bagi udang. Selain itu perlu dilakukan pemupukan, baik penggunaan pupuk organik maupun nonorganik. Agar tanah dasar kolam tetap subur sehingga berbagai jenis makanan alami yang disukai udang dapat tumbuh dengan subur pula. Pemberian makanan tambahan juga sangat mendukung pertumbuhan udang, sehingga dapat mempersingkat waktu pemanenan udang galah.5. Pengendalian hama
Mencakup kegiatan usaha penanggulangan hama kolam, baik hama pemangsa, pesaing ataupun yang dapat merugikan secara ekonomi.6. Tatalaksana usaha,
mencakup kegiatan yang bersifat ekonomi. Dalam pelaksanaan budi daya udang galah, petani sebaiknya dapat memperhitungkan biaya produksi serta kemampuan modal yang dimiliki, sekaligus memperhitungkan sasaran produksi yang akan dicapai, dan menghindarkan pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu.7. Pemasaran hasil,
mencakup kegiatan memperhitungkan potensi pasar komoditas udang galah, baik pasaran dalam negeri maupun pangsa pasaran ekspor. Dengan adanya pemahaman potensi pasar, petani dapat menghindarkan kerugian yang bersifat ekonomi.E. Jenis Udang Air Tawar
Di wilayah perairan Indonesia cukup banyakjenis udang airtawar, yang sangat potensial untuk dibudidayakan. Namun kita perlu mengenal beberapa jenis udang air tawar, agar dalam usaha budi daya kita dapat memilih jenis udang air tawar yang tepat.
1. Udang galah (Macrobrachium rosenbergil)
• Panjang tubuh dapat mencapai sekitar 30 cm.
• Kerucut kepala panjang.
• Warna biru kekuning-kuningan.
• Habitatnya di daerah hilir sungai sampai 100 - 150 km dari muara sungai yang menuju laut.
Ciri khas udang galah
• Rostrum panjang melengkung
• Gigi merata
Ciri khas udang jenis lain
• Rostrum pendek atau panjang
• Gigi tidak merata
2. Udang lar ( Macrobrachuium Jar)
• Panjang tubuh dapat mencapai sekitar 15 cm.
• Kerucut kepala sangat pendek.
• Warna hijau kekuning-kuningan.
• Habitatnya didaerah hilir sungai yang bermuara ke laut yang memiliki salinitas tinggi.
3. Udang palemon merah (Palaemon styliferus)
• Panjang tubuh dapat mencapai sekitar 10 cm.
• Kerucut kepala melengkung ke atas dan panjang.
• Warna kuning pias transparan.
• Habitatnya di muara sungai yang berhubungan langsung dengan laut.
4. Udang muara (Macrobrachium equidens)
• Panjang tubuh dapat mencapai sekilar 9 cm.
• Kerucut kepala melengkung ke atas.
• Warna kuning cerah dan ada titik-titik hitam.
• Habitatnya di muara sungai.
5. Udang ragang (Macrobrachium sintangense)
• Panjang tubuh dapat mencapai sektiar 7 cm.
• Kerucut kepala lurus ke depan.
• Warna kuning-kehijau-hijauan.
• Habitatnya di sungai yang arus airnya lamban.
6. Udang palemon bening (Palaemon concinnus)
• Panjang tubuh dapat mencapai sekitar 6 cm.
• Kerucut kepala melengkung ke atas.
• Warna kuning bening.
• Habitatnya di dekat muara sungai.
7. Udang beras (Caridina gracillirostris)
• Panjang tubuh dapat mencapai 3 cm.
• Kerucut kepala panjang mclebihi kepala.
• Warna kuning-jingga.
• Habitatnya di sungai dan danau.
BAB 2. Mengenal Sifat dan Kehidupan Udang Galah
Udang galah yang memiliki potensi tinggi untuk dipelihara dan dibesarkan dalam kolam air tawar adalah dari jenis Macrobrachium rosenbergii (deMan). Udang galah termasuk filum Arthropoda kelas Crustacea, bangsa Decapoda, suku Palaemonidae, dan marga Macrobrachium.Sebagai suku Palaemonidae, udang galah termasuk kelompok udang Palaemonid yang um urn hidup di air tawar. Udang galah berbeda dengan udang dari suku Penaedae atau kelompok udang Penaeid, seperti: udang windu ataupun udang putih yang umum hidup di air payau.
Untuk lebih mengenal udang galah bagi kepentingan budi dayanya, berikut akan dijelaskan baik sifat maupun beberapa aspek kehidupannya.
A. Ciri-Ciri Tubuh Bagian Luar
Ciri khas udang galah yang dapat kita kenali adalah kepalanya berbentuk kerucut, rostrum melebar pada bagian ujungnya, bentuknya memanjang dan melengkung ke atas. Pada bagian atas terdapat gigi seperti gergaji berjumlah 12 buah dan bagian bawah 11 buah atau patokan yang dapat dihafal adalah 12 ± 2 atas dan 11 ± 2 bawah.Apabila ciri khas sudah dapat kita kenali, tentunya perlu kita kenali lebih terinci, khususnya ciri khas udang galah jantan dan betina, antara lain sebagai berikut.
1. Udang galah jantan
• Ciri yang paling mencolok adalah pada pasangan kaki jalan kedua dari udang galah jantan yakni tumbuh sangat besar, kuat, bercapit besar dan panjang.• Bagian perutnya lebih ramping daripada udang galah betina.
• Kepala udang galah jantan ukurannya nampak lebih besar daripada udang galah betina.
•Tubuh udang galah jantan langsing dan keadaan ruang di bagian bawah perut sempit.
• Alat kelamin udang galah jantan terletak pada pangkal kaki jalan yang kelima.
2. Udang galah betina
• Pasangan kaki jalan yang kedua dari udang galah betina tumbuh kecil, capit yang kedua lebih pendek dan mungil.• Bagian perutnya nampak gemuk dan melebar.
• Kepala udang galah betina lebih kecil daripada udang galah jantan.
•Tubuh udang qalah betina terlihat gemuk dan ruang bagian bawah perut membesar sesuai dengan kegunaannya untuk mengerami telur.
• Alat kelamin udang galah betina terletak pada pangkal kaki jalan yang ketiga.
Apabila karakteristik udang galah kita tinjau secara umum maka nampak bahwa badan udang galah terbagi atas 3 bagian, yakni: kepala dan dada (cephalothorak) , badan (abdomen), dan ekor (uropoda).
Keseluruhan tubuh udang galah beruas-ruas, dan terbungkus oleh kerangka luar ( eksoskelaton), yang terbuat dari bahan chitin.
Pada bagian kepala dada terdapat pelindung yang disebut carapace dan pada kepala bagian depan atas terdapat kerucut kepala (rostrum) yang menyerupai gergaji.
Bagian kepala terdiri atas 6 ruas. Sepasang mata majemuk yang bertangkai terletak pada ruas pertama dan bisa digerakkan. Sungut pertama terdiri atas 3 ruas yang terletak pada ruas kedua bagian kepala dan ujungnya bercabang.
Pada ruas ketiga bagian badan terdapat sungut kedua yang berupa cemeti panjang. Pada ruas keempat, kelima, dan keenam bagian badan terdapat rahang atau yang disebut mandibula, alat pembantu rahang atas atau maxilla 1, dan alat pembantu rahang bawah atau maxilla 2, merupakan anggota badan, digunakan sebagai alat untuk makan.
Bagian dada udang galah terdiri atas 8 ruas, yang dimulai dari ruas ketujuh, delapan, dan sembilan secara berurutan terdapat alat pembantu rahang yang berjumlah 3 pasang atau disebut maxilliped. Fungsinya adalah sebagai alat deteksi dan memegang makanan. Adapun 5 ruas berikutnya, khususnya ruas sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas, dan empat belas, terdapat kaki jalan yang disebut pexeipoda. Kaki jalan yang pertama dan kedua, pada ujung ruas ketujuh yang disebut doctilus, mengalami perubahan bentuk menyerupai capit yang disebut chela. Capit ini berfungsi untuk mengambil makanan yang berukuran besar.
Bagian perut udang galah terdiri atas 6 ruas. Pada ruas pertama sampai kelima terdapat pasangan kaki renang atau pleopoda. Pleopoda pada ruas keenam mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas atau uropoda.
Pleopoda sendiri terdiri atas 2 ruas, yakni bagian pangkal yang bercabang dua, antara lain endopodit atau cabang sebelah dalam, dan eksopodit atau cabang sebelah luar. Pleopoda pada udang galah betina berfungsi untuk melekatkan telur selama dierami di bawah perut. Pleopoda tersebut berbulu sehingga memudahkan perlekatan telur.
Pada bagian ekor, di antara uropoda kanan dan kiri, terdapat ruas tubuh yang terakhir membentuk tonjolan yang rneruncinq ke belakang yang disebut ujung ekor atau telson.
B. Siklus Hidup Udang Galah
Dalam kehidupannya, udang galah menempati dua habitat. Pada saat dewasa kelamin dan menetas menjadi plankton sampai larva stadium 11 , udang galah senang hidup di air payau. Tetapi setelah menjadi juvenil sampai usia dewasa, udang galah lebih senang hidup dalam air tawar. Setelah dewasa dan matang kelamin, udang galah kembali lagi ke air payau. Hal ini berkaitan dengan telur pas hasil perkawinan setelah menetas hanya dapat hidup di lingkungan air payau.Udang galah dewasa yang hidup di alam bebas dapat memijahkan telurnya dalam air tawar yang jaraknya puluhan kilometer dari laut, selanjutnya larva tersebut terbawa arus sungai menuju ke muara yang langsung berhubungan dengan laut. Di muara sungai yang kondisi airnya payau itulah larva udang ber melakukan metamorfose sampai menjadi juvenil. Secara rinci metamorfose pada hidup udang galah adalah sebagai berikut.
Setelah telur hasil perkawinan udang dewasa dierami di bawah perut induk, selanjutnya ditetaskan di muara sungai berair payau.
- Dalam air payau telur menetas berbentuk plankton yang melayang-layang dalam air, bergerombol, berenang mendekati lingkungan yang terkena pancaran sinar matahari.
- Pada usia 2 hari plankton mengalami pergantian kulit menjadi larva stadium 1. Pada fase ini carapace masih lunak, matanya belum bertangkai, rostrum longitodinal, dan telson bentuknya segitiga dengan 7 buah duri berambut, dan larva memiliki warna putih transparan.
- Pada usia 3 hari mulai menjadi larva stadium 2. Pada fase ini larva sudah memiliki tangkai mata, pada telson yang berbentuk segitiga memiliki 8 buah dan duri berambut dan pasangan terluar tanpa rambut, dan mulai terlihat adanya persendian dari uropoda.
- Pada usia 5 hari menjadi larva stadium3 Pada fase ini sudah dapat diketahui pada carapace dengan rostrum sebuah gigi dorsal, telson dengan 8 pasang duri berambut yang sepasang di bagian tengah dan sepasang di bagian pinggir tak berambut, pereipoda sudah dalam kondisi lengkap meskipun belum sempurna, uropoda bercabang dua dengan 6 duri berambut.
- Pada usia 9 hari berubah lagi menjadi larva stadium 4. Telson membentuk empat persegi panjang dalam keadaan menyempit dengan 5 pasang duri dorsal dan 2 pasang dari lateral, uropoda bercabang dua, exopoda dengan 10 duri berambut dan endopoda dengan 7 duri ram but, pereipoda kelima sudah makin berkembang.
- Pada usia 12 hari menjadi larva stadium 5. Telson yang berbentuk empat persegi panjang lebih menyempit ke bagian belakang, duri posterior 4 pasang, duri lateral kecil tak berambut dan sepasang duri tengah tanpa rambut, uropoda berambut, endopoda dan exopoda hampir tak sama panjangnya dengan telson.
- Pada usia 18 hari menjadi larva stadium 6. Telson lebih sempit dan memanjang, uropoda lebih berkembang, endopoda dengan 16 duri berambut, chromatophora belum merata, tebal pada bagian kepala dan pada bagian telson berwarna jingga pucat, pleopoda mulai bercabang dua dan berkembang lebih lanjut.
- Pada usia 22 hari menjadi larva stadium 7. Telson lebih memanjang dan menyempit. Chromatophora meluas dengan warna biru gelap pada pereipoda 2 dan sisi ventral abdomen serta bagian pinggir dengan warna merah atau biru kekuningan, pleopoda mulai bercabang dua dan berkembang lebih lanjut.
- Pada usia 25 hari menjadi larva stadium 8. Telson lebih menyempit, duri pada ujung telson hilang, pleopoda lebih berkembang dan pada cabang luar mulai be ram but jarang.
- Pada usia 29 hari menjadi larva stadium 9. Telson makin sempit di bagian posterior, terdapat 3 pasang duri lateral pendek, 4 pasang duri posterior dan sepasang duri tengah berambut, pigmentasi agak merata dengan warna kuning kecoklatan.
- Pada usia 34 hari menjadi larva stadium 10. Pada rostrum sudah memiliki 3 - 4 buah gigi dorsal, telson lebih memanjang dan menyempit, duri lateral hilang, pada pereipoda pasangan pertama dan kedua mulai berjepit, pleopoda dengan endopoda dan exopoda be ram but lebat dan tebal.
- Pada usia 37 hari menjadi larva stadium 11. Fase ini merupakan batas akhir dari larva sejak menetas. Rostrum sudah memiliki gigi dorsal 9 buah, telson sempit dan memanjang, uropoda lebih berkembang dan lebih panjang dari telson.
- Mulai usia 40 hari metamorfose berakhir dan larva menjadi juvenil atau udang muda yang panjangnya 8 mm, panjang carapace sekitar 2.5 mm. rostrum berbentuk lanset dan memiliki 11 gigi atas dari 5 gigi bawah, terdapat rambut di antara gigi, telson 2 pasang dun pada ujung posterior dengan pasangan berambut.
Dari kenyataan ini, secara morfologis juvenil sudah mirip udang dewasa, senang berjalan di dasar sungai mencari makanan hewan renik dan menjauhi lingkungan air payau menu ju ke habitat yang berair tawar. Setelah dewasa dan matang kelamin, pada usia sekitar 5 - 6 bu Ian, udang galah mulai kembali lagi ke air payau untuk melaksanakan tugas menetaskan telur.
C. Alat-Alat Dalam Udang Galah
Mulut udang galah terletak di bagian kepala sebelah depan-bawah, yang berhubungan langsung dengan kerongkongan yang pendek lalu berlanjut masuk ke perut.Perut udang galah terbagi menjadi dua bagian, bagian depan disebut kardiak, dan bagian belakang disebut pilorus. Pada kardiak terdapat gigi yang berfungsi untuk menggiling dan mencerna makanan. Sedangkan dekat pilorus terdapat kelenjar pencernaan yang disebut hepatopancreas. Dalam perut terdapat usus yang panjang sebagai lanjutan dari pilorus, dan berakhir di bawah pangkal ujung ekor sebagai anus.
Jantung udang galah berfungsi sebagai pengatur peredaran darah ke seluruh tubuh. Jantung udang galah berada di bagian kepala-dada.
Pernafasan udang diatur oleh insang yang berada di samping kiri-kanan kepala-dada di balik kelopak kepala.
Udang galah juga memiliki alat untuk mengeluarkan kotoran organik dari darah dan cairan tubuh yang disebut kelenjar hijau. Alat tersebut terletak pada pangkal sungut kedua. Pada pangkal sungut pertama terdapat alat keseimbangan yang berfungsi mengatur posisi di dalam air.
Alat kelamin udang galah terletak di kepala-dada. Alat kelamin udang galah jantan disebut testis yang menghasilkan sperma dan alat kelamin udang galah betina disebut ovarium yang menghasilkan telur. Bila udang betina kawin dan bunting, ovariumnya penuh berisi telur, dan dari arah punggung akan tampak warna jingga kekuning-kuningan yang hampir memenuhi bagian kepala-dada.
D. Sifat dan Perilaku Udang Galah
Udang galah selalu berganti cangkang karena kulit udang tidak elastis. Setiap mengalami perkembangan tubuh, udang harus menukar cangkangnya dan menggantinya dengan cangkang baru. Semakin tua, udang galah semakin jarang berganti cangkang karena perkembangan tubuhnya semakin lambat.Proses penggantian cangkang pada udang galah diawali dengan penyerapan garam-garam anorganik dari cangkang yang akan diganti, dan secara bertahap dimutasikan ke cangkang baru yang menempel di bawah cangkang lama. Peristiwa penggantian cangkang tersebut disebut ekdisis. Proses pergantian cangkang berjalan sangat cepat, hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit untuk memindahkan garam-garam anorganik dari cangkang lama. Setelah 5 jam, cangkang baru tersebut sudah keras.
Cepat tidaknya proses penggantian cangkang udang tergantung dari kebutuhan kalsium (Ca) dan Phospor (P). Maka agar proses pergantian cangkang tersebut lebih cepat, udang galah harus memperoleh cukup kalsium dan phospor dari makanan yang dikonsumsi. Pada usia juvenil, udang galah ganti kulit setiap 10 hari sekali, mendekati usia dewasa setiap 30 hari sekali, dan usia dewasa setiap 60 hari sekali.
Udang galah senang mencari makanan pada malam hari, sedangkan pada siang hart berbenam di dalam lumpur, di balik batu, karena udang galah kurang menyukai sinar matahari.
Jenis makanan alami udang galah bervariasi tergantung pada tingkatan umurnya. Pada stadia nauphilus mereka belum mengambil makanan dari luar, masih memanfaatkan makanan cadangan makanan berupa kuning telur. Stadia Zoea mulai mengambil makanan dari luar berupa Phytoplankton (skeletonema, Navicula dan Amphora), sedangkan stadia mysis mulai makan zooplankton (Protozoa, Rotifera, Balanus). Setelah mencapai stadia post larva sampai juvenil di samping makanan tersebut di atas, mereka juga makan benthos, moluska kecil (anak tiram, anak tritip), crustacea kecil (larva udang-udangan, anak kepiting), cacing annelida, detritus (sisa-sisa hewan dan tetumbuhan yang sedang membusuk).
Udang dewasa suka memakan daging moluska (kerang, tiram, siput), cacing polychaeta, crustacea (udang-udangan), anak insekta (chironornus) dan lain-lain. Di dalam perut udang juga sering ditemukan lumpur dan pasir yang secara tidak sengaja termakan.
Setelah stadia post larva, udang termasuk hewan benthos yang mencari makanan di dasar, bersifat omnivora (pemakan segala) tetapi cenderung karnivora (pemakan daging). Di samping itu udang juga bersifat continuous feeder(kebiasaan makan yang terus-menerus).
Udang lebih aktif mencari makan di dalam keadaan gelap, di habitat alaminya udang lebih aktif mencari makan pada malam hari.Untuk mencari makanannya udang menggunakan indra perasa ( chemoreceptor), yaitu :antenna flagella, rongga mulut, kaki jalan, carapce, insang, ruas abdomen, dan uropoda.
Udang menangkap makanannya dengan menggunakan kaki jalan (pereiopoda), kemudian dimasukkan ke dalam mulut (bucal cavity) yang kemudian ditelan perlahan-lahan.
Udang galah termasuk ikan yang rakus. Udang galah makan segala jenis hewan renik, baikcacing, plankton maupun zooplankton. Pada usiajuvenil mulai mau makan cacing, telur ikan, ganggang, lumut, bahkan biji-bijian. Udang galah yang sudah dewasa lebih rakus lagi. Bila kelaparan udang kecil pun dimakan, bahkan udang dewasa yang sedang dalam proses ganti cangkang dimakan juga. Maka untuk menghindari sifat kanibalisrne ini, perlu diberi makanan tambahan supaya sifat kanibal udang galah bisa dikendalikan.
BAB 3 Persiapan Lokasi dan Pembuatan Kolam Budi Daya
Dua hal yang paling penting untuk dipersiapkan dalam mengawali usaha budi daya udang kalah yaitu mempersiapkan lahan yang cocok dan pembuatan kolam budi daya. Untuk lebih jelasnya berikut akan dijelaskan.
A. Menentukan dan Mengkondisikan Lokasi Budi Daya
Untuk usaha budi daya udang galah, pemilihan dan persiapan lokasi adalah sangat penting, sebab lokasi dan lahan harus menunjang usaha budi daya tersebut. Lokasi budi daya udang galah harus dekat dengan perairan atau sungai, supaya suplai air tersedia secara kontinu.
Lingkungan yang akan dijadikan media untuk usaha budi daya udang galah memerlukan beberapa persyaratan yakni:
1. Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH), baik untuk tanah maupun air, merupakan petunjuk apakah lokasi tersebut layak untuk dijadikan lahan usaha budi daya udang galah atau tidak. lstilah "pH" kependekan dari puissance negatif de H atau logaritma negatif dari kadar ion hidrogen yang ada.
Tanah atau air yang memiliki nilai pH rendah disebut asam, jika nilai pH sedang disebut netral, dan jika nilai pH tinggi disebut basa.
Lokasi dan kondisi yang baik untuk kolam budi daya udang galah adalah tanah dasar dan air kolam yang memiliki pH netral atau derajat keasaman yang berkisar di antara 6,8 - 7,5.
Pengukuran derajat keasaman (pH) yang paling praktis yaitu dengan menggunakan alat pengukur pH sistem digital. Namun bila belum memiliki, oetani tambak bisa menggunakan kertas pH atau kertas lakmus.
Pengukuran pH tanah dengan kertas lakmus ini merupakan cara paling sederhana dan paling mudah dikerjakan. Sangat gampang sekali dan murah biayanya. Untuk keperluan ini, perlu disediakan kertas lakmusnya. Kertas ini mudah diperoleh, misalnya di kios-kios pertanian, toko bahan kimia atau apotek. Harganya juga tidak mahal. Merek apa saja boleh digunakan, tetapi sebaiknya pilih kertas lakmus yang ada skala-skala warna pH-nya.
Ambil tanah yang akan ditentukan pH-nya kira-kira 10 gram. Lalu masukkan dalam botol gelas atau botol apa saja yang mulutnya lebar dan tambahkan air sebanyak 25 ml. Sebaiknya gunakan air suling. Kemudian kocok botol tersebut secukupnya, selanjutnya biarkan sampai tanah dan airnya terpisah dan air menjadi jernih kembali. Jangan mencampurkan apa pun dengan tanah yang akan diukur pH-nya.
Setelah airnyajernih kembali, celupkan kertas lakmus ke dalam airtersebut. lni akan mengubah warna kertas lakmus dari aslinya. Selanjutnya tinggal mencocokkan warna kertas lakmus itu dengan skala warna yang ada pada kotak pembungkus kertas lakmus. Cocokkan, warna mana yang paling cocok. Skala pH pada warna tersebut menunjukkan pH tanah yang diukur.
Kalau tidak mau repot-repot menimbang tanah, ambil saja tanah secukupnya lalu campur dengan air secukupnya atau kira-kira dengan perbandingan tanah: air= 1 : 2,5. Kalau juga tidak mau repot-repot mencari air suling atau membuat sendiri, gunakan air bersih. Kalau perlu ukur dulu pH air tersebut dan gunakan air yang pH-nya netral.
Apabila dari hasil penqukuran derajat keasaman tergolong rendah, maka tanah tersebut masih bisa dinetralkan dengan pengapuran. Tetapi bila derajat keasaman terlalu tinggi, lokasi tersebut jangan dipilih untuk usaha budi daya udang galah, meskipun masih bisa dinetralkan dengan belerang, tapi tidak ekonomis.
Tanah dasar kolam untuk budi daya udang galah yang baik adalah tanah yang terdiri dari lumpur dan pasir atau memiliki perbandingan lumpur 80 % dan pasir 20 %. Komposisi tanah demikian tidak porous.
Bila tanah dasar kolam mayoritasnya tanah liat, dianjurkan untuk dicampur pasir, sehingga dapat membentuk kondisi tanah dasar kolam tidak kaku jika keadaan kering, tidak lekat bila keadaan becek, dan tidak lembek kalau basah. Dengan demikian, tanah dasar kolam akan memiliki kesanggupan memegang air lebih besar.
2. Kualitas air
Kualitas air yang baik sangat mendukung produktivitas kolam untuk budi daya udang galah. Oleh karena itu, agar air kolam menjadi media yang potensial untuk budi daya udang galah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
• Menerima cahaya matahari yang cukup
• Mengandungmineral-mineral yang cukup
• Mengandung gas karbondioksida yang cukup
• Mempunyai temperatur yang ideal untuk proses hidup dan pertumbuhan udang galah.
Air mempunyai sifat fisik dan kimia yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebutdi atas. Dari sifat-sifatfisik dan kimia, hanya air yang mempunyaikaitan erat dengan proses asimilasi tumbuh-tumbuhan dan kehidupan udang.
Air pada umumnya tidak banyak mengalami goncangan temperatur. Namun, goncangan temperatur pada air kolam yang dangkal lebih besar daripada air kolam yang dalam. Air yang paling baik untuk kehidupan udang adalah adanya penyebaran temperatur yang merata. Penyebaran temperatur air yang merata dapat disebabkan oleh: penyerapan, angin, dan aliran tegak dari air itu sendiri.
Temperatur air mempunyai pengaruh yang besar terhadap metabolisme udang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah plankton di dalam kolam udang. Daerah yang beriklim sedang plankton tumbuh lebih baik daripada di daerah yang beriklim panas. Di daerah beriklim panas, proses perombakan berlangsung demikian cepat, sehingga plankton-plankton yang dihasilkan tidak dapat mencapai jumlah besar. Temperaturjuga mempengaruhi kandungan oksigen (02) yang terlarut dalam air. Semakin tinggi temperatur air, semakin cepat air mengalami kejenuhan oksigen.
Temperaturair sangat mempengaruhi lingkungan hidup udang, khususnya yang berkaitan dengan metabolisme dan oksigen terlarut. Temperatur juga mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan udang, karena proses pencernaan makanan yang dikonsumsi udang pada terriperatur rendah akan sangatlambat,dan sebaliknyaakan lebihcepat pada perairan yang lebih hangat. Temperatur optimal untuk pemeliharaan udang galah adalah sekitar 25°C -
27°C.
3. Kadar oksigen terlarut
Kualitas air yang baik harus mengandung kadar oksigen yang cukup. Oksigen terlarut dalam air disebabkan adanya: difusi langsung dari udara, proses asimilasi tumbuh-tumbuhan hijau, aliran-aliran yang masuk, dan juga karena air hujan.
Oksigen dalam air sangat penting bagi kehidupan udang, maka jika oksigen yang terlarut dalam air sangat rendah berarti tidak baik untuk pemeliharaan udang. Untuk udang galah, batas minimal oksigen terlarut dalam air adalah sekitar 5- 7 ppm. Untuk mengatasi rendahnya oksigen terlarut dalam air, dapat digunakan kincir.
Penggunaan kincir air, sangat dianjurkan untuk kolam budi daya dengan kepadatan tinggi atau di atas 5 ekor/m2 luas kolam. Manfaat kincir air adalah untuk mensuplai oksigen dalam air atau meningkatkan daya larut oksigen. Dengan menggunakan kincir air tersebut, kebutuhan oksigen untuk udang galah yang dipelihara dengan kepadatan tinggi dapat tercukupi, baik untuk pernapasan maupun untuk proses metabolisme.
Dewasa ini sudah banyak beredar kincir air dengan berbagai merk, yang umumnya dapat diklasifikasikan 2 macam, yakni:
• Kincir air berdaun 8
• Kincir air berdaun 6
Di samping sebagai pensuplai oksigen, kincir air juga diperlukan untuk menimbulkan arus turbelensi. Oleh karena itu, kincir air harus disesuaikan dengan desain kolam. Sebab, pengaruh kincir air terhadap desain kolam cukup besar. Untuk kolam yang empat sisinya sama atau bentuk bujur sangkar, bila menggunakan kincir air berdaun 6, maka maksimal panjang sisinya tidak boleh lebih dari 30 m. Sebab, kincir air berdaun 6 hanya dapat mencapai gaya sentrifugal maksimal hanya 30 meter. Sebaliknya, untuk kolam bentuk persegi panjang yang salah satu sisinya lebih dari 30 m, maka dianjurkan untuk menggunakan kincir air berdaun 8. Sebab, kincir air berdaun 8 dapat meratakan suhu air dan meratakan oksigen dalam air, khususnya pada siang hari. Namun, jika desain kolam berbentuk bulat, dapat menggunakan kincir air, baik yang berdaun 6 maupun yang berdaun 8. Sebab, bentuk lingkaran sanggup memberikan dorongan gaya sentrifugal.
Kedalaman air kolam juga berpengaruh terhadap penggunaan kincir air. Kincir air berdaun 6 cukup efektif bila digunakan untuk kedalaman kolam 0,90 m. Sebab pada kedalaman kolam 0,90 m masih dapat ditembus oleh sinar matahari, sehingga udang sulit memperoleh kenyamanan pada siang hari. Sedangkan untuk kolam kedalaman 1,20 m, kincir air yang efektif adalah yang memiliki daun 8. Sebab pada kedalaman tersebut sinar matahari tidak bisa menembus sampai sedalam itu dan goncangan atau perubahan temperatur relatif kecil, sehingga kenyamanan udang galah secara optimal dapat dicapai.
4. Kecerahan air
Kecerahan air dalam kolam pemeliharaan udang galah juga mempengaruhi hidup dan perkembangan udang. Air yang keruh tidak baik untuk pemeliharaan udang, sebab air keruh mempengaruhi kemampuan cahaya matahari menembus sampai ke dasar kolam.
Kekeruhan air pada umumnya dipengaruhi oleh adanya benda-benda halus seperti lumpur, jasad renik berupa plankton, dan warna air. Kekeruhan air yang disebabkan oleh lumpur dapat diatasi dengan penyaringan air yang dipasang di pintu pemasukan air.
Kondisi air yang tidak terlalu keruh dan tidak terlalu mengukur kecerahan air jernih, masih dapat dipakai untuk pemeliharaan udang. Kekeruhan air yang disebabkan oleh jasad renik atau plankton adalah baik untuk pemeliharaan udang galah.
Pengukuran kecerahan air kolam dapat dilakukan dengan alat "Secchi Disc' yang dapat dibuat sendiri. Caranya ialah dengan menenggelamkan alat tersebut ke dalam kolam. Bila alat tersebut ditenggelamkan sedalam 45 cm dari permukaan air kolam masih terlihat, berarti kecerahannya baik karena sesuai dengan batas pandangan udang dalam air.
5. Kandungan Karbondioksida (C02)
Kadar karbondioksida dalam air juga mendukung pertumbuhan makanan alami, baik berupa tumbuhan renik seperti phitoplankton maupun tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi dalam melakukan asimilasi.
Sumber utama gas karbondioksida adalah proses perombakan bahan- bahan organik yang dilakukan jasad renik dan proses penguraian dan pernapasan udang serta tumbuh-tumbuhan dalam air pada malam hari.
Tumbuh-tumbuhan berdaun hijau membutuhkan karbondioksida yang cukup banyak untuk proses asimilasi. Namun, jika melebihi batas, karbondioksida dapat menyebabkan udang kesulitan bernapas. Selain itu juga dapat memperigaruhi derajat keasaman air kolam.
Kandungan karbondioksida dalam air yang ideal untuk pemeliharaan udang adalah tidak lebih dari 12 ppm, dan paling rendah 2 ppm. Jika kandungan karbondioksida di atas 50 ppm, menyebabkan udang mati dalam jangka waktu relatif lama.
6. Kadar amoniak (NH3), Nitrit (N02) dan Hidrogen Sulfida (H2S)
Kekeruhan yang disebabkan oleh partikel-partikel organik pada air kolam, menunjukkan bahwa kadar bahan organik seperti kotoran udang dan sisa makanan yang tidak terkonsumsi sudah terlalu tinggi. Keadaannya ini sangat membahayakan, karena bahan organik tersebut akan terdekomposisi menjadi senyawa yang bersifat racun, seperti amonia (NH3), Nitrit (N02), dan Hidrogen Sulfida (H2S).
Amonia dan nitrit merupakan hasil perombakan asam-asam amino oleh berbagai jenis bakteri aerob dan anaerob. Tetapi secara umum, amonia sendiri berasal dari pembongkaran protein secara kimiawi, terutama protein yang terurai dari makanan buatan maupun dari kotoran udang galah sendiri.
Kerugian lainnya apabila terjadi penguraian oleh bakteri aerob, adalah oksigen yang dibutuhkan terus-menerus akan menipis. Hal ini membuat kondisi air kolam menjadi anaerob atau tidak beroksigen. Di samping itu, bila kadar bahan organik terlalu tinggi akan merangsang pertumbuhan beberapa jenis protozoa yang justru tidak dikehendaki ada di dalam kolam.
Apabila kadar amonia terlalu tinggi dalam kolam dan terus berlangsung tanpa ada usaha penanggulangan, maka akibatnya kandungan nitritnya akan bertambah juga. Jika konsentrasi kandungan nitrit cukup tinggi, akan menjadi racun yang berbahaya bagi kehidupan udang di dalam kolam. Kandungan amonia dalam kolam dipengaruhi oleh suhu air dan pH. Sedangkan kenaikan pH sendiri dapat menekan daya toksin dari amonia.
Kotoran udang galah yang berbentuk padat, dalam proses selanjutnya akan berubah menjadi amonia dalam bentuk gas. Pada pH 8 dan suhu air 25°C, persentase amonia yang terbentuk adalah 5,38 %. Sedangkan pada pH yang sama pada suhu 30°C, persentase amonia yang terbentuk menjadi 7,46 %. Padahal nilai optimal pH bagi kehidupan udang galah adalah antara 7 - 8,5.
Penanggulangan amonia dan nitrit bukanlah persoalan yang rumit, sebab kandungan amonia dan nitrit yang berlebihan dapat diatasi dengan zeolit. Zeolit adalah mineral alam yang baru dapat berfungsi sesuai dengan susunan kimiawinya dan setelah mengalami proses pengolahan. Adapun proses pengolahan itu sendiri mengalami beberapa tahapan, seperti:
• penghancuran menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
• proses pengaktifan yang dilakukan dengan pemanasan.
• proses pencampuran dengan Naoh atau larutan garam.
• penggilingan dan penyaringan bentuk tepung atau butiran sesuai dengan fungsi dan manfaatnya.
Menurut penelitian diketahui bahwa 1 g zeolit sanggup mengabsorbsi paling sedikit 1 O mg ion-ion amonia. Selain sanggup mengabsorbsi H2S, C02 mineral zeolit juga sanggup mengabsorbsi gas-gas beracun lainnya di kolam budi daya.
Mineral zeolit dapat menyerap NH/, yaitu suatu senyawa yang terbentuk dari penggabungan amonia dan air yang sedang mengalami disosiasi. Pada kolam budi daya yang menjadi senyawa beracun sebenarnya adalah amonia, sedangkan NH4 + cenderung tidak berbahaya. Maka dengan adanya penyerapan NH4 ''. sudah tentu jumlah amonia juga akan berkurang.
Jumlah zeolit yang dibutuhkan untuk menanggulangi amonia dan nitrit sangat bervariasi, karena tergantung dari kondisi kolam, padat penebaran dan usia udang galah. Semakin tinggi kepadatan udang galah yang dipelihara dalam kolam, maka semakin banyak pula jumlah zeolit yang diperlukan. Tetapi untuk praktisnya, kebutuhan total zeolit untuk mengatasi gangguan amonia dan nitrit dapat digunakan ratio 1 : 2, atau perbandingan sasaran produksi kolam yang akan dicapai dengan kebutuhan zeolit. Jika sasaran produksi sampai panen adalah 1 ton/ha kolam, maka kebutuhan zeolit adalah 2 ton sampai panen.
Mineral zeolit yang beredar di pasaran, pada umumnya ada 2 jenis, yakni:
a. Bentuk tepung mineral zeolit, merupakan mineral zeolit yang potensial untuk air yang akan digunakan untuk pengisian kolam atau digunakan untuk air kolam bagian atas.
b. Bentuk butiran mineral zeolit, merupakan mineral yang potensial untuk air di dasar kolam atau air bagian bawah.
Untuk mempertahankan efektivitas mineral zeolit, maka sangat dianjurkan agar zeolit yang akan dipergunakan belum terkontaminasi dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, penyimpanannya harus tertutup atau tidak membiarkan zeolit terbuka dari kemasannya.
7. Daya Menggabung Asam (OMA)
Para petani kolam sanqat penting untuk dapat mengetahui besar kecilnya Daya Menggabung Asam (OMA). Makin besar daya menggabung asam, maka derajat keasaman air makin mantap untuk menghadapi goncangan derajat keasaman.
sebaliknya, makin kecil daya menggabung asam, maka akan semakin peka menghadapi goncangan.
Goncangan derajat keasaman terjadi karena karbondioksida mudah lepas dalam air, sehingga mendorong pelepasan ion H+ dari air untuk membentuk asam H2C03, dan diikat oleh kalsium (Ca) yang terkandung dalam air. Makin cukup kandungan kalsium (Ca) yang terlarut dalam air, maka makin besar kemampuan mengikat CO2 yang setiap saat berubah kepekatannya. Semua itu berlangsung karena adanya proses pernapasan dan fotosintesis tumbuh- tumbuhan. Kemampuan pengikatan tersebut yang disebut Daya Menggabung Asam (OMA).
Klasifikasi besar-kecilnya daya penggabungan asam (OMA) dalam air tempat pemeliharaan udang galah, dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni:
a. Air dengan daya menggabung asam tinggi, memiliki daya menggabung asam lebih besar dari 1 ,3. Kadar kapurnya lebih besar dari 26 mg Ca/1 , dan karbondioksida lebih dari 0,9 mg/1. Air tempat pemeliharaan ikan yang memiliki daya menggabung asam tinggi, sangat produktif untuk pemeliharaan udang galah.
b. Air dengan daya menggabung asam sedang, memiliki daya menggabung asam berkisar antara 0,5 - 1,3. Kadar kapurnya berkisar dari 10 - 26 mg Ca/1 , dan karbondioksidanya berkisar antara 0, 1 - 0,9 mg/1. Air tempat pemeliharaan udang yang memiliki daya menggabung asam sedang, tergolong cukup produktif untuk media pemeliharaan udang galah.
c. Air dengan daya menggabung asam rendah, memiliki daya menggabung asam antara 0 - 0,5. Kadar kapurnya berkisar antara 0 – 10 mg Ca/1, dan karbondioksidanya berkisar antara 0 - 0, 1 mg/1. Air tempat pemeliharaan udang yang memiliki daya menggabung asam rendah, tidak potensial untuk media pemeliharaan udang galah.
B. Desain Kolam Budi daya
Model-model kolam budi daya cukup bervariasi, namun memiliki prinsip yang sama, yakni untuk memudahkan pengelolaannya.
Untuk memudahkan pengelolaan budi daya udang galah, maka luas kolam sebaiknya tidak lebih dari 2.500 m2 untuk setiap kolamnya. Bila merencanakan budi daya udang galah pada lahan yang luas, dapat dibuat beberapa kolam.
Desain atau model kolam budi daya udang galah ada 3 tipe, yakni:
1. kolam budi daya model tunggal;
2. kolam budi daya model kelompok; dan •
3. kolam budi daya model bulat.
Untuk lebih jelasnya mengenai ketiga bentuk tipe kolam dapat dilihat pada gambar berikut.
C. Konstruksi Kolam
Kolam budi daya untuk udang galah konstruksinya harus dirancang sedemikian rupa agar tidak menimbulkan masalah dalam pengelolaannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan konstruksi kolam yakni sebagai berikut.
1. Pematang Utama
Pematang utama merupakan garis pertahanan terdepan, maka kontruksinya harus benar-benar kuat supaya tahan terhadap banjir atau luapan air dari sungai.
Jika kondisi tanah cukup kuat dan keras, pematang utama bisa dibuat dengan lebar 1,5 - 2,0 m, dan tingginya 0,5 m di atas batas banjir tertinggi.
Perbandingan tinggi dan lebar talud sisi luar ada 1: 1 ,5, sisi dalam 1: 1 , dan untuk berm lebar 0,5 - 1,0 m.
Apabila kondisi tanah mudah longsor, maka pematang utama bagian atas lebarnya 4 m, dan perbandingan tinggi dengan taludnya 1 :2. Bila dengan cara demikian dianggap masih kurang kuat dapat dibantu dengan turap bambu dan tanaman untuk mengikat, seperti tanaman lamtoro gung atau turi, sekaligus sebagai kerindangan lokasi kolam.
2. Pematang Antara
Pematang antara, merupakan pematang yang membagi kolam yang berada di dalam keliling pematang utama. Bila kondisi tanah cukup keras, pematang antara dapat dibuat dengan lebar sekitar 0,5 -1,0 m, dan tingginya lebih rendah
0,25 m dari tinggi pematang utama. Sedangkan perbandingan lebar dan tinggi
talud adalah 1 :1, dan berm 0,25 - 0,50 m. Jika kondisi tanah mudah longsor, pematang antara bisa dibuat dengan lebar atas 1,5 - 2,0 m, perbandingan tinggi dan lebar talud 1 : 2, dan berm 0,50-0,75 rn.
3. Pintu Pemasukan Air
Pintu pemasukan air merupakan pintu utama kolam untuk pemasukan air. Saluran pintu pernasukan air bisa dibuat dari pipa PVC atau buis beton diameter
0,20 m. Apabila kebutuhan suplai air banyak, saluran bisa disusun berjajar.
4. Pintu Pembuangan Air
Pintu pembuangan air, merupakan pintu pengeluaran air kolam, yang dapat dibuat dari pasangan batu merah. Pintu pembuangan air terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pertama yang dilengkapi dengan saringan dan dua lajur papan penutup. Agar lajur papan tidak bocor, salah satu bagian bisa diisi tanah.
Papan penutup harus dapat diatur, supaya sedikit banyaknya air yang akan dibuang dapat diatur sesuai dengan yang dikehendaki.
Saluran pembuangan air dilengkapi dengan dua macam bentuk saringan, yakni:
a. saringan penuh merupakan saringan yang menutup seluruh lubang dari bawah sampai ke atas.
b. saringansebagianmerupakan saringan yang hanya menutup bagian bawah dan di bagian atas ditutup dengan papan.
Dengan cara demikian, air yang dikeluarkan hanya berupa air lapisan bawah yang kUalitasnya sudah jelek karena mengandung sisa-sisa pembusukan dan kotoran udang.
Potongan Pintu Pembuangan Air
5. Saluran Kelilingdan Pelataran
Konstruksi saluran keliling dan pelataran untuk kolam budi daya udang hampir tak terpisahkan. Saluran keliling atau parit keliling (caren) berfungsi untuk menampung kotoran atau sisa-sisa makanan yang membusuk. Selain itu juga berfungsi sebagai tempat udang berbenam diri waktu ganti kulit atau menghindari sinar matahari di siang hari meskipun namanya parit keliling, namun dapat juga dibuat secara diagonal. Sedangkan pelataran merupakan dasar lantai yang dikelilingi oleh caren, dan dibuat agak miring.
Ukuran caren dapat dibuat dengan lebar 1.00 m dan dalamnya 0,20 - 0,50 m. Caren harus dibuat agak miring ke arah pintu pembuangan, agar memudahkan untuk menggiring udang waktu pemanenan dan penangkapan. Selain itu di sekitar pintu pembuangan, caren dibuat dengan ukuran yang agak lebar sekitar 4-5 m, kedalaman 0,75-1,00 m. Dengan demikian, waktu panen akan memiliki fungsi sebagai penampung udang galah sebelum diangkat ke
atas.
6. Tempat Penyesuaian (Aklimatisasi)
Tempat aklimatisasi merupakan tempat penyesuaianbenih udang terhadaplingkungan kolam untuk mengurangi tingkat mortalitas benih udang galah. Mortalitas benih udang galah yang tidak memperoleh perlakuan aklimatisasi lebih dahulu, dapat mencapai 50 %.
Tempat aklimatisasi dapat dibuat dalam bentuk silinder, dengan diameter 2,5 m, tinggi 2,0 m, dan diisi air setinggi 1,50 m. Ukuran tempat aklimatisasi tersebut dapat menampung benih udang galah sebanyak 10.000 ekor.
7. Tempat Pendederan
Tempat pendederan, merupakan tempat pemeliharaan benih selama 3 - 4 minggu, yang biasanyadibuat di pinggir kolam.Tempat pendederan dapat dibuat tidak permanen dengan sistem jaring apung. Tempat pendederan sistem jaring apung dapat dibuat dengan menggunakan dinding net/jaring berlubang kecil atau berdiameter 1 mm, dan masing-masing sudut diikat pada bambu yang ditancapkan. Jaring apung ukuran 3,0 x 5,0 m dapat digunakan untuk pendederan 2500 ekor benih udang galah. Apabila jumlah benih lebih banyak, jaring apung harus dibuat lebih lebar dengan perhitungan kepadatan 150 ekor benih per meter persegi.
8. Petak Buyaran - Pembesaran
Petak buyaran atau pembesaran merupakan petak pemeliharaan benih udang galah setelah pendederan. Di petak buyaran pembesaran inilah udang galah dipelihara selama 4-5 bulan atau sampai saat panen.
Bila tempat pendederan menggunakan sistem jaring apung, maka cara pemindahan dapat dilaksanakan dengan membongkar dinding net/jaring. Dengan sistem jaring apung, maka pemindahan dapat berlangsung lebih cepat dan praktis daripada sistem konvensional.
BAB 4 Pengadaan dan Pemeliharaan Benih Udang Galah
Setelah kolam dibangun beserta kelengkapannya dan kondisi lingkungannya dibuat sedemikian rupa sesuai untuk kehidupan udang galah langkah selanjutnya adalah mengadakan benih dan memeliharanya.
A. Mendapatkan Benih Udang Galah
Mendapatkan benih untuk budi daya udang galah dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain sebagai berikut.
1. Membeli benih dari tengkulak
Benih udang galah yang diperoleh dari tengkulak, umumnya berasal dari hasil penangkapan di perairan umum. Penangkapan benih biasanya dilakukan oleh para nelayan atau para penyeser benih. Pencarian benih udang galah dilakukan di perairan umum yang dekat dengan muara menuju laut, menggunakan alat seperti: seser, anco, prayang dan lain-lain.
Benih udang galah hasil tangkapan alam, umumnya memiliki ukuran yang tidak seragam, panjang 5 - 11 cm, dan hasil tangkapan itu sendiri banyak tercampur dengan benih udang dari jenis lain. Maka biasanya benih hasil tangkapan alam tersebut dijual kepada tengkulak dengan harga yang sangat murah. Tengkulak yang merangkap sebagai pengumpul itu melakukan seleksi dan memisahkan benih-benih yang masih campur, kemudian menjual benih tersebut kepada petani kolam.
Penangkapan benih udang biasanya dilakukan pada malam hari, sebab udang lebih suka mencari makanan pada malam hari. Sebelum melakukan penangkapan, para pemburu benih menebarkan makanan yang disukai udang berupa kepiting yang dikeringkan dan ditumbuk halus dan dibumbui dengan bawang putih yang dicampur minyak sayur. Penebaran pakan dilakukan di beberapa tempat yang dianggap banyak benih udangnya. Setelah makanan tersebut dikerumuni benih udang, para penyeser melakukan penangkapan dengan menggunakan seser atau jaring kantong. Benih udang yang tertangkap dikumpulkan di tempat pengumpulan benih, berupa ember warna gelap yang berisi air dan rumpon-rumpon.
Para pengumpul benih yang profesional, seperti para tengkulak, sudah terbiasa dan mengerti tentang ciri-ciri benih udang galah. Ciri khas benih udang galah adalah sebagai berikut.
• Pada sisi kelopak kepalanya memiliki garis-garis mendatar berwarna coklat kehitam-hitaman atau coklat kebiru-biruan.
• Kerucut kepalanya panjang, ramping dan ujungnya melengkung ke atas dan pada pangkalnya bengkok. Kadang-kadang kerucut kepala berwarna merah pada ujungnya.
• Panjang tubuhnya sudah mencapai sekitar 8 cm, dan biasanya ada titik hitam pada bagian samping kiri-kanan sebanyak 5 buah.
Petani kolam yang belum berpengalaman harus hati-hati dalam membeli benih udang galah dari tengkulak, sebab kadang-kadang benih tersebut masih tercampur dengan benih udang [enis lain entah disengaja atau tidak.
2. Membeli benih dari Balai Benih
Benih udang galah yang berasal dari Balai Benih lebih terjamin keasliannya, keseragamannya dan produktivitasnya. Oleh karena itu, para petani kolam sebaiknya membeli benih dari Balai Benih Udang Galah (BBUG). Dengan cara demikian akan mempermudah pengelolaan setelah ditebar di kolam pembesaran.
Ukuran benih produksi BBUG relatif masih kecil, panjangnya sekitar 1 - 1,5 cm, dan beratnya 0.010 - 0,015 gr. Maka sebelum ditebar dalam kolam, sebaiknya benih tersebut diaklimatisasi lebih dahulu. Maksud aklimatisasi adalah pemeliharaan dalam areal terbatas, sebagai usaha proses adaptasi dengan lingkungan kolam sampai mencapai ukuran standar. Keuntungan yang dapat diperoleh, selain mengurangi tingkat mortalitas benih adalah untuk mempermudah pengelolaan. Aklimatisasi biasanya memerlukan waktu 3 - 5 minggu.
Balai benih udang galah di Indonesia masih terbatas. Sampai saat ini baru ada 5 pembenihan udang galah, dan itu pun berada di Pulau Jawa, seperti:
• Balai Benih Udang Galah (BBUG) di Adiraja, Cilacap, Jawa Tengah.
• Balai Budi Daya Air Payau (BBAP) di Jepara, Jawa Tengah.
• Balai Benih Udang Galah (BBUG) di Pangandaran, Jawa Barat.
• Balai Benih Udang Galah (BBUG) di Prigi, Trenggalek, Jawa Timur.
• Proyek Pembenihan Rakyat Udang Galah (PPRUG) di Boncong, Tuban, JawaTimur.
• Pusat Pembenihan Udang (PPU) di Probolinggo, Jawa Timur.
B Usaha Pembenihan Udang Galah
Pada masa lalu benih udang galah pada umumnya diperoleh dari hasil penangkapan benih alam. Pada tahun 1959, S.W. Lingdi Glugor, Malaysia, berhasil melakukan percobaan pembenihan udang galah di kolam, walaupun hasilnya belum memuaskan. Percobaan pembenihan udang galah baru berhasil pada tahun 1964, yang dilakukan oleh T. Fujimura di Hawaii dengan induk udang galah yang didatangkan dari Malaysia.
Percobaan pembenihan buatan di Indonesia sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 1964. Tetapi percobaan itu baru berhasil setelah 9 tahun, tepatnya pada tahun 1973, yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Perikanan Darat, Cabang Pasar Minggu, Jakarta. Pada tahun 1974 keberhasilan itu disusul oleh Pusat Penelitian Udang Jepara, yang sekarang menjadi Balai Budi daya Air Payau di Jepara. Pembenihan menggunakan teknik yang berkembang di Hawaii, yakni menggunakan bak persegi panjang dan air hijau.
Dari keberhasilan pembenihan buatan yang dicapai itu, maka sejak tahun 1975 Indonesia sudah dapat memproduksi benih udang galah untuk memasok petani kolam. Namun meski demikian, tidak tertutup kesempatan bagi modal swasta untuk usaha pembenihan udang galah. Beberapa Hatchery yang ada selama ini, baru memberi peluang untuk petani kolam di Pulau Jawa.
Usaha pembenihan udang galah dapat dilakukan dengan 2 cara sebagai berikut.
1. Hatchery, skala modal besar
Usaha pembenihan udang galah skala modal besar membutuhkan modal Rp50 juta sampai Rp100 juta, dengan produksi benih sekitar 5 juta sampai 10 juta ekor per tahun. Persyaratan untuk Hatchery yang ideal, yaitu :
• tersedia air laut yang jernih, tidak tercemar bahan organik, jumlahnya tersedia sepanjang tahun, memiliki pH 7.5 - 8,0, kesadahan lebih kecil dari 360 ppm CaC03. Lokasi dekat pantai akan lebih efisien ditinjau dari pengadaan dan penyediaan air laut.
• Lokasi jauh dari kawasan industri yang dapat menimbulkan pencemaran laut maupun pencemaran air tawar.
• Tersedia air tawar yang cukup, sebab larva udang dapat hidup dengan baik pada air payau salinitas 12 promil. Maka air tawar sangat dibutuhkan untuk pencampuran air laut yang rata-rata salinitasnya tinggi.
• Lokasi terlindung dari angin dan ombak besar.
• Lokasi memiliki prasarana jalan yang memungki_nkan untuk pengembangan budi daya udang galah, baik prasarana jalan di sekitar lokasi tersebut maupun prasarana jalan untuk transportasi ke pemasaran.
Hatchery udang galah skala modal besar yang ideal dan umum adalah Hatchery sistem tertutup. Bangunan Hatchery dibuat dengan posisi membujur dari Utara- Selatan, atap tidak tembus cahaya matahari, dinding dengan spesi semen yang kuat, jendela besar terletak di sebelah Barat, pintu besar terletak di sebelah Timur. Hatchery udang galah dilengkapi dengan sarana, seperti:
a. bak tempat pemeliharaan larva terletak di sebelah Barat, agar cahaya matahari mudah masuk. Jumlah bak pemeliharaan larva paling sedikit 12 buah dengan kapasitas 5.000 liter setiap bak. Bak pemeliharaan larva berbentuk kerucut-bulat yang mempunyai dinding ganda luar-dalam dengan rongga di tengahnya. Maksud dan fungsi rongga tengah tersebut adalah sebagai ruang penyangga temperatur, Bak larva sebaiknya berwarna hijau, sebab warna hijau memberi rangsangan terhadap nafsu makan larva.
Bak pemeliharaan berbentuk kerucut-bulat. Dasar bak harus diperhitungkan agar memiliki kemampuan mengedarkan makanan dan mencegah pengendapan makanan yang terlalu cepat. Bak pemeliharaan larva juga harus dilengkapi dengan saluran pembuangan berupa kran yang dilengkapi saringan. Fungsinya untuk pembuangan air, karena selama pemeliharaan larva air selalu diganti yang segar, sedangkan saringan berguna agar larva tidak ikut keluar waktu pembuangan air berlangsung.
b. Bak penyimpanan air payau terletak di sebelah Selatan, paling sedikit diperlukan 8 buah bak dengan kapasitas 5.000 liter setiap bak. Air payau diperlukan untuk mengganti air yang lama sehingga air tetap dalam keadaan segar. Letak bak air payau harus lebih tinggi daripada bak pemeliharaan larva, agar pengaliran air ke bak pemeliharaan larva lebih mudah. Bak air payau dibagi dua, satu bagian berisi air laut dan satu bagian lagi air tawar.
Bak penyimpanan air tawar dilengkapi dengan alat pemanas air, yang dapat menaikkan temperatur air sekitar 50°C. Pada saat diperlukan, air tawar dialirkan ke bak air laut dan selanjutnya air laut dipompakan. Dengan cara demikian sudah menjadi air payau yang memiliki salinitas 12 promil dengan temperatur 29°C. Dengan kondisi air yang demikian, air payau dapat dipergunakan untuk mengganti air payau yang lama dalam bak pemeliharaan larva.
c. Bak penetasan induk udang terletak di sebelah Timur, paling sedikit diperlukan 2 buah bak berkapasitas 5.000 liter setiap bak. Bak penetasan induk udang memerlukan air payau dengan salinitas 6 promil. Dalam batasan salinitas tersebut, induk udang tidak akan mudah mengalami stres dan larva yang menetas langsung dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan air payau. Fungsi bak penetasan adalah untuk tempat bersalin induk udang galah jika diketahui gonada udang galah terlihat sudah berwarna coklat keabu-abuan gelap. Sehingga bila induk udang siap menetaskan telurnya, baru dipindahkan dalam bak penetasan. Selama proses penetasan berlangsung, air dalam bak penetasan memperoleh aerasi dan makanan untuk menjaga kesehatan induk udang galah.
d. Bak penetasan artemia yang juga terletak di sebelah Timur, paling sedikit memerlukan 1 buah bak dengan kapasitas 5.000 liter. Bak penetasan sangat diperlukan untuk produksi makanan alami larva udang galah. Bak penetasan artemia dibuat berbentuk kerucut-bulat dengan dinding tembus cahaya di bawahnya. Bak penetasan artemia berisi air salinitas 10- 25 prom ii. Selama proses penetasan aerasi harus tetap dihidupkan. Setelah telur artemia menetas menjadi nauplii, maka nauplii itulah yang diberikan sebagai makanan larva udang.
e. Bak penampungan juvenil yang juga terletak di sebelah Timur, paling sedikit memerlukan 2 buah bak beton persegi panjang atau bulat, yang kapasitasnya 10.000 liter setiap bak. Bak penampungan juvenil dilengkapi dengan saluran keliling. berisi air payau 6 promil yang secara bertahap salinitasnya dikurangi sampai 0 promil atau tawar. Bak penampungan ini berfungsi sebagai bak adaptasi. Selama dalam bak penampungan, juvenil diberi makanan artemia dan makanan buatan sampai 3 - 4 minggu. Kepadatan juvenil dalam bak penampungan adalah 5 ekor per liter.
f. Bangunan laboratorium, merupakan sarana yang mutlak untuk kelengkapan Hatcheri modern. Bangunan laboratorium terletak terpisah, tetapi tidak jauh dari bangunan Hatchery. Laboratorium berfungsi untuk menganalisis kondisi dan kualitas air yang dipergunakan. Termasuk di dalamnya analisis biologi untuk mengikuti reaksi larva terhadap lingkungannya, pertumbuhannya, mortalitas, performans dan analisis parasit. Di samping itu, laboratorium juga untuk kegiatan analisis kimiawi, terutama menyangkut kondisi air agar larva dapat berkembang secara optimal.
2. Hatchery skala kecil
Usaha pembenihan udang galah skala kecil membutuhkan modal Rp15 juta sampai Rp25 juta, dengan produksi benih 250.000 ekor per tahun. Hatchery skala kecil sangat cocok untuk wilayah yang jauh dari pantai atau yang belum ada Balai Benih Udang Galah, khususnya di luar Pulau Jawa. Metode yang cocok untuk pembenihan udang galah skala kecil adalah hatchery sistem sirkulasi ulang secara tertutup. Metode ini pernah dicoba untuk pertama kalinya di Desa Kampung Lima belas, Singaparna, Tasikmalaya. Pembenihan udang galah skala kecil dapat dilakukan di dalam bangunan tertutup ukuran 18 m x 4 m atau membutuhkan lahan seluas 72m2 dan letak bangunan memanjang ke arah Utara - Selatan, jendela besar menghadap ke Barat, pintu di sebelah Timur, dan tinggi plafond 2,50 m dari lantai.
Hatchery sistem sirkulasi ulang secara tertutup membutuhkan sarana sebagai berikut.
a. Bak filter mekanis,
merupakan sebuah bak fibreglass ukuran 1,3 x 0,7 x 0,5 m yang dilengkapi dengan saringan berupa lapisan pasir setebal 0, 10 m. Butiran pasir yang digunakan mempunyai ukuran 0, 1 mm.b. Bak filter biologi,
merupakan sebuah bak fibreglass yang bersekat-sekat ukuran 1,3 x 0,65 x 0,6 m dan bersekat-sekat tersebut diisi dengan zeolit yang berukuran1 - 3 cm. Pada ruanganyang diisi zeolit,terjadi perombakan sisa-sisa metabolisme oleh bakteri. Penggunaan zeolit merupakan modifikasi dari penggunaan kerikil-koral yang berukuran 3 -5 cm.c. Bak pemeliharaan larva,
merupakan bak yang terbuat dari fibreglass warna hijau gelap yang berukuran 4 x 1,25 x 1 m atau volume 5 m2 dengan dasar bak berbentuk "U". Air yang digunakan dalam bak pemeliharaan larva harus memiliki salinitas 12 promil dengan pemasukan secara gravitasi. Bak larva dilengkapi dengan saringan, ukuran mata saringan 200 - 1.000 mm, disesuaikan dengan ukuran larva yang dipelihara. Air mengalir dari bak larva masuk ke bak filter mekanis. Setelah melewati filter pasir, air dipompa agar masuk ke dalam filter biologi. Perputaran media larva diusahakan maksimal satu kali putaran per jam.
Pemeliharaan larva dilakukan dengan kepadatan 100 ekor larva per liter air. Jumlah larva yang dipelihara disesuaikan dengan pascalarva atau benih yang dibutuhkan. Makanan diberikan dalam bentuk makanan buatan dan nauplii artemia, dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah dan usia larva yang dipelihara.
Pemindahan harus segera dilakukan bila pascalarva lebih banyak daripada larva. Larva yang dipindah terlebih dahulu harus diadaptasikan ke dalam air tawar selama 12 jam. Keesokan harinya dapat dipindah ke bak penampungan selama 35 hari.
Selama pemeliharaan yang berlangsung 35 hari, kualitas media larva yang mencakup suhu, salinitas dan pH praktis tidak berubah. Temperatur berkisar antara 28°C-30°C, salinitas 11-12 promil, dan pH 7,5- 8.
Jika diproyeksikan pada kebutuhan benih udang galah untuk usaha budi daya udang galah di kolam pembesaran, maka Hatchery skala kecil mampu secara kontinu memenuhi kebutuhan benih kolam seluas 2.5 ha dengan kepadatan penebaran 10 ekor per meter persegi.
C. Seleksi lnduk Udang Galah
induk udang galah untuk usaha pembenihan harus diseleksi terlebih dahulu. Tujuannya, untuk mendapatkan keturunan yang baik. Ciri khas calon induk udang galah yang baik adalah sebagai berikut.
1. Calon induk udang galah betina:
• Memiliki berat lebih dari 40 gram.
• Memiliki kandungan telur cukup tinggi.
Bersih dari segala macam kotoran maupun organisme yang bersifat parasit.
2. Calon induk udang galah jantan:
• Memiliki berat lebih dari 50 gram.
• Kaki jalan kedua tidak terlalu besar.
• Bersih dari segala macam kotoran maupun organisme yang bersifat parasit.
Seleksi induk udang galah juga harus mempertimbangkan usia dari calon induk tersebut, tidak boleh terlalu tua. Seleksi kebakaan juga tidak boleh dikesampingkan, misalnya pengamatan saat induk udang galah mengandung telur mulai yang kedua kalinya. Pada umumnya generasi yang paling baik adalah generasi ketiga.
Pada prinsipnya, udang galah yang dapat kita pilih sebagai calon induk adalah udang galah yang memiliki pertumbuhan cepat dan paling besar. Setelah udang tersebut kita pilih, selanjutnya dipindahkan ke dalam kolam yang terpisah.
lnduk udang galah betina dapat dikawinkan dengan induk jantan dalam bak beton yang berisi air tawar. Perkawinan biasanya berlangsung di malam hari, dan ditandai dengan adanya emulsi minyak dalam bak. Sampai hari ke-18 setelah perkawinan, umumnya induk udang galah betina sudah mengerami telurnya.
Apabila telur yang dierami sudah terlihat adanya gonada berwarna coklat keabu-abuan gelap, maka secepatnya induk udang betina diambil dengan jaring sodor dan dipindahkan dalam bak penetasan yang berisi air payau dengan salinitas 6 promil. Setelah telur menetas menjadi larva, 48 jam kemudian larva dipindahkan ke dalam bak larva yang berisi air payau dengan salinitas 12 promil.
Padat penebaran larva di bak pemeliharaan larva, yang ideal yaitu berkisar antara 100 - 150 ekor per liter, dan dipelihara selama 35 hari.
D. Pengangkutan Benih Udang Galah
Pengangkutan benih udang galah dari Balai Benih Udang Galah dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni:
1. Pengangkutan dengan kantong plastik dalam kemasan karton
• Plastik yang digunakan memiliki tebal 0,008 mm
• Volume air maksimal 5 liter
• Volume zat asam 5 liter
Kantong yang digunakan plastik rangkap dua, diisi air yang berisi benih udang galah, selanjutnya diisi oksigen atau zat asam. Setelah dilakukan pengontrolan, kantong plastik diikat rapat. Lebih lanjut kantong plastik dimasukkan ke dalam karton yang sudah diberi lapisan gabus cetak, ditutup dengan ikatan perekat isolasi.
2. Pengangkutan dengan jerigen
• Jerigen yang digunakan dari plastik
• Volume air maksimal 10 liter
• Volume zat asam 10 liter
• Kapasitas benih untuk ukuran 1 cm adalah 2.000 ekor, dan untuk ukuran
• 0,5 cm adalah 1 .000 ekor
• Mortalitas benih 10 %.
Pada gambar di atas, jerigen plastik telah dimoditikasi dengan pembuatan lubang bagian alas dekat tutup yang jumlahnya 2 buah. Pada 2 lubang itu dipasang selang. Jerigen diisi air bersama benih udang galah lewat lubang yang menggunakan tutup ulir. Selanjutnya dilakukan pengisian oksigen lewat salah satu lubang moditikasi, setelah jerigen terisi zat asam, lubang moditikasi ditutup dengan cara menutup kedua lubang dengan tutup selang yang saling berhubungan. Sewaktu diangkut, jerigen diletakkan dalam posisi terlentang, supaya benih udang memperoleh permukaan air yang cukup luas.
BAB 5 Pengadaan Pakan Udang Galah
Pada bagian-bagian terdahulu telah dijelaskan berbagai hal yang perlu dipersiapkan sebelum memulai kegiatan budi daya dilakukan. Selanjutnya yang tak kalah pentingnya yaitu penyediaan pakan. Oleh karena itu, petani kolam atau pelaku usaha budi daya harus membekali dirinya dengan pengetahuan mengenai bagaimana cara menyediakan pakan udang galah yang sesuai dan baik untuk pertumbuhan. Untuk itu berikut akan dijelaskan.A. Persyaratan Pakan Udang
Makanan udang merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Oleh karena itu, ada beberapa persyaratan yang secara teknis harus memperoleh penanganan secara khusus, yakni:• Aspek kimia,
yaitu persyaratan kandunqan nutrisi makanan yang meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.• Aspek fisik makanan,
yaitu bentuk dan ukuran makanan, ketahanan dalam air, dan teknik pengepakan.• Aspek biologi,
yaitu nilai konversi makanan atau perbandingan jumlah makanan yang dikonsumsi dengan kemampuan makanan yang dikonsumsi dapat meningkatkan berat tubuh udang.• Aspek ekonomis,
yaitu kelayakan harga ditinjau dari segi kualitas maupun nilai makanan.Dalam kehidupan di alam, udang galah biasa makan berbagai jenis Crustacea, molusca, ikan kecil, organisme nabati dalam jumlah relatif terbatas. Meskipun udang galah merupakan hewan omnivora atau pemakan segala, akan tetapi terbatas pada organisme makro invertebrata yang gerakannya lambat. Maka dalam usaha budi daya udang, makanan yang diberikan selain harus mempunyai kelayakan kualitas, jumlahnyajuga harus cukup. Jika kekurangan makanan akan mengakibatkan kematian bagi udang, dan dapat meningkatkan sifat kanibalismenya, Dari alasan tersebut di atas, maka untuk dapat menjam in kelayakan kualitas, makanan udang perlu diuji lebih dahulu. Makanan udang yang diberikan harus memenuhi syarat, antara lain:
- makanan udang harus mempunyai aroma yang disukai oleh udang. Caranya ialah dengan memberi atraktan yang dapat membuat udang tertarik pada makanan tersebut.
- makanan udang harus tenggelam, sebab udang galah umumnya mencari makan di dasar kolam, daya tahan makanan udang dalam air minimal 5 jam.
B. Meramu Pakan Udang
Pengadaan pakan udang tidak mutlak harus dari produksi pabrik. Bila mau berhemat dan di daerah dekat lokasi cukup tersedia bahan baku, pakan udang dapat dibuat sendiri. Dengan demikian dapat diperoleh manfaat ganda. Pertama bisa meningkatkan-kreativitas dan sumber daya petani kolam serta belajar mandiri, kedua dapat memperoleh nilai tambah dari selisih pembiayaan yang dipergunakan untuk membeli pakan udang produksi pabrik.
Pada prinsipnya pembuatan pakan udang tidak sulit, karena bahan baku yang digunakan tidak jauh berbeda dengan bahan baku yang digunakan untuk meramu pakan unggas. Hanya dari segi kualitas, pakan udang harus memiliki protein tinggi. Tingginya kebutuhan protein bagi udang, berkaitan dengan energi yang diproduksi merupakan metabolisme protein.
Tabel 5.1 Spesifikasi Nutrisi Pakan Udang
Tabel 5.1
Spesifikasi Nutrisi Pakan Udang
Karakteristik
|
Diet-1
|
Diet-21
|
Diet-31
|
Diet-4
|
Berat udang(gr)
|
1
|
5
|
10
|
11-30
|
Bentuk
|
crumble
|
crumble
|
pellet
|
pellet
|
Kadar air (%)
|
8
|
8
|
8
|
8
|
Lemak kasar (%)
|
9
|
8
|
7
|
6
|
Protein kasar (%)
|
43
|
39
|
33
|
32
|
Serat kasar (%)
|
4
|
4
|
4
|
4
|
Kadar abu (%)
|
13
|
13
|
12
|
12
|
Cholesterol (%)
|
0,9
|
0.9
|
0,9
|
0,9
|
Energi Metabolisme
(kca/kg)
|
3.850
|
3.700
|
3.400
|
3.550
|
C. Bahan Baku Pakan Udang
Untuk meramu pakan udang, pertama kali yang harus dipahami adalah mengenal bahan baku pakan udang. Bahan baku pakan udang, dapat digolongkan menjadi
2 kelompok, yakni sebagai berikut.
1. Bahan baku pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan ikutannya merupakan sumber karbohidrat yang mengandung serat kasar tinggi. Maka jumlah penggunaannya relatif terbatas, sebab udang tidak efisien mencerna bahan baku golongan ini.
2. Bahan baku pakan yang berasal dari hewan dan ikutannya, merupakan sumber protein dan asam amino yang relatif cukup lengkap, dan rata-rata serat kasar yang dikandungnya relatif rendah. Maka sangat potensial untuk dijadikan pakan udang, hanya umumnya harganya relatif mahal dibandingkan dengan bahan baku dari tumbuh-tumbuhan dan ikutannya.
Penyusunan komposisi pakan udang tidak sekadar mengandalkan bahan baku makanan kedua golongan tersebut. Namun juga sangat diperlukan makanan tambahan (feed suplement)produk pabrik yang kaya vitamin, mineral dan antibiotika. Makanan udang yang komposisinya dilengkapi dengan feed suplementdapat lebih sempurna dalam penyediaan vitamin dan mineral, selain efisien dalam penggunaan makanan.
Komposisi feed suplement yang digunakan secara umum dalam penyusunan pakan udang dikenal ada 3 macam, yakni:
1. Feed Suplement yang mengandung komposisi multivitamin dan mineral, yang berfungsi untuk melengkapi kekurangan komposisi makanan udang dari beberapa bahan baku makanan yang digunakan.
2. Feed Suplement yang mengandung komposisi multivitamin dan antibiotika berfungsi untuk melengkapi kekurangan vitamin, serta meningkatkan efisiensi penyerapan zat-zat makanan oleh udang dari makanan yang dikonsumsi.
3. Feed Suplement yang mengandung komposisi vitamin, mineral, dan antibiotik, yang berfungsi untuk melengkapi kekurangan vitamin dan mineral, juga menin_gkatkan efisiensi penyerapan zat-zat makanan oleh udang dari makanan yang dikonsumsi. Penggunaan feed suplementdalam komposisi makanan udang takarannya adalah 20 - 30 gr untuk komposisi 100 kg.
D. Potensi Bahan Baku
Mengenal potensi bahan baku untuk meramu pakan udang sangatlah penting, agar penyediaan dan pemilihan bahan baku tidak mengalami kesulitan bersifat teknis. Beberapa bahan baku, baik sumber karbohidrat maupun sumber protein yang banyak dipasarkan dan mudah diusahakan adalah sebagai berikut.1. Tepung ikan
merupakan bahan baku makanan udang yang mempunyai kandungan protein tinggi. Penggunaan maksimal dalam komposisi pakan udang tidak boleh lebih dari 42 kg untuk 100 kg komposisi pakan.2. Tepung bulu unggas
merupakan bahan baku makanan yang sering digunakan sebagai substitusi sebagian penggunaan tepung ikan. Tepung bulu unggas memiliki kandungan protein lebih tinggi daripada tepung ikan, tetapi kurang disukai udang. Penggunaan tepung bulu unggas harus melalui proses hidrolisis atau pemasakan suhu dan tekanan uap 15 - 20 kg selama 30 menit, kemudian dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Dengan cara demikian protein keratin yang sulit dicerna dapat ditanggulangi, sebab ikatan disulfidanya pecah. Penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 26 kg untuk 100 kg komposisi makanan. Penggunaan tepung bulu unggas dan tepung susu merupakan paduan yang serasi untuk makanan udang.3. Tepung daging bekicot,
merupakan bahan baku makanan yang sangat potensial,terutama untuk substitusi kelangkaan tepung ikan. Namun, agar dapat digunakan sebagai bahan baku makanan udang, diperlukan proses pengolahan sebagai berikut.- Bekicot hidup dikumpulkan dalam ruangan lembap. selanjutnya ditaburi garam dengan perbandingan 1: 10, dan didiamkan beberapa waktu agar mengeluarkan lendir yang bersifat racun.
- Bekicot yang sudah digarami dapat dibersihkan dengan larutan kapur di dalam sebuah drum.
- Bekicot dengan cangkangnya direbus setengah matang. kemudian dagingnya dikeluarkan dari cangkangnya dengan alat pencungkil.
- Daging bekicot dicuci sekali lagi untuk membersihkan sisa lendir, dan dimatangkan dengan cara di rebus agar terbebas dari bakteri salmonella.
- Daging bekicot yang sudah masak dijemur sampai kering.
- Setelah kering, daging bekicot digiling menjadi tepung daging bekicot.
Penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 37 kg untuk 100 kg komposisi pakan.
4. Tepung rese (kulit dan kepala udang),
merupakan bahan baku makanan yang cukup potensial, karena selain kandungan proteinnya tinggi, juga sebagai sumber mineral. Tetapi kandungan serat kasarnya juga cukup tinggi, maka penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 8 kg untuk 100 kg komposisi makanan.5. Tepung darah
merupakan bahan baku makanan yang mempunyai kandungan protein cukup tinggi, khususnya sebagai sumber asam amino lisin. Penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 22 kg untuk 100 kg komposisi makanan.6. Susu bubuk
merupakan bahan baku makanan yang memiliki kandungan protein cukup tinggi. Umumnya digunakan untuk komposisi makanan udang Diet 1. Penggunaan maksimal.dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 13 kg untuk 100 kg komposisi makanan.7. Jagung ragi
merupakan bahan baku makanan inovasi dan alternatif. Jagung sebagai sumber karbohidrat kurang memiliki potensi, tetapi kaya pro vitamin A yang sangat baik untuk pertumbuhan udang. Peragianjagung bertujuan untuk memperoleh efisiensi penggunaan jagung, karena dengan demikian peragian dapat meningkatkan protein jagung, meskipun kadar energinya menurun.Menurut beberapa penelitian, ragi dapat menggantikan kedudukan tepung ikan. Penggunaan jagung ragi akan lebih ekonomis daripada tepung ikan atau bungkil kedelai, sebab harganya relatif lebih murah.
Penggunaan jagung ragi dalam komposisi pakan udang tidak boleh lebih dari 36 kg untuk 100 kg komposisi makanan. Proses peragian jagung adalah sebagai berikut.
- Jagung digiling menjadi tepung yang halus.
- Tepung jagung direndam dalam air.
- Tepung jagung dimasak dengan penguapan.
- Tepung jagung didinginkan.
- Tepung jagung yang sudah ding in ditaburi ragi tape dengan rasio 50 gr ragi untuk 10 kg tepung jagung.
- Tepung jagung yang sudah diberi ragi ditutup rapat, dan disimpan di tempat gelap selama 3 hari untuk proses peragian.
- Setelah 3 hari, jagung ragi dijemur sampai cukup kering dan sudah siap digunakan sebagai bahan baku.
8. Bekatul ragi
merupakan bahan baku makanan inovasi dan alternatif seperti halnya jagung ragi. Proses dan cara peragian sama seperti peragian jagung, tetapi karena bekatul ragi mengandung serat kasar cukup tinggi, maka penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 30 kg untuk 100 kg komposisi makanan.9. Tepung gaplek
merupakan bahan baku makanan yang tergolong penting, meskipun kandungan proteinnya rendah. Tepung gaplek berfungsi sebagai perekat dalam pembuatan makanan udang bentuk crumbles dan pellet, maka penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 2 kg untuk 100 kg komposisi makanan.10. Bungkil kelapa
merupakan bahan baku makanan udang yang cukup potensial. Kelemahannya mudah tengik dan serat kasarnya cukup tinggi. Bungkil kelapa umumnya digunakan, bila dalam komposisi makanan udang tidak menggunakan bungkil kedelai. Penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 9 kg dari 100 kg komposisi makanan.11. Bungkil kedelai
merupakan bahan baku makanan yang potensial, terutama bila dikombinasikan antara bungkil kedelai dengan jagung ragi. Penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 15 kg untuk 100 kg komposisi makanan.12. Tepung daun lamtoro
merupakan bahan baku yang mempunyai kandungan protein cukup tinggi. Penggunaan dalam kornposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 5 kg untuk 100 kg komposisi makanan.13. Tepung daun turi
merupakan bahan baku makanan udang yang memiliki kandungan protein dan vitamin A cukup tinggi, namun serat kasarnya juga cukup tinggi. Penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 10 kg untuk 100 kg komposisi makanan.14. Tepung tulang
merupakan bahan baku makanan udang yang mengandung mineral kalsium dan phospor. Penggunaan maksimal dalam komposisi makanan udang tidak boleh lebih dari 6 kg untuk 100 kg komposisi makanan.E. Menyusun Makanan Udang
Penyusunan pakan udang memerlukan perhitungan khusus, agar komposisi sesuai dengan standar kebutuhan nutrisi udang. Metode perhitungan komposisi makanan udang cukup banyak. Mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Namun, pada prinsipnya perhitungan komposisi mempunyai tujuan yang sama, yakni ekonomis, layak, nutrisi, dan disukai oleh udang.
Makanan udang yang secara um um dikenal adalah dalam bentuk makanan jadi, namun bila bermaksud membuat makanan sendiri akan lebih efisien bila dilakukan dalam bentuk makanan setengah jadi (konsentrat).
Penyusunan komposisi makanan udang secara sederhana dapat diperhitungkan dengan berpedoman pada standar protein.
Contoh: Suatu kelompok petani kolam bermaksud meramu pakan udang sendiri. Adapun bahan baku yang tersedia, adalah jagung ragi, bekatul ragi. gaplek, bungkil kelapa, tepung daun turi, tepung tulang, tepung ikan, tepung darah, tepung bulu unggas. tepung bekicot, dan feed suplement. Direncanakan akan dihasilkan susunan makanan jadi yang terdiri atas:
a. makanan udang Diet 1
b. makanan udang Diet 2
c. makanan udang Diet 3
d. makanan udang Diet 4
Perhitungan, taksir kebutuhan sesuai batasan bahan baku yang dibutuhkan:
Jagung ragi 30 kg = 30 x 25,0/100 = 7,50%
Bekatul ragi 10 kg = 10 x 27,6/100 = 2,76%
Tepung gaplek 2 kg = 2 x 1,5/100 = 0.03%
Bungkil kelapa 5 kg = 5 x 20,5/100 = 1.02%
Tepung daun turi 5kg = 5 x 31,7/100 =1.58%
Tepung tulang 4kg = 4 x 12,0/100 = 0.48%
Feed suplement 2kg .............................................. +
Tersedia komposisi 58kg = 3,37%
A. Makanan Diet 1
1. Dari kebutuhan komposisi 100 kg dengan protein 43%, baru tersedia 58 kg dengan protein 13,37%. Persentase kekurangan 29,63/42 x 100 % = 70.55 %.
2. Kekurangan 42 kg akan dipenuhi dengan bahan baku tepung ikan dan tepung bulu.
Protein tepung ikan 53,9 15.95
70,55
Protein tepung bulu 86,5 16.65 +
32.60
Kebutuhan tepung ikan = 15,95/32,60 x 42 kg = 20,5 kg
Kebutuhan tepung bulu = 16,65/32,60 x 42 kg = 21,5 kg
B. Makanan Diet 2
1. Dari kebutuhan komposisi 100 kg dengan protein 39%, baru tersedia 58 kg dengan protein 13,37%. Persentase kekurangan 25,63/42 x 100% = 61%.
2. Kekurangan 42 kg akan dipenuhi dengan bahan baku tepung bulu dan tepung darah.
Protein tepung bulu 86,5 19,1
70,55
Protein tepung darah 80, 1 25,5 +
44,6
Kebutuhan tepung bulu = 19, 1/44,6 x 42 kg= 18 kg.
Kebutuhan tepung darah = 25,5/44,6 x 42 kg= 24 kg.
C. Makanan Diet 3
1. Dari kebutuhan komposisi 100 kg dengan protein 33%, baru tersedia 58 kg dengan protein 1 3,37%. Persentase kekurangan: 19,63/42 x 100% = 46,74%.
2 Kekurangan 42 kg akan dipenuhi bahan baku tepung ikan dan tepung bekicot.
Protein tepung ikan 53,9 14,16
l46,74
Protein tepung bekicot 60,9 7,16 +
21,32
Kebutuhan tepung ikan = 14, 16/21,32 x 42 kg= 28 kg
Kebutuhan tepng bekicot = 7.16/21,32 x 42 kg= 14 kg
D. Makanan Diet 4
1. Dari kebutuhan komposisi 100 kg dengan protein 32%, baru tersedia 58 kg dengan protein 13.37%. Persentase kekurangan: 18,63/42 x 100% = 44,36%.
2. Kekurangan 42 kg akan dipenuhi dengan bahan baku tepung bekicot dan tepung bulu.
Protein tepung bekicot 60,9 42,14
44,36
Protein tepung bulu 86,5 16,54 +
58,68
Kebutuhan tepung bekicot = 42, 14/58,68 x 42 kg = 30 kg
Kebutuhan tepung bulu = 16,54/58,68 x 42 kg= 12 kg
Contoh:Anda sebagai seorang petani kolam yang bermaksud menyusun kornposisi makanan udang. Bahan baku makanan yang tersedia adalah: tepung ikan, tepung rese, tepung bulu; tepung darah, susu bubuk, tepung tulang, feed suptemem, serta jagung ragi dan bekatul ragi.
Direncanakan :
A. Makanan setengah jadi (konsentrat)
B. Analisis rasio campuran untuk Diet 1
C. Analisis rasio campuran untuk Diet 2
D. Analisis rasio campuran untuk Diet 3
E. Analisis rasio campuran untuk Diet 4
Catatan: Jagung ragi dan bekatul ragi akan digunakan sebagai campuran dengan konsentrat.
Jawab perhitungan
T: aksir kebutuhan bahan baku sesuai batasan yang dianjurkan:
Tepung ikan 30kg = 30 x 53.9/100 = 16.16%
Tepung rese 5kg = 5 x 33.2/100 = 1,66%
Tepung bulu 20kg = 20 x 86,5/100 = 17,30%
Tepung darah 10kg = 10 x 80,1/100 = 8,01%
Susu bubuk 5kg = 5 x 35.0/100 = 1.75%
Tepung tulang 4kg = 4 x 12,0/100 = 0,48%
Feed suplement
Tersedia komposisi 2kg = 76 kg = 45,36%
A. Konsentrat
1. Untuk komposisi sebanyak 76 kg memiliki protein 45,36%, jadi untuk komposisi konsentrat
100 kg = 100/76 x 45,36% = 59,68%.
2. Kebutuhanbahan baku untuk konsentrat100 kg, setiap bahan baku adalah: Tepung ikan = 100/76 x 30 kg = 39.50 kg
Tepung rese = 100/76 x 5 kg = 6,50 kg
Tepungbulu = 100/76 x 20 kg = 26,25 kg
Tepungdarah = 100/76 x 10 kg = 13,25 kg
Susu bubuk = 100/76 x 5 kg = 6,50 kg
Tepungtulang = 100/76 x 4 kg = 5,25 kg
Feed suplement = 100/76 x 2 kg = 2, 75 kg + Komposisi konsentrat protein 59,58% = 100,00 kg
8. Rasio campuran makanan Diet 1
1. Taksir untuk konsentrat 60 kg. Protein konsentrat 60 x 59.68/100 = 35.80%.
2. Dari kebutuhan komposisi 100 kg dengan protein 43%, baru tersedia 60 kg dengan protein 35.80%. Persentase kekurangan 7.2/40 x 100% = 18%.
3. Campuranbahan bakuyang akan digunakanadalahjagung ragi dan bekatul ragi.
Jagung ragi 25 9,6
Bekatul 27.6 7,0 +
16.6
Kebutuhan jagung ragi 9.6/16,6 x 40 kg= 23 kg
Kebutuhan bekatul ragi 7.0/16.6 x 40 kg= 17 kg
C. Rasio campuran makanan Diet 2
1. Taksir untuk konsentrat 50 kg
Protein konsentrat 50 x 59,68/100 = 29,84%
2. Dari kebutuhan komposisi 100 kg dengan protein 39%, baru tersedia 30 kg dengan protein 29,84%.
Persentase kekurangan 9.16/50 x 100% = 18,32%
3. Campuran bahan baku yang akan digunakan adalah jagung ragi dan bekatul ragi.
Kebutuhan jagung ragi 9.28/15.96 x 50kg = 29 kg
Kebutuhan bekatul ragi 6,68/15,96 x 50 kg = 21 kg
D. Rasio campuran makanan Diet 3
1. Taksir untuk konsentrat 45 kgProtein konsentrat 45 x 59,68/100 = 26,86%
2. Dari kebutuhan komposisi 100 kg dengan protein 33%, baru tersedia 45 kg dengan protein 26,86%. Persentase kekurangan 6, 14/55 x 100% = 11, 16%.
3. Campuran bahan baku yang akan digunakan adalah jagung ragi dan bekatul ragi.
Kebutuhan jagung ragi 1 6,44/30,38 x 55 kg = 30 kg
Kebutuhan bekatul ragi 13,84/30,38 x 55 kg = 25 kg
E. Rasio campuran makanan Diet 4
1. Taksir untuk konsentrat 40 kgProtein konsentrat 40 x 59,68/100 = 23,87%.
2. Dari kebutuhan komposisi 100 kg dengan protein 32%, baru tersedia 40 kg dengan protein 23,87%.
Persentase kekurangan 8, 13/60 x 100% = 13,55%.
3. Campuran bahan baku yang akan digunakan adalah jagung ragi dan bekatul ragi.
Kebutuhan jagung ragi 14,05/25,50 x 60 kg = 33 kg
Kebutuhan bekatul ragi 11 ,45/25,50 x 60 kg = 27 kg
Tabel 5.4 KomposisKi onsentrat
Bahan Baku Jumlah
Kebutuhan (kg)
Tepung ikan 39,50
Tepung rese 6,50
Tepungbulu 26,25
Tepung darah 13,25
Susu bubuk 6,50
Tepung tulang 5,25
Feed suplement 2,75
Konsentrat protein 59,68% 100,00
Tabel 5.5 Rasio Campuran Makanan Udang
Keteranga Jagung ragi (%) Bekatul ragi Konsentrat (%)
Makanan Diet 1 60 23 17
Makanan Diet 2 50 29 21
Makanan Diet 3 45 30 25
Makanan Diet 4 40 33 27
F. Membuat Pakan Bentuk Crumbles dan Pellet
Makanan udang galah yang dibesarkan di kolam budi daya, agar memenuhi persyaratan ekonomis dalam penggunaan dan manfaat, dapat dibuat dalam bentuk crumbles atau bentuk pellet.
Keuntungan dari penggunaan makanan udang bentuk crumbles dan pellet adalah dapat tenggelam sampai ke dasar kolam dan tepi mengalami perubahan fisika dan kimia selama proses pengolahan.
Prinsip pembuatan makanan udang bentuk crumbles dan pellet cukup sederhana, yakni semua bahan baku makanan dibuat menjadi bentuk tepung halus. Bahan baku tersebut dimasukkan dalam mixer dan diaduk merata. Setelah itu dikelua_rkan dan dipanasi dengan uap pada temperatur sekitar 90QC. Selama proses penguapan, bahan baku yang kaya karbohidrat langsung menjadi perekat.
Dalam bentuk adonan komposisi yang setengah basah setelah dikeluarkan dari proses penguapan, adonan digiring lewat lubang sempit ukuran diameter pellet., dibawa ban berjalan melewati oven, dan akhirnya sampai ke terminal pengemasan. Dan pada tahap pengemasan tersebut, makanan bentuk pellet sudah dalam keadaan kering.
Proses dan cara pembuatan makanan udang bentuk pellet, secara sederhana dapat juga dilakukan oleh petani kolam. Adapun persyaratan yang diperlukan adalah sebagai berikut.
• Semua bahan baku makanan dijadikan tepung halus.
• Alat penguapan dapat dibuat dari drum yang dimodifikasi seperti alat penanak nasi.
• Alat pencetak pellet dapat digunakan alat penggiling daging. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut:
• Bahan baku yang sudah dijadikan tepung diaduk sampai merata.
• Dipanasi dengan uap sampai terlihat setengah basah.
• Didinginkan, tapi jangan terlalu dingin dan beku.
• Selanjutnya dimasukkan ke dalam alat penggiling daging. Alat penggiling diputar dan adonan setengah basah ditekan-tekan. Makanan bentuk memanjang dapat dipotong dengan pisau tipis atau kawat kecil.
• Makanan udang yang sudah berbentuk pelletdan masih setengah basah dapat dikeringkan dengan sinar matahari.
• Untuk membuat makanan udang bentuk crumbles, makanan bentuk
• pellettersebut diremas-remas, sehingga menjadi remah.
• Pengemasan atau pengantongan dapat dilakukan bila makanan yang dijemur sudah cukup kering.
G. Pengemasan Pakan Udang Komersial
Pada umumnya makanan udang yang dikomersialkan atau diperdagangkan, dikemas dengan bahan pengemas yang sesuai, bersih, kering, dan dijahit kuat dengan berat 2 kg sampai 20 kg.
1. Pemberian merek,
di bagian luar kemasan dengan tulisan yang tidak mudah luntur, tertulis jelas, seperti:• nama barang,
• nama/kode dan alamat perusahaan,
• jenis makanan,
• bentuk makanan (crumbles, pellet),
• berat bersih (netto),
• kode tanggal produksi,
• tanggal kedaluwarsa.
2. Pemberian merek.
di bagian dalam kemasan dengan diberi label yang tidak mudah luntur, tertulis jelas, seperti:a komposisi bahan pokok.
b. komposisi zat makanan:
- kadar protein kasar dalam persen
- kadar lemak kasar dalam persen
- kadar serat kasar dalam persen
- kadar abu tidak larut dalam asam
- feed suplement (antibiotika dan zat-zat lain)
c. cara penggunaan makanan
d. cara penyimpanan makanan
3. Rekomendasi penggunaan zat pengawet (antioksidan) makanan, harus sesuai dengan yang diizinkan.
H. Pengujian Kualitas Pakan Udang
Pengujian makanan udang hasil ramuan sendiri merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh petani kolam. Hal ini untuk meyakinkan apakah makanan hasil ramuan sendiri tersebut sudah layak kualitasnya dan secara ekonomis memadai dengan pakan udang komersial. Setelah ada kepastian tentang kualitas dari pakan udang tersebut, tindakan selanjutnya adalah: Apakah formulasi perlu diperbaiki atau dapat dipertahankan lebih lanjut?
Pada prinsipnya untuk menguji kualitas makanan udang, pertama kali adalah menguji pakan udang tersebut di lapangan.
Secara um urn yang diperlukan untuk pengujian adalah sebagai berikut.
1. Data laju pertumbuhan udang per hari yang diberi makanan percobaan. lni dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus: Untuk laju pertumbuhan per hari (%)
Lp = W (B/wo) – 1) x 100
Bo
2. Data efisiensi makanan, menyangkut efisiensi penggunaan makanan percobaan untuk udang. lni dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus: Untuk efisiensi makanan (%)
En= ((B+ Bt)-Bo)/Tm x l00
Keterangan:
Bo = Berat tubuh awal dalam gram
B = Berat tubuh akhir dalam gram
Bt = Berat mati dalam gram
W = Waktu yang dibutuhkan dalam pengujian
Tm = Total makanan yang dihabiskan dalam gram
Penggunaan rumus-rumus tersebut umumnya untuk uji banding dengan menggunakan analisis "Multiple Comparisons", yang bermanfaat untuk mendeteksi seberapa jauh mean-meandata kelompok itu berbeda satu dengan lainnya. Cara ini sangat kurang praktis bagi yang tidak memahami statistik.
Berdasarkan alasan di atas, maka dapat dipergunakan modifikasi terapan yang lebih sederhana perhitungannya yang prinsipnya tetap berpegang pada kemampuan memberi pertimbangan ekonomis.
Bab 6 Teknis pengelolaan Budi Daya Udang Galah
Setelah kita pelajari berbagai hal mengenai teknik-teknik mempersiapkan kegiatan budi daya udang galah. Sampailah kita pada pembicaraan utama kita yaitu teknis pengelolaan, termasuk di dalamnya yaitu bagaimana memelihara udang galah dimulai dari tebar benih hingga pemungutan hasil. Berikut urutan kegiatan pengelolaan akan dijelaskan setahap demi setahap.
A. Persiapan
Beberapapersiapanuntukmengawali usahabudi daya udanggalah haruscukup lengkap. Hal-hal.yang dianggap dapat menjadi kendala dalam pengelolaan harus dihindarkan sejauh mungkin. Persiapan yang berkaitan dengan pengelolaan adalah sebagai berikut.
1. Sasaran Produksi
Sasaran produksi udang galah yang ingin dicapai harus sesuai dengan kemampuan modal dan keterampilan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan modal kerja dan untuk menghindaripengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu.
Sebagai petunjuk sederhana untuk memperhitungkan proyeksi produksi hasil panenan udang galah dapat digunakan rumus berikut ini.
Jb = (x/0,03) + 50% (x/0,03)
Keterangan:
Jb = Jumlah benih udang galah yang dibutuhkan.
X = Sasaran produksi panen yang akan dicapai per hektar kolam.
0.03 = lndeks pertumbuhan udang galah yang dipelihara dalam kolam.
50% = Jumlah mortalitas udang galah yang dipelihara sampai usia 5 - bulan.
Contoh:
Anda bermaksud membuka usaha budi daya udang galah yang ingin memproyeksikan produksi panen udang 1 ton per hektar kolam.
Ditanyakan:
Berapa jumlah benih udang galah yang diperlukan untuk sasaran produksi 1 ton per hektar kolam?
Jawab:
Jb = (x/0,03) + 50% (x/0,03)
Jb = 1000/0,03 + 50%(1000/0,03) = 50.000 ekor benih.
Dari analisis di atas, dapat dijadikan pedoman untuk pemesanan jumlah benih udang galah yang harus disediakan untuk sasaran produksi 1 ton per hektar.
Tabel 6.1 Sasaran Produksi Panen dan Jumlah Benih yang
Diperlukan (ekor/ha/MT)
Sasaran Produksi Panen/ha Jumlah Benih (ekor}
1 ton 50.000
1,5 ton 75.000
2,0 ton 100.000
2,5 ton 125.000
3,0 ton 150.000
2. Peralatan Budi Daya Udang Galah
Peralatan kolam adalah penunjang utama pengelolaan budi daya udang galah. Ada dua kelompok peralatan yang diperlukan untuk budi daya udang galah, yakni peralatan kolam dan peralatan panen. Perincian peralatan untuk kolam seluas 3 ha, adalah sebagai berikut.
a. Peralatan kolam
1) Tugal 5 buah
2) Sekop 2buah
3) Palu besi 1 buah
4) pH meter 1 buah
5) Cangkul 3buah
6) Secchi Disc 1 buah
7) Pa rang 5buah
8) Kapak 2buah
9) Gergaji 1 buah
10) Anco 30 buah
11 ) Thermometer 3buah
12) Jaring halus 50 buah
13) Aerator 6buah
14) Generator 1 buah
15) Pompa mesin 1 buah
b. 16) Pondok jaga
Peralatan panen 1 buah
1) Drum plastik 10 buah
2) Ember plastik 20 buah
3) Jaring sodor 6buah
4) Keranjang plastik 30 buah
5) Tangga 6buah
3. Pengeringan dan Perbaikan Kolam
Pengeringan dan perbaikan kolam umumnya dilakukan secara bersamaan, yakni sesudah dipanen dan menjelang musim tanam baru. Tujuan pengeringan kolam adalah untuk menguraikan senyawa-senyawa sulfida dan senyawa beracun lain akibat dari proses perendaman selama musim tanam berlangsung. Selain itu, pengeringan kolam juga untuk memberi kesempatan terjadinya pertukaran udara. Dengan demikian dasar kolam kembali beroksigen, yang memungkinkan terjadinya proses mineralisasi, sekaligus memberantas benih- benih ikan liar yang merugikan kehidupan udang galah.Pengeringan kolam harus mudah dilaksanakan, maka pematang, saluran- saluran air dan pintu-pintu air harus selalu dikontrol dan diadakan perbaikan bila ada yang tidak beres. Dengan cara demikian, maka proses pengeringan bisa dilakukan dengan baik.
Pengeringan kolam memerlukan waktu sekitar 1 - 2 minggu, dan pengeringan diusahakan jangan sampai terlalu kering, cukup bila tanah dasar kolam terlihat sudah retak-retak dan bila terinjak masih melesak. Pengeringan kolam yang tidak sempurna akan berpengaruh kurang baik setelah kolam diisi air, terutama kolam mudah tercemar. Oleh karena itu, pengeringan kolam jangan sampai terlalu kering dan berdebu.
4. Menetralkan Kolam Asam
Kolam yang asam atau memiliki pH kurang dari 6,8 harus dinetralkan terlebih dahulu sebelum dipakai untuk memelihara udang galah. Jika kolam asam dipergunakan sebagai tempat budi daya udang galah, akan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup udang galah.Udang galah yang dipelihara di kolam asam, untuk bisa bertahan hidup harus mengeluarkan lendir sebagai usaha melindungi lapisan epithel. Lapisan lendir tersebut dapat menyebabkan pertukaran gas tidak bisa berlangsung secara normal. Dalam kondisi demikian akan semakin buruk pengaruhnya, sebab ion hidrogen yang banyak terdapat pada kolam asam akan tersedot masuk melalui insang. Jika toleransi terlalu tinggi, maka pH darah udang galah akan menjadi rendah, akibatnya udang akan mati karena tidak mampu mengikat oksigen dalam jumlah cukup. Kalaupun ada udang galah yang masih sanggup hidup sampai panen, kualitas cangkangnya tentu jelek karena mengalami defisiensi karbonat yang sangat diperlukan untuk pengeras cangkang.
Salah satu cara yang cukup ekonomis untuk menetralkan kolam yang tanahnya bereaksi masam adalah dengan pen.gapuran. Tujuan dari pengapuran adalah sebagai berikut.
- Menormalkan asam-asam bebas dalam air, sehingga tingkat keasaman dapat meningkat.
- Menjadi penyangga, serta menutup kemungkinan terjadinya goncangan pH mair/tanah yang mencolok.
- Mendukung kegiatan bakteri pengurai bahan organik, supaya garam dan zat hara terbebas.
- Mengendapkan koloid yang melayang-layang dalam air kolam.
Pengapuran kolam yang bereaksi masam dapat dilakukan ketika perbaikan pematang dan pintu air sebelum pengeringan kolam. Agar memperoleh hasil yang optimal, pengapuran dapat dilaksanakan sebagai berikut.
- Tanah dasar kolam digali sekitar 0, 10 m dalamnya, selanjutnya dicampur dengan kapur mentah (CaO) dan diaduk.
- Pengadukan harus dilakukan dengan balk hingga tanah menjadi adonan yang homogen dan sempurna.
- Apabila adonan telah sempurna, tanah tersebut bisa dikembalikan dan diratakan kembali.
- Pengapuran selalu dilakukan setiap akan mengawali musim tanam baru.
5 Pengendalian Hama Kolam
Pengendalian hama dalam budi daya udang galah, merupakan salah satu prioritas. Bila pengendalian hama ini dilakukan dengan baik bisa dihindarkan risiko kerugian.Hama kolam dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yakni:
- hama pengganggu, merupakan hama yang merusak lingkungan kolam, seperti: bangsa ketam dsb.
- hama penyaing, merupakan hama yang dapat menyaingi udang galah, baik tempat maupun makanan, seperti: bangsa siput dan lain-lain.
- hama pemangsa, merupakan hama yang paling berbahaya dan sangat merugikan, seperti: ikan buas dan benihnya.
Pengendalian hama kolam dapat dilakukan secara terpadu. baik secara mekanis maupun secara kimiawi. Pengendalian hama secara mekanis bisa dilakukan bersamaan pada saat pengeringan kolam atau perbaikan kolam. Hama kolam langsung dicari, ditangkap dan dimatikan. Pengendalian hama kolam dapat juga dengan menggunakan racun nabati atau kimiawi.
Racun nabati yang bisa digunakan untuk mengendalikan hama kolam umumnya berupa perasan (ekstrak). Di antaranya yang cukup dikenal adalah sebagai berikut.
1) Akar Tuba (Derris eliptica)
Akar tuba sangat efektif untuk mengendalikan benih dan ikan buas yang dapat menjadi pemangsa udang galah. Racun akar tuba dapat bereaksi dan terurai dalam waktu yang cepat, maka penggunaan racun akar tuba sangat efektif. Cara memperoleh racun akar tuba adalah sebagai berikut.- Akar tuba dipotong kecil-kecil, kemudian direndam dalam air selama 24 jam.
- Akar tuba diparut lembut.
- Dimasukkan dalam air.
- Diremas-remas sehingga airnya menjadi putih.
- Disaring ampasnya dan hanya diambil airnya yang berwarna putih.
- Air akar tuba (ekstrak) bisa langsung digunakan. Cara menggunakannya adalah sebagai berikut.
- Kolam dikeringkan, kemudian diisi air dengan kedalaman 0, 15 -0,20m.
- Siramkan air ekstrak akar tuba secara merata di permukaan air kolam.
- Setelah berselang 1 minggu, kolam sudah cukup aman untuk ditebari benih udang galah.
2) Tembakau (Nikotina tabacum)
Efektivitas racun tembakau untuk mengendalikan hama kolam sama seperti akar tuba yang bisa digunakan untuk mengendalikan ikan buas yang menjadi pemangsa udang galah. Cara untuk memperoleh dan menggunakan racun tembakau adalah sebagai berikut.- Daun tembakau dirajang lembut.
- Tebarkan rajangan tembakau tersebut merata di permukaan kolam, setelah kolam diairi sedalam 0, 15 - 0,20 m. Dalam waktu 7 hari racun tembakau akan terurai.
- Biarkan air kolam menguap sampai habis. Setelah itu kolam dapat diisi air lagi dan sudah aman untuk ditebari bibit udang galah.
6. Pemupukan Kolam
Pada prinsipnya pemupukan kolam adalah untuk merangsang pertumbuhan makanan alami, terutama plankton nabati. Pemupukan kolam dapat dilakukan dengan pupuk organik dan pupuk nonorganik. Yang termasuk pupuk organik adalah pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, atau pupuk yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan sisanya. Sedangkan pupuk nonorganik adalah pupuk buatan atau pupuk yang diproduksi oleh pabrik.Penggunaan pupuk organik sering dianggap kurang ekonomis, sebab memerlukan jumlah pupuk yang cukup banyak. Keuntungan penggunaan pupuk organik selain dapat menyuburkan tanah dasar kolam dan memperbaiki struktur tanah, efek sampingnya hampir tidak ada. Penggunaan pupuk nonorganik memang lebih praktis, baik dalam jumlah maupun penggunaan.
Jenis pupuk nonorganik yang sering digunakan petani adalah TSP (triple superfosfat), DS (double superfosfat), ES (engkel super-fosfat), ZA (zwarvelzuur ammonia), FMP (fused manganesium phosfate), Urea, ASN (amonium sulfat nitrat), dan sebagainya.
Penggunaan pupuk nonorganik, seperti Urea dan TSP adalah salah satu alternatif. Keduajenis pupuk buatan tersebut mudah dicari di pasaran. Pupuk Urea merupakan sumber nitrogen, sedangkan pupuk TSP merupakan sumber fosfat. Maka penggunaan pupuk Urea lebih sedikit daripada pupuk TSP.
Pupuk Urea yang memiliki rumus kimia CO(NH2)2 dibuat dari bahan dasar amonia (NH3) dan karbondioksida (C02). Urea termasuk jenis pupuk yang berkadar N tinggi, yakni mencapai 45 %. Dengan demikian, pupuk Urea akan diubah oleh jasad renik menjadi arnonla yang mudah diserap. Pengaruh terhadap keasaman tanah relatif kecil, walaupun digunakan secara terus- menerus.
Pupuk TSP memiliki rum us kimia Ca3(PO)3 yang merupakan sumber P
dalam bentuk P 205 sebanyak 46 %. Pupuk ini larut dalam air dan tidak mempengaruhi pH tanah, dan bereaksi lambat.
Untuk pemupukan, dasar kolam membutuhkan pupuk Urea sebanyak 25 kg dan TSP sebanyak 100 kg untuk setiap hektar kolam. Pemupukan dilakukan setelah pengeringan kolam. Caranya ialah dengan lebih dahulu mengairi kolam sedalam 0, 10 m, kemudian pupuk ditaburkan secara merata ke seluruh permukaan air kolam.
B. Penyesuaian (Aktimatisasi) Benih Udang Galah
Benih udang galah yang baru didatangkan perlu penyesuaian dengan lingkungan yang baru. Kondisi ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi benih udang galah bertujuan untuk menekan jumlah kematian benih. Benih udang galah yang tidak memperoleh perlakuan aklimatisasi, mortalitasnya dapat mencapai 50%.Suhu air untuk aklimatisasi sekitar 26°C, dan air diam bi I dari kolam, supaya jika benih dipindahkan ke dalam kolam tidak mengalami stres. Dalam temperatur tersebut metabolisme benih udang galah berkurang, sehingga dapat mengurangi agresivitasnya dan sifat kanibalismenya.
Agar lingkungan tetap sejuk, tangki aklimatisasi bisa diberi atap dan sekeliling halaman ditanami pohon perdu. Aklimatisasi dilakukan selama 3 hari. Selama itu lingkungan harus tenang, gelap, dan tidak terganggu. Hal itu karena
benih udang galah yang masih kecil sangat peka dan mudah kaget. Maka untuk mengatasi hal itu, dinding dan dasar tangki aklimatisasi bisa dicat warna biru laut atau coklat gelap.
Selama berada dalam tangki aklimatisasi, benih udang membutuhkan oksigen lebih banyak untuk proses metabolisme. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen ini, dilakukan dengan dua cara, yakni:
1.dengan pengaliran air secara kontinu, yakni mensuplai air segar ke dalam tangki aklimatisasi, dan melalui pipa bagian bawah (di dasar tangki), air dikeluarkan. Dengan cara demikian oksigenisasi dapat berlangsung, karena air baru membawa oksigen.
2. dengan aerasi, yakni mensuplai oksigen dengan aerator. Aerator ditempatkan
0, 10 m dari dinding tangki, dan agar semburan gelembung udara yang terpantul dari dinding tidak terlalu keras dan membahayakan benih udang galah, ujung pipa aerator dapat dilindungi dengan batu penyemprot. Dengan cara demikian, aerasi dapat berlangsung dengan baik.
Selama dalam tangki aklimatisasi, benih udang galah sebanyak 10.000 ekor dapat diberi makanan dengan takaran sebagai berikut.
• Hari pertama 0,6 kg.
• Hari kedua 1,2 kg.
• Hari ketiga 1,8kg.
Pemberian pakan harus dilakukan secara bertahap atau sedikit demi sedikit, supaya tangki aklimatisasi tidak cepat kotor. Pada hari ke-4, di pagi hari atau sore hari, benih udang galah sudah dapat dipindahkan ke kolam pendederan.
C. Tata laksana Pendederan
Sebelum benih udang galah dipindahkan ke tempat pendederan, tempat pendederan harus sudah disiapkan sehari sebelumnya. Kolam pendederan dipasang rumpon-rumpon dari daun kelapa atau ranting pucuk bambu. Dengan cara demikian, benih udang galah tidak akan berkumpul di satu tempat, mengurangi kecenderungan saling memangsa, tempat berlindung dari sengatan matahari pada siang hari, dan untuk tempat persembunyian saat berganti cangkang. Apabila semua ini sudah siap dan temperaturnya sudah cocok, yakni26°C, benih udang galah dapat dipindahkan ke kolam pendederan.
Pemindahan benih udang galah ke tempat pendederan bisa mempergunakan ember plastik. Pemindahan dilakukan dengan cara mengambil benih bersama dengan air dalam tangki aklimatisasi tersebut, kemudian ember ditenggelamkan pelan-pelan ke dalam kolam pendederan dan diangkat dalam posisi terbalik.
Pendederan benih udang galah yang ideal adalah 100 - 150 ekor/ m2, dan selama pendederan (4 minggu) mortalitasnya tidak lebih dari 20%. Pemberian makanan buatan untuk benih udang selama di tempat pendederan dapat dilakukan 6 kali sehari. Makanan yang tepat adalah Diet 1 bentuk crumbles (remah). Cara pemberiannya adalah dengan menaburkan makanan tersebut ke tempat pendederan secara merata. Takaran pemberian makanan adalah sebagai berikut. Usia pendederan 1 - 10 hari adalah 200 % berat tubuh. Usia pendederan 11 - 20 hari adalah 100 % dari berat tubuh. Usia pendederan 21 -
30 hari adalah 50 % dari berat tubuh.
Takaran atau dosis makanan tersebut memang sulit dilakukan secara tepat, sebab benih udang galah relatif masih kecil dan sangat peka apabila diambil sebagai sampel untuk ditimbang berat tubuhnya. Namun, bila memberikan takaran makanan terlalu banyak, makanan yang tersisa akan membusuk dan tidak efisien. Sebaliknya, bila memberi makanan terlalu sedikit, benih udang galah akan kelaparan dan timbul sifat kanibalismenya. Oleh karena itu, bagi petani kolam yang belum berpengalaman atau ragu-ragu memberi taksiran jatah makanan, dapat mempergunakan pedoman praktis untukjatah makanan udang galah yang dipelihara usia pendederan seperti diperlihatkan pada tabel berikut.
D. Tatalaksana Buyaran Pembesaran
Setelah melewati periode pendederan selama 30 hari, pemeliharaan selanjutnya adalah pemeliharaan Buyaran- Pembesaran. Jika tempat pendederan dibuat dengan sistem jaring apung, maka hanya tinggal membuka jaring tersebut. Cara membuka jaring harus dilakukan pada pagi atau sore hari, sesudah matahari ~, terbenam atau sebelum matahari terbit.
Kepadatan udang galah untuk periode Buyaran adalah 5 ekor/m2, dan dapat dilakukan tanpa bantuan aerator. Tapi jika kepadatan tinggi atau sekitar 15 - 20 ekor/m2 diperlukan bantuan 4 aerator sebagai usaha penyediaan oksigen dan mempertahankan air kolam dalam suhu ideal. Mortalitas 20 % selama periode Buyaran-Pembesaran masih tergolong normal, khususnya untuk kepadatan tinggi.
Selama periode Buyaran - Pembesaran, pemberian makanan dilakukan 4 kali sehari dengan dosis atau standar takaran sebagai berikut.
• Usia Buyaran 1 - 15 hari adalah 10 % dari berat tubuh.
• Usia Buyaran 16 - 30 hari adalah 8 % dari berat tubuh.
Jenis makanan usia Buyaran adalah makanan Diet 2, bentuk crumbles (remah). Pemberian dapat dilakukan dengan penebaran atau lewat anco.
Anco Tempat Meletakkan Makanan dan Pengambilan Sampel Udang
Untuk periode pembesaran, jenis rnakananyanq diberikan adalah Diet 3 bentuk pellet (pil), dengan dosis atau standar takaran sebagai berikut.
• Usia Pembesaran 1 - 15 hari adalah 6 % dari berat tubuh.
• Usia Pembesaran 16 - 25 hari adalah 4 % dari berat tubuh.
Pengelolaan udang galah periode Buyaran dan Pembesaran tidak jauh berbeda. Penggantian air dilakukan setiap 3 hari sekali. Pemanenan dapat dilakukan setelah udang galah mencapai usia sekitar 4,5 bulan, dan setiap kilogram berisi sekitar 25 - 35 ekor udang galah.
E. Efisiensi Penggunaan Pakan Udang Galah
Pemberian pakan pada udang galah harus merata. Setiap individu udang I memperoleh bagian makanan yang sama. Hal ini mungkin lebih mudat kita asumsikan ukuran udang sama, paling tidak pada awal penebaran.
Cara pemberian pakan yang merata dapat menghindari terjadinya kornp. dalam memperoleh makanan. Apabila kompetisi dapat dihindari, berarti kanibalisme udang galah dapat dikurangi. Kompetisi dalam mencari mak dan sifat kanibalisme udang akan semakin mencolok apabila ukuran udang tidak seragam. Udang galah yang besar mempunyai kemampuan dan ukuran mulut lebih besar, lebih mudah memperoleh makanan dan dapat tumbuh pesa Sedangkan yang kecil akan semakin terhambat pertumbuhannya, karena kuran, mendapat makanan. Oleh karena itu, pemberian makanan secara merata harus dilaksanakan seawal atau sedini mungkin.
Sebagai alat kontrol, dalam pemberian pakan perlu dipasang anco. Dengan pertolongan anco, dapat diketahui makanan yang diberikan sudah tepat atau belum, baik dalam jumlahnya maupun frekuensinya. Dengan demikian, pemberian pakan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan udang. Untuk mempermudah pemberian pakan secara merata, dapat menggunakan jembatan bambu. Untuk kolam yang luas, pemberian pakan dapat menggunakan perahu untuk menyebarkan makanan secara merata.
Jadwal pemberian pakan juga menentukan keberhasilan usaha budi daya udang galah. Seperti pada organisme hidup lainnya, udang galah mempunyai tingkah dan kebiasaan makan tersendiri. Udang galah sangat aktif mencari makanan pada malam hari. Dari alasan tersebut, sangat dianjurkan bahwa pemberian pakan pada udang galah pada saat masih ada intensitas sinar matahari, jatah pemberian pakan tidak boleh lebih dari 40 % dari jatah total harian. Sedangkan pada malam hari diberikan 60 % dari total jatah harian.
Waktu pemberian pakan pada udang galah harus disesuaikan dengan umur, ukuran, kecepatan metabolisme dan kecepatan makannya. Pemberian pakan juga harus dalam jumlah yang cukup.
Jumlah pakan yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal berbeda untuk setiap periode perkembangan udang galah. Untuk udang galah yang masih muda, persentase jumlah pakan yang dibutuhkan lebih besar daripada berat tubuhnya. Hal itu karena, udang galah muda dalam masa pertumbuhan lebih banyak membutuhkan pakan untuk menyempurnakan dan memperbanyak sel.
BACA JUGA "PELUANG USAHA BUDI DAYA LOBSTER AIR TAWAR"
F. Evaluasi Produktivitas Kolam
Setelah pemanenan udang galah, maka sebelum merencanakan musim tanam selanjutnya para petani perlu melakukan evaluasi sebagai kontrol pengelolaan selama pemeliharaan. Apakah hasil pengelolaan sudah mencapai sasaran yang diharapkan atau masih banyak kekurangan yang memerlukan peningkatan, baik yang menyangkut masalah teknis ataupun ekonomi. Hasil evaluasi tersebut dapat dipakai untuk tolok ukur keberhasilan. Pedoman evaluasi berdasarkan jumlah penebaran benih udang galah dan produktivitas hasil pengelolaan kolam dapat dilihat pada tabel berikut ini.LANJUTKAN MEMBACA
Panen dan penanganan pascapanen Udang galah
ARTIKEL LINK DI BAWAH
PELUANG USAHA BUDI DAYA UDANG GALAH LENGKAP SAMPAI KE AKARNYA