serbabawang.blogspot.com. Dunia perikanan kita kaya akan satwa laut maupun satwa air tawar. Keanekaragaman tersebut salah satunya ialah lobster air tawar. Selama ini kita barangkali hanya mengenal lobster yang hidup dan dihasilkan dari laut. Berbeda dengan lobster dari laut, budi daya lobster air tawar dari perikanan air tawar dalam pemeliharaannya tentu membutuhkan cara-cara tersendiri. Hari ini kita akan bahas secara lengkap PELUANG USAHA BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR MENJANJIKAN.
Di Indonesia budidaya lobster air tawar, dapat dikatakan sesuatu usaha yang masih baru, khususnya lobster dari jenis Cherax quadricarinatus yang lebih dikenal dengan sebutan red claw. Red claw (Lobster air tawar) bukan berasal dari Indonesia tetapi dari Queensland, Australia.
Di dalam artikel Peluang Usaha Budi Daya Lobster Air Tawar ini di dalamnya menguaraikan secara praktis pengenalan usaha budi daya lobster air tawar, mengenal jenis-jenis lobster air tawar, mempersiapkan lokasi dan perlengkapan budi daya lobster air tawar, cara-cara pembenihan dan perbesaran lobster air tawar, serta masa panen dan pemeliharaan pasca panen lobster air tawar.
Peluang untuk berwirausaha budi daya lobster air tawar ini masih sangat besar guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan buku yang dapat menjadi pedoman dalam perintisan wirausaha budi daya udang lobster air tawar agar dapat melakukan praktek usaha secara benar, terarah, dan menghindarkan kerugian. Sebab kita tahu, bahwa kerugian dalam berbisnis apapun termasuk berbisnis udang lobster air tawar ini bukan hanya ketika kita gagal mendapatkan order dan konsumen, tetapi banyak juga karena sejak awal proses pembibitan/pembenihan atau perbesaran lobster sudah salah atau gagal melakukannya.
Kami berharap, dengan hadirnya artikel ini dapat menjadi pedoman, motivasi, sekaligus inspirasi bagi remaja dan pemuda serta pelajar untuk berwirausaha secara mandiri, sehingga kelak dapat menjadi pengusaha yang mandiri dan sukses.
A. MENGENAL PELUANG USAHA BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR
Di Indonesia budidaya lobster air tawar, dapat dikatakan sesuatu usaha yang masih baru, khususnya lobster dari jenis Cherax quadricarinatus yang lebih dikenal dengan sebutan red claw. Red claw (Lobster air tawar) bukan berasal dari Indonesia tetapi dari Queensland, Australia.
Selain di Queensland Australia, red claw juga ditemukan tersebar di Amerika Serikat sampai perairan Papua, lndonesia,meskipun jumlahnya relative sedikit. Red claw memang tergolong lobster air tawar yang memiliki keunikan. Keunikannya terlihat dari warna tubuh yang biru laut cerah, seperti layaknya bangsa-bangsa ikan yang hidup di air laut. Padahal, warna biru laut seperti itu, jarang sekali dapat kita temukan pada bangsa-bangsa ikan yang hidup di airtawar. Karena warna tubuhnya yang indah itulah, lobster air tawar ini di samping dibudidayakan sebagai udang konsumsi, banyak orang yang memanfaatkannya sebagai ikan hias yang dipelihara di akuarium-akuarium sebagai hiasan di rumah.
A. Potensi Budi Daya Lobster Air Tawar (Red Claw) di Indonesia.
Sebelum dijelaskan lebih jauh mengenai teknis pembudidayaannya, berikut akan diulas terlebih dahulu mengenai potensi budi dayanya di In- donesia jika ditinjau dari teknik pemeliharaan, kondisi iklim, dan ketersediaan sumber daya alam yang menunjang maupun dari segi ekonomi.
1. Teknik Pembudidayaan Relatif Mudah dibandingkan Udang Jenis Lain
Lobster yang dikenal oleh masyarakat selama ini adalah udang karang yang berasal dari tangkapan di laut dan belum bisa di budidaya. Udang yang berukuran cukup besar tersebut sengaja ditangkap oleh para nelayan untuk dijual di pasar dalam negeri dan ekspor. Selain lobster air laut, sebenarnya terdapat banyak jenis lobster air tawar yang juga memiliki ukuran dan bentuk tubuh hampir sama dengan lobster air laut.
Lobster air tawar memiliki keunggulan lebih dibandingkan dengan lobster air laut. Misalnya, lobster air tawar sudah bisa di budidaya, sedangkan lobster air laut belum bisa di budidaya.
Jika dibandingkan dengan jenis udang lainnya seperti udang windu dan udang galah, lobster air tawar lebih mudah di budidaya ini dapat dilihat dari teknik budidaya yang diterapkan cukup sederhana.
Pemeliharaan lobster air tawar biasanya di dalam kolam. Proses pembudidayaan nya tidak terlalu sulit dibanding dengan pembudidayaan jenis udang lainnya sehingga bisa dilakukan oleh siapa saja yang tertarik mengusahakan nya. Lobster air tawar bias di budidaya di akuarium maupun di kolam dan tidak dibutuhkan lahan yang luas. sementara proses pembudidayaan udang windu atau udang galah membutuhkan teknik khusus dan lahan yang luas.
Kelebihan lain lobster air tawar yaitu karakternya tidak mudah stres dan tidak mudah terserang penyakit. Asalkan kebutuhan pakan, kualitas air, dan kebutuhan oksigen terpenuhi maka lobster dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat.
Lobster air tawar sebenarnya sudah lama dibudidayakan di habitat aslinya, Queensland, Australia dan perairan Amerika Serikat. Di Indonesia, budi daya lobster air tawar baru mulai dirintis pada tahun 1991. Itu pun masih terbatas dilakukan oleh beberapa peternak karena adanya kendala keterbatasan jumlah induk yang tersedia di pasaran dalam negeri. Induk - induk lobster yang di budidaya masih harus didatangkan langsung dari negara produsen nya, Australia.
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi budi daya, maka sejak awal tahun 2003 budi daya lobster air tawar semakin berkembang. lni terlihat dari munculnya sejumlah peternak yang bisa melakukan pembudidayaan lobster air tawar. Dari satu orang peternak kemudian menyebar ke peternak- peternak lainnya. Dari hanya berpusat pada satu kota, kini sudah hampir bisa ditemukan peternak lobster di kota-kota besar lainnya. Sejak saat itulah, usaha budi daya lobster air tawar mulai berkembang.
2. Kondisi iklim dan Sumber Daya Alam Indonesia Mendukung
Red claw sendiri, pada dasarnya dapat hidup di berbagai habitat. Hanya saja untuk dapat berkembang biak dengan tingkat produktivitas yang tinggi, red claw cenderung lebih sesuai dipelihara pada kondisi suhu 20 -24 ° C. Kondisi yang demikian itu sangat sesuai dengan iklim di Indonesia. Oleh karena itu, jika di budidaya kan di Indonesia tidak terlalu banyak mengalami kesulitan. Bahkan, jika di budidaya kan di Indonesia akan sangat mendukung serta menguntungkan karena tidak membutuhkan heater yang berfungsi untuk merangsang suhu tinggi seperti yang biasa dilakukan pada habitat asalnya di Queensland jika suhu terlalu rendah. Dengan demikian biaya investasinya pun dapat ditekan, sehingga keuntungan yang diperoleh dapat maksimal.
Dilihat dari kondisi lingkungan alam, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan budi daya lobster air tawar. lklim dan siklus musim memungkinkan lobster dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, lobster air tawar yang di budidaya kan di Indonesia, terutama jenis Cherax quadricarinatus dapat berkembang dengan berat tubuh mencapai lebih dari 500 gram dengan panjang sekitar 50 cm.
Selain itu, kelebihan dari lobster ini yaitu mampu hidup selama 4-5 tahun dan memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Dalam setahun seekor red claw betina mampu bertelur sebanyak 4-5 kali dan menghasilkan ribuan telur. Sementara di Queensland, Australia, yang merupakan tempat habitat asalnya, hanya mampu bertelur dua kali dalam setahun.
Selain kondisi iklim yang sangat mendukung, sumber pakan alami bagi lobster tersedia cukup banyak di alam Indonesia dan mudah diperoleh. Dengan pakan alami tersebut, lobster akan tumbuh dengan cepat. Dengan potensi iklim yang mendukung dan sumber pakan alami yang cukup tersedia, dapat dipastikan pada masa yang akan datang Indonesiadapat menjadi salah satu negara produsen utama sekaligus pemasok terbesar lobster air tawar di pasar internasional. Namun demikian, itu semua harus didukung oleh sumber daya manusia yang andal dan sistem pengelolaan yang baik.
3. Potensi Budi Daya dari Segi Ekonomi
Pembudidayaan red claw di Indonesia dari segi ekonomi sangat menguntungkan mengingat biaya investasi serta perawatan nya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh. Keuntungan tersebut dapat diperoleh dari penjualan lobster ke hotel-hotel berbintang dan restoran sebagai udang konsumsi yang dijadikan makanan bercita rasa tinggi atau dijual ke tempat penjual ikan hias sebagai udang penghias akuarium.
Red claw memiliki daging yang kenyal dan rasa yang gurih melebihi rasa lobster air laut. Di samping itu juga memiliki tingkat kolesterol, lemak, dan kandungan garam yang rendah sehingga aman dikonsumsi berbagai kalangan.
B. Prospek Lobster Air Tawar sebagai Udang Konsumsi
Selain dari sisi budi daya yang cukup sederhana, berkembangnya usaha lobster air tawar sebenarnya tidak lepas dari tingginya permintaan pasar, terutama pasar ekspor. Sampai saat ini memang belum ada data yang pasti mengenai permintaan lobster air tawar oleh beberapa negara. Namun, dari informasi yang ada, sejumlah negara telah meminta lobster air tawar, baik dalam keadaan hidup maupun beku, untuk diekspor. Permintaannya pun cukup beragam, mulai dari puluhan hingga ratusan kilogram per bulan.
Jepang merupakan potensi pasar yang paling besar di Asia. Masyarakat Jepang memang sangat terkenal menyukai ikan dan udang termasuk lobster air tawar. Setiap tahun negara tersebut mengimpor lobster dari beberapa negara produsen lobster, terutama dari Australia. Selain Jepang, negara Asia lainnya seperti Malaysia, Hongkong, Cina, Taiwan, Korea, dan Singapura juga mengimpor lobster.
Jika berkunjung ke restoran dan hotel berbintang di negara-negara tersebut hampir bisa dijumpai menu makanan dari lobster. Masyarakat di negara-negara dari belahan dunia lain pun seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Belanda, Jerman, Belgia, Selandia Baru, dan Australia menjadikan lobster sebagai makanan favorit karena mereka yakin dengan mengkonsumsi lobster air tawar lebih menyehatkan dibandingkan dengan makanan laut. Di restoran-restoran Selandia Baru, Australia, dan Hongkong, misalnya, lobster disajikan dalam bentuk sup, nuggets, atau campuran salad.
Tidak hanya pasar ekspor yang mendominasi pemasaran lobster air tawar. Saat ini, pasar lobster dalam negeri juga marak di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, dan Yogyakarta. Namun demikian, pemasaran nya masih terbatas di restoran dan hotel-hotel berbintang. Umumnya, lobster dijadikan sebagai salah satu menu istimewa dengan harga yang sangat tinggi.
Semakin banyaknya permintaan, membuat harga lobster air tawar cukup tinggi. Sebagai gambaran pada pertengahan bulan Mei 2006 harga lobster mencapai Rp200.000,00-Rp300.000,00 per kilogram. Dalam satu kilogram terdapat sekitar 9-12 ekor. ltu artinya bahwa harga setiap ekor lobster dewasa sekitar Rp16.500,00-Rp35.000,00.
Bagi sebagian besar peternak, keadaan tersebut merupakan daya tarik menggiurkan karena dapat memberikan keuntungan usaha yang tinggi. Sebagai salah satu penyedia protein hewan-i , yabby, sebutan populer di negara asalnya, Australia, lobster air tawar termasuk udang yang banyak diminati konsumen. Ini disebabkan oleh beberapa karakteristik yang dimiliki nya tidak ada pada udang jenis lain. Dibandingkan dengan udang galah atau udang windu, lobster air tawar memiliki ukuran tubuh yang lebih besar sehingga kandungan dagingnya juga lebih banyak. Lobster air tawar juga memiliki tekstur daging yang kenyal dan rasa gurihnya melebihi lobster air laut. Lobster air tawar juga memiliki kandungan lemak, kolesterol, dan garam yang rendah sehingga aman dikonsumsi oleh semua kalangan konsumen. Bahkan, lobster air tawar memiliki kandungan seng cukup tinggi yang dapat meningkatkan vitalitas pada manusia. Zat gizi yang terkandung dalam daging lobster juga dapat memperbaiki sel tubuh yang rusak.
C. Prospek Lobster Air Tawar sebagai Udang Hias dalam Akuarium.
Selain sebagai udang konsumsi, ternyata lobster air tawar dapat dijadikan udang hias. Penghias akuarium di rumah-rumah. Lobster sangat layak dijadikan pengisi akuarium yang dapat dinikmati keindahan bentuk dan warna tubuhnya.
Kelebihan lain lobster air tawar jika dijadikan sebagai udang hias adalah mudah dalam pengembangbiakan nya. Cukup dilakukan di dalam akuarium atau di dalam kolam. Dengan demikian, para penggemar ikan hias dapat menikmati proses daur hidup lobster mulai dari penjodohan, perkawinan, penetasan telur, hingga pergantian kulit (moulting). Lobster dapat tumbuh cepat dengan ukuran tubuh yang cukup besar. Lobster air tawar dapat mencapai ukuran 25-30 cm di dalam akuarium. Selain itu, lobster dapat tahan di dalam akuarium hingga puluhan tahun sehingga akan lebih lama dinikmati para penggemar ikan hias.
Dengan sejumlah kelebihan yang dimiliki lobster air tawar tersebut, banyak penggemar ikan hias yang ingin memeliharanya. Bahkan, di antara mereka berani mengeluarkan biaya yang cukup besar demi mendapatkan lobster untuk dipelihara di rumahnya. Sejumlah penggemar ikan hias yang fanatik bahkan berani membeli lobster air tawar hingga jutaan rupiah perekor. lni juga sebenarnya yang membuat harga lobster air tawar menjadi tinggi sampai saat ini.
Sebenarnya lobster air tawar bukan hanya Cherax quadricarinatus (red claw) saja, melainkan masih banyak lagi jenis yang lain nya. Red claw merupakan salah satu jenis dari sekian banya lobster air tawar yang ditemukan hidup di beberapa perairan di dunia.
Jenis-jenis lobster air tawar yang hidup di beberapa perairan di dunia jumlahnya mencapai puluhan hingga ratusan jenis. Namun, dari sekian banyak jenis lobster tersebut belum semuanya dapat dibudidayakan. Hal ini disebabkan setiap jenis lobster memiliki aspek biologi yang berbeda-beda, terutama dalam hal karakteristik lingkungan hidup. Dari sekian banyak jenis lobster, hanya beberapa saja yang sudah diketahui karakteristik lingkungan hidupnya.
Karakteristik lingkungan hidup ini sangat perlu untuk diketahui sebagai modal dasar untuk pembudidayaan. Dengan mengetahui karakteristik lingkungan hidupnya, kita dapat membuat tempat hidup di pembudidayaan yang disesuaikan dengan keadaan di .tempat asalnya. Dengan perkataan lain, untuk membudidayakan setiap jenis lobster di luar habitat asalnya, perlu dilakukan proses adaptasi lingkungan sesuai habitatnya.
Sebelum membicarakan cara-cara pembudidayaan lobster air tawar, terlebih dahulu akan dijelaskan beberapa aspek biologi lobster air tawar,yaitu mengenai kedudukannya dalam klasifikasi dan karakteristik nya yang meliputi morfologi, habitat dan penyebaran, pergantian kulit, sifat kanibal, cara perkernbangbiakan, serta siklus hidupnya. Untuk itu, marilah kita pelajari baik-baik seluruh aspek biologi nya sebagai dasar-dasar pengetahuan bagi pembudidayaan nya.
Sebelum dijelaskan mengenai karakteristik atau ciri khasnya, perlu diketahui bahwa lobster air tawar yang berhasil dibudidayakan dilihat dari klasfikasinya berbeda dengan lobster air laut. Lobster air laut yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat umurn penggemar sea food berasal dari familia Penaeidae, Palinuridae, dan Scyllaridae. Sementara jenis-jenis lobster air tawar yang sudah berhasil dibudidayakan, umumnya berasal dari familia Parastacidae dan Cambaridae. Dari sisi pembudidayaan, semua jenis lobster air laut hidup di laut dan belum bisa di budidaya kan di luar habitat aslinya. Adapun lobster air tawar hidup di air tawar dan sebagian sudah bisa di budidaya kan.
Jenis lobster air tawar yang berhasil dibudidayakan termasuk ke dalam family Parastaciadae dan Cambaridae. Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada ciri-ciri morfologis nya yang akan dijelaskan berikut ini.
Perhatikan morfologi lobster air tawar pada gambar di atas! Jika kita perhatikan lobster air tawar tubuhnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian depan dinamakan chepalothorax yang terdiri atas kepala dan dada. Sementara itu, tubuh bagian belakangnya dinamakan abdomen yang terdiri dari badan dan ekor.
Bagian kepala lobster air tawar dinamakan carapace. Carapace ini tertutup oleh kulit atau cangkang kepala. Adapun kelopak kepala bagian depan dinamakan rostrum atau cucuk kepala. Bentuk rostrum nya meruncing dan bergerigi. Kepala lobster air tawar terdiri atas enam ruas. Pad a ruas pertama terdapat sepasang mata yang bertangkai dan bisa digerak-gerakkan. Pada ruas kedua dan ketiga terdapat sepasang sungut kecil (antennula) dan sungut besar (antenna).
Pada ruas keempat, kelima, dan keenam terdapat rahang (mandibula), maxilla I, dan maxilla II, yang ketiganya berfungsi sebagai alat makan. Di bagian kepala terdapat lima pasang kaki dinamakan periopod. Kaki pertama, kedua, dan ketiga mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi capit (chela). Capit pertama berfungsi sebagai senjata untuk menqhadapi musuhnya. Kadang kala capit tersebut digunakannya untuk menangkap mangsa yang bergerak lebih cepat. Capit kedua dan ketiga digunakan sebagai alat yang berfungsi seperti tangan, yaitu menyuapi mulut ketika makan. Sementara dua pasang kaki lainnya digunakan sebagai alat untuk bergerak atau sebagai kaki jalan (walking legs).
Sementara pada bagian abdomennya terdapat em pat pasang kaki renang yang terletak pada masing-masing ruas. Kaki-kaki tersebut berfungsi untuk kaki renang (swimming legs). Sementara bagian ekor terdiri atas dua bagian, yaitu ekor kipas (uropoda) dan ujung ekor (telson).
Secara alarni, keluarga lobster air tawar tersebut menyebar hampir di semua benua kecuali Afrika dan Antartika, meskipun di kedua benua tersebut pernah ditemukan fosilnya. Pada dasarnya lobster air tawar terdiri atas tiga famili, seperti yang dikemukakan dimuka, yaitu Astacidae, Cambaridae, dan Paras,tacidae. Familia Astacidae banyak ditemukan di perairan baqian barat Rocky Mountains di barat laut Amerika Serikat sampai Kolombia, Kanada, dan juga di Eropa. Familia Cambaridae banyak ditemukan di bagian timur Amerika Serikat dan bagian selatan Meksiko. ambaridae terdiri atas 80% dari jumlah spesies yang ditemukan di dunia. Sementara familia Parastacidae banyak ditemukan hidup di perairan Australia, Selandia Baru, Amerika Selatan dan Madagaskar.
Di Indonesia sendiri lobster. air tawar banyak ditemukan di perairan Jayawijaya, Papua. Beberapa jenis dari familia Parastacidae, yang ditemukan di perairan Jayawijaya, Papua antara lain Cherax monticola, Cherax lorentzi, dan Cherax lakembutu.
Lobster air tawar di tempat hidup asalnya, tergolong hewan pema- kan segala (omnivora). Bahan-bahan pakan alami yang berasal dari hewan dan tumbuhan sangat disukainya. Pakan alami dari golongan hewan yang disukai lobster yaitu cacing sutra, cacing air, cacing tanah, dan plankton. Adapun pakan alami berasal dari tumbuhan yang disukai oleh lobster, yaitu tanaman air seperti lumut dan akar selada air.
Selain pakan alami, ternyata lobster air tawar juga menyukai pakan buatan, terutama pelet. Jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang besar,kebutuhan pakan lobster sebenarnya sangat sedikit, yaitu hanya sekitar 2-3 gram per ekor lobster dewasa per hari. Kebutuhan pakan tersebut selain digunakan untuk pertumbuhan, juga untuk perkembangbiakan.
Seperti halnya bangsa udang-udangan, lobster air tawar juga melakukan pergantian kulit yang disebut moulting. Proses pergantian kulit dilaku- kan lobster berkaitan dengan pertumbuhan membesar dari tubuhnya. Untuk tumbuh menjadi besar, lobster perlu membuang kelopak kulit (eksoskeleton) yang keras dan tidak elastis dan menyelimuti tubuh- nya. Kulit lama yang dibuang nantinya digantikan dengan kulit baru. Lobster yang masih muda akan lebih sering mengalami moulting dibandingkan dengan lobster dewasa. Hal ini disebabkan lobster muda masih mengalami proses pertumbuhan.
Selama hidupnya, lobster mengalami pergantian kulit (moulting) hingga puluhan kali. Pergantian kulit mulai terjadi pada umur 2-3 minggu. Frekuensi pergantian kulit akan sering terjadi sebelum lobster dewasa (berumur 6-7 bulan) dibandingkan dengan lobster yang sudah dewasa. Lobster dewasa, terutama induk jantan maupun betina akan memulai kembali moulting setelah 2-3 kali melakukan perkawinan.
Moulting pada lobster berfungsi selain untuk merangsang atau mempercepat pertumbuhan, juga untuk mempercepat proses pematangan gonad pada induk. Dengan demikian, induk akan cepat menghasilkan telur. Moulting juga berfungsi untuk menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau patah. Kaki atau capit yang patah akan tumbuh normal kembali dengan cepat setelah moulting. Namun demikian, kaki bekas patah tersebut tidak sebesar kaki sebelum patah.
Pada saat sebelum moulting atau sekitar 2-3 jam sebelumnya, lobster tampak sangat lemah dan seakan-akan mau mati. Lobster terlihat stres dan tidak mau makan. Pada tahap awal, kulit kepala akan mengelupasatau terlihat terangkat dan terpisah dari kepala. Dalam beberapawaktu, kepala akan keluar dari kulit kepala lalu diikuti dengan terkelupasnya kulit eksoskeleton. Tubuh lobster yang sudah berganti kulit masih terlihat lemah karena kulitnya masih sangat lunak. Setelah 24 jam semua kulit akan mengeras kembali seperti sedia kala. Selama proses moulting, lobster tidak makan.
Perlu diketahui, bahwa lobster memiliki sifat kanibal, yaitu suka me- mangsa kawannya sendiri. Sifat ini mulai muncul sejak lobster masih kecil. Sifat kanibal pada lobster akan muncul apabila kekurangan makanan. Sifat kanibal juga muncul terutama pada lobster sehat terhadap lobster yang sedang ganti kulit. Dalam keadaan lemah, lobster yang mengalami ganti kulit akan dimangsa oleh lobster yang tidak sedang ganti kulit. Untuk menghindari kanibalisme tersebut, biasanya lobster yang akan melakukan proses ganti kulit mencari tempat persembunyian.
Ketika akan memulai perkembangbiakan, induk lobster betina terlebih dal rnernpersiapkan telurnya untuk dibuahi oleh induk jantan. Proses matang telur dapat dilihat dari perkembangan ovarium yang berada di bagian pu gung induk lobster betina. Sementara itu induk jantan juga rnernpersiapl kematangan sperma yang ditentukan oleh perkembangan alat kelam nya yang dinamakan petasma. Petasma ini mengandung spermatozc Setelah gonad matang, indukjantan dengan sendirinya akan melakuk. perkawinan dengan induk betina. Untuk beberapa waktu, telur akan dibua oleh sperma. Pembuahan yang terjadi pada lobster adalah pernbuahs internal, yaitu sperma membuahi sel telur di dalam tubuh induk betina. Tell yang telah dibuahi akan muncul dan melekat di bagian bawah tubuh indu betina hingga menetas. Telur-telur tersebut berbentuk oval mendekati bulat Setelah dibuahi telur akan berubah warna hingga siap menetas. Perubahar warna telur setelah dibuahi hingga menetas secara berturut-turut,yaitu kuning, oranye, dan timbul bintik-bintik hitam.
Siklus hidup lobster air tawar dimulai dari sejak lobster dewasa mulai ma- tang alat kelaminnya (gonad) antara umur 6-7 bulan. Setelah itu induk betina akan melangsungkan perkawinan dengan induk jantan. Setelah ter- jadi proses pembuahan (fertilisasi), induk betina otomatis akan mengerami telurnya hingga menetas yang berlangsung selama 1,5 bulan. Setiap kali bertelur, jumlah telur yang menetas antara 150-800 ekor. Dan dalam jangka waktu 6-7 bulan, anak lobster itu akan mengalami proses pembesaran menjadi lobster dewasa yang siap dijadikan induk atau siap dikonsumsi. Perlu diketahui bahwa seeker lobster dapat hidup sampai puluhan tahun.
Sampai saat ini baru ada dua famili lobster air tawar yang sudah ber- hasil dibudidayakan di luar habitat aslinya yaitu famili Cambaridae dan Parastacidae. Jenis lobster air tawar dari familia Cambaridae yang berhasil dibudidayakan adalah Priocambarus clarkii, sedangkan dari farnilia- Parastacidae ada beberapa jenis antara lain yaitu, Cherax destructor, Cherax tenuimanus, Cherax quadricarinatus, dan Astacopsis gouldi. Untuk lebih mengenalnya berikut ini akan dideskripsikan satu per satu.
Ciri khas lobster air tawar dari jenis Procambarus clarkii adalah seluruh tubuh lobster jantan berwarna merah bata, sedangkan lobster betinanya berwarna oranye kemerah- merahan. Ukuran tubuh lobster ini lebih kecil dibandingkan dengan lobster jenis Cherax sp. Panjang tubuh Procambarus clarkii dewasa hanya berukuran sekitar 12 cm, sedangkan beratnya di antara 75-100 gram per ekornya.
Cherax quadricarinatus merupakan lobster air tawar yang termasuk dalam famili Parastacidae. Jenis lobster air tawar ini memiliki nama populer red claw. lstilah itu diberikan, karena di kedua ujung capitnya terdapat warna merah. Red Claw sangat sesuai hidup di lingkungan dengan suhu air opti- mal di antara kisaran 20-24° C, pH 7-8, dan kesadahan air 10-20° dH.
Red claw memiliki bentuk tubuh yang hampir sama dengan lobster air tawar pada umumnya. Hanya satu ciri utama yang membedakannya dari lobster jenis lain, yaitu warna tubuhnya. Tubuhnya didominasi oleh warna biru laut yang berkilau. Antar-ruas kelopak kulit berwarna putih.
Panjang tubuh red claw dewasa dapat mencapai 50 cm dengan berat antara 800-1000 gram per ekor. lnduk red claw sudah mulai kawin dan bertelur pada umur 6-7 bulan. Jumlah telur yang dihasilkan untuk sekali perkawinan dapat mencapai 100-200 butir. Setelah berumur satu tahun, dapat menghasilkan telur antara 600-1.000 butir. Lobster betinanya dapat bertelur hingga 5 kali dalam satu tahun.
Selain sebagai udang konsumsi, red claw juga dapat dijadikan udang hias dalam akuarium, karena memiliki warna tubuh yang indah. Warna biru laut yang dimiliki lobster ini, tampak mengilat terpancar dari tubuhnya. Bagi para penggemar ikan hias untuk memperoleh warna biru dari ikan hias air tawar yang mirip dengan warna biru yang dimiliki lobster ini sangat sulit. Bahkan, mungkin tidak akan pernah dijumpai. Warna biru seperti itu hanya mungkin bisa ditemukan pada ikan hias yang berasal dari laut.
Seperti jenis Cherax sp., Astacopsis gouldi jug a termasuk keluarga Parastacidae. Lobster air tawar ini lebih dikenal dengan sebutan tazmania giant freshwater lobster. Tubuhnya berwarna cokelat kehitam-hitaman terutama pada bagian tubuh, kepala, dan capit. Di antara jenis lobster air tawar lainnya, jenis ini yang paling besar. Panjang tubuh lobster raksasa ini bisa mencapai 90 cm dengan berat 4-6 kg per ekor.
Dibandingkan dengan red. claw, jenis lobster ini memiliki produktivitas yang rendah, yaitu dalam dua tahun hanya melakukan perkawinan sebanyak sekali dengan jumlah telur yang dihasilkan sekitar 4.000 butir. Telur-telur yang dibawa oleh induk betina baru dapat menetas setelah terjadi satu tahun pembuahan.
Pada dasamya Astacopsis gouldi kurang sesuai dibudidayakan di Indonesia, karena membutuhkan suhu air di bawah 20° C.
Seperti dikemukakan di muka Cherax destructor merupakan lobster air tawar yang termasuk dalam famili Parastacidae. Jen is lobster air tawar ini memiliki ciri khas pada capitnya yang berukuran lebih besar dibandingkan jenis lobster air tawar yang lainnya. Bahkan, ukuran capitnya hampir sama dengan ukuran tubuhnya. Untuk itu, lobster ini dikenal dengan sebutan destructoryang artin.ya "si penghancur".
Di samping itu ciri khas lainnya yang dimiliki lobster ini yaitu seluruh tubuhya mulai dari ekor hingga kepala berwarna merah kecokelatan. Panjang tubuhnya di antara 30-50 cm sedangkan beratnya bisa mencapai 300-500 gram per ekor. lingkungan hidup dan tingkat produktivitas Cherax destructor sama dengan Cherax quadricarinatus. Dalam setahun Cherex destructor hanya dapat melakukan perkawinan dua kali. Untuk satu kali perkawinan dihasilkan anakan sekitar 30-150 ekor. Cherax destructor memiliki tingkat kanibalisme yang lebih tinggi dibandingkan jenis lobster air tawar yang lainnya, terutama pada saat terjadi moulting. Bahkan, lobster betina nya mampu memangsa lobster jantan. ltulah sebabnya lobster air tawar ini jarang dipilih oleh para pelaku budi daya lobster air tawar. Menurut pelaku budi daya lobster air tawar, Cherax destructor yang warnanya biru dapat dikawin silangkan dengan Cherax quadricarinatus.
Perkawinan silang kedua jenis lobster itu nantinya menghasilkan anak lobster yang warnanya biru tetapi lebih tua, namun capitnya tampak lebih ideal.
Lobster air tawar dari jenis Cherax tenuimanus juga termasuk famili Peresteciaee dikenal dengan sebutan marron. Lobster air tawar ini banyak warnanya. Ada jenis marron dengan warna tubuh biru keunguan dan ada pula cokelat tua keunguan. Jenis lobster ini hidup di antara suhu air 11-30° C dengan pH 6-8.
Untuk menjalankan usaha, sebaiknya segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha itu harus dipersiapkan dengan baik. Demikian pula dalam usaha pembudidayaan lobster air tawar. Karena usaha ini berkaitan dengan kehidupan makhluk hidup, maka harus benar benar dipersiapkan dengan baik agar lobster yang akan dibudidayakan dapat hidup dan berkembang biak sesuai harapan.
Beberapa hal pokok yang harus diperhatikan dan dipersiapkan dalam pembudidayaan lobster air tawar antara lain menentukan lokasi usaha yang tepat, ketersediaan sumber air yang cukup, serta ketersediaan sarana dan prasarana seperti bak, akuarium, dan peralatan pendukung budi daya lainnya.
Untuk membudidayakan lobster air tawar di Indonesia, sebenarnya pe- nentuan lokasi bukan sesuatu hal yang perlu dipermasalahkan, terutama untuk usaha skala kecil. Di samping keadaan iklim Indonesia sendiri mendukung, juga karena usaha budi daya lobster dapat dilakukan di tempat yang tidak terlalu luas. Lobster dapat dibudidayakan di lahan kosong yang berada di sekitar tempat tinggal. Bahkan, halaman rumah pun bisa dijadikan sebagai lokasi usaha. Lain halnya, jika ingin membudidayakan lobster air tawar dalam skala besar atau industri, lokasi mutlak harus diperhatikan.
Dalam usaha budi daya lobster air tawar ada dua macam yang bisa diusahakan, yaitu usaha pembenihan dan usaha pembesaran. Untuk mendirikan usaha pembenihan maupun usaha pembesaran, sebaiknya mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, dan teknis.
Beberapa faktor sosial ekonomi yang harus dijadikan bahan pertimbangan antara lain sebagai berikut.
Di daerah sekitar kawasan industri yang padat sudah banyak terjadi pencemaran, baik pencemaran udara maupun pencemaran air yang dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan lobster yang akan dibudidayakan. Pencemaran udara banyak terjadi sebagai akibat asap-asap pabrik. Sedangkan pencemaran air disebabkan sungai-sungai di daerah sekitar kawasan industri biasanya sudah tercemar zat-zat kimia beracun dari limbah industri.
Dengan di dirikan nya usaha budi daya lobsterair tawar dapat berdampak positif bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha. Diharapkan dengan berdirinya usaha budi daya lobster air tawar di suatu daerah tertentu, dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat di daerah tersebut. Masyarakat di daerah sekitar lokasi usaha dapat diikutsertakan sebagai pegawai atau menjadi pemasok sarana dan prasarana usaha. Bahkan, masyarakat di sekitar lokasi dapat dijadikan sebagai mitra usaha atau menjadi plasma dari usaha yang didirikan.
Di lokasi usaha budidaya lobster air tawar, mutlak harus tersedia sarana dan prasarana yang dapat memperlancar jalannya usaha. Di samping itu, lokasi usaha budi daya sebaiknya dilengkapi pula dengan sarana pendukung usaha seperti tersedia jalan dan alat transportasi. Dengan demikian, pengangkutan hasil produksi dan faktor produksi seperti bibit, pakan, dan peralatan usaha lainnya dari dalam dan ke luar lokasi usaha dapat dengan mudah dilakukan.
Lokasi usaha sebaiknya dipilih yang aman dari gangguan luar seperti pencu- rian dan hal-hal lain yang dapat mengganggu kelancaran usaha. Faktor pertim- bangan ini sangat penting untuk diperhatikan, mengingat usaha pembudida- yaan lobster air tawar merupakan usaha dengan investasi yang cukup besar.
Adapun faktor-faktor teknis yang sangat penting untuk diperhatikan sehubungan dengan penentuan lokasi usaha budi daya lobster air tawar antara lain tersedianya sumber air yang cukup dan baik secara kuantitas maupun kualitas.
Dengan demikian, air dapat digunakan sewaktu-waktu tanpa harus tergantung pada musim dan lokasi usaha harus bebas dari banjir. Dengan diperhatikannya faktor-faktor sosial ekonomis dan teknis seperti yang dikemukakan di atas, diharapkan nantinya ketika usaha sudah berjalan tidak menghadapi hambatan yang berarti. Kalaupun ada hambatan, dapat diatasi dengan baik dan cepat sehingga tidak menghambat jalannya usaha.
Karena yang akan di budidaya adalah hewan yang habitatnya di air tentu air merupakan kebutuhan utama. Dalam budidaya lobster air tawar, selain berfungsi sebagai pengangkut bahan pakan dan memperlancar metabolisme dalam tubuh lobster. Air juga berfungsi sebagai tempat memelihara lobster sehingga tanpa tersedia air yang memadai, mustahil lobster bisa hidup.
Dari namanya tentu kita sudah dapat memperkirakan air yang bagaimana yang dibutuhkan untuk memelihara lobster ini. Untuk memelihara lobster air tawar, tentunya air tawar yang harus kita sediakan.
Beberapa sumber air tawar yang dapat digunakan untuk budidaya lobster air tawar antara lain air sungai, air sumur, dan air PAM atau air ledeng. Air yang berasal dari ketiga sumber air tawar tersebut tidak dapat langsung digunakan, melainkan. harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan air ini bertujuan untuk mengkondisikan agar kualitasnya sesuai untuk kehidupan lobster.
Kriteria kualitas air dapat diukur dengan beberapa parameter, antara lain kadar keasaman (pH), suhu, kadar kesadahan (dH), kandungan oksigen (02) terlarut (DO), dan kandungan karbondioksida (CO2). Dari beberapa pelaku budi daya diketahui bahwa kondisi kualitas air yang sesuai untuk pemeliharaan lobster air tawar yaitu pH 7 - 8 dengan suhu 20 - 24 °C dan tingkat kesadahan air agak lembut, yaitu antara 10 - 20° dH. Sementara kandungan 02 terlarut minimal 7 ppm dan CO2 maksimal 10 ppm.
Jika air yang digunakan bersumber dari sungai sebaiknya kondisi air tidak hanya jernih tetapi pH-nya harus dalam keadaan netral dan air terse but perlu diendapkan terlebih dahulu. Sedangkan jika air tawar yang digunakan berasal dari sumur (air tanah) dapat langsung diolah dan digunakan. Namun, untuk air PAM (air ledeng) sebelum diolah dan digunakan, harus diuapkan selama 10-12 jam. Penguapan air PAM (ledeng) bertujuan untuk mengurangi kandungan klor di dalam air sebagai akibat dari pengaruh kaforit yag dimasukkan dalam air PAM. Jika air kandungan klornya tinggi sudah dapat dipastikan akan memiliki pH yang tinggi pula. Dengan penguapan, pH air ledeng dapat kembali mendekati normal.
Sampai saat ini para pelaku budi daya memelihara lobster air tawar dalam kolam-kolam dan akuarium-akuarium pemeliharaan. Ada yang menggu- nakan kolam sebagai tempat memelihara induk yang sekaligus digunakan sebagai tempat pembesaran. Atau ada juga pembesarannya dilakukan di kolam-kolam pemeliharaan, sedangkan untuk perkawinan, pengeraman dan penetasan, serta pembenihan dilakukan di dalam akuarium.
Kolam untuk tempat hidup lobster dapat berbentuk segi empat atau disesuaikan dengan luas dan bentuk lahan yang tersedia. Namun, yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kolam lobster adalah ukurannya. Ukuran kolam yang ideal yaitu panjang 2 m, lebar 1 m dan kedalamannya sekitar 0,5 m. Jika kolam yang digunakan terlalu luas nantinya akan menyulitkan dalam proses pengontrolan, terutama jika terdapat lobster yang sedang moulting.
Umumnya kolam yang digunakan untuk pemeliharaan lobster terbuat dari bahan campuran semen dan pasir. Ketebalan dinding kolam disesuaikan dengan besarnya kolam. Jika kita perhatikan kolam pemeliharaan lobster air tawar bentuknya berbeda dengan kolam untuk memelihara ikan. Perbedaannya terletak pada bibir atas kolam bagian dalam yang diberi kaca, porselen, atau ada juga yang cukup diaci dengan semen. Pembuatan bibir kolam seperti ini bertujuan untuk mencegah agar lobster tidak melarikan diri dari kolam pemeliharaan.
Lobster air tawar dikenal memiliki sifat pengembara yang tinggi. Dengan adanya kaca atau porselen yang dipasang di bibir kolam bagian dalam, lobster tidak bisa merayap naik karena kondisi pinggiran kolam licin. Tinggi kaca atau porselen dari bibir atas kolam ke bawah cukup dibuat 20 cm. Sementara dinding bagian bawah sampai dasar kolam ketinggiannya bisa dibuat sampai 30 cm, dan diplester menggunakan bahan dari semen. Bagian ini juga merupakan batas pengisian air.
Untuk mencegah agar air kolam tidak meluap keluar dan menciptakan kondisi air kolam yang mengalir, sebaiknya dibuat saluran pembuangan. Saluran pembuangan dapat dibuat di dinding kolam dengan cara melubangi dinding. Saluran pembuangan seperti ini dapat dibuat pada ketinggian 30 cm.
Lubang pembuangan dapat pula dibuat di bagian tengah atau pinggir bak dengan cara memasang pipa paralon berdiameter 1 inci (2,5 cm) dengan ketinggian setinggi air kolam. Namun, lubang bagian atas paralon harus ditutup dengan kawat kasa agar lobster muda tidak masuk ke dalamnya. Pembuatan lubang pembuangan sebaiknya dipikirkan sedemikian rupa agar mempermudah pada saat dilakukan pengurasan kolam.
Sementara untuk memasukkan air ke dalam kolam, tidak harus melalui lubang pemasukan. Pemasukan air ke dalam kolam cukup dilakukan menggunakan selang yang dibentangkan di atas kolam.
Akuarium dalam pembudidayaan lobster air tawar biasanya dipergunakan untuk perkawinan induk, pengeraman dan penetasan, serta untuk memelihara benih. Akuariurn untuk budi daya lobster air tawar dapat berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar. Akuarium dibuat dari kaca dengan ketebalan kaca disesuaikan dengan besar-kecilnya akuarium. Akuarium untuk perkawinan induk yang ideal untuk lobster air tawar dibuat dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 45 cm. Akuarium pengeraman dan penetasan di buat dengan ukuran 60 cm x 45 cm x 40 cm. Sedangkan akuarium un- tuk pemeliharaan benih dibuat dengan ukuran 100 cm x 70 cm x 25 cm.
Untuk rnenceqah, agar lobster tidak keluar dari akuarium, sebaiknya di
setiap bagian atas dinding atau bibir akuarium dipasang kaca dengan lebar sekitar 5-8 cm. Pemasangan kaca harus dilakukan sedemikian rupa sehingga terlihat menutupi sebagian akuarium. Di samping itu, pada salah satu sudut akuarium bagian atas sebaiknya diberi lubang sebesar selang aerator. Selain sebagai tempat masuknya selang aerator, pembuatan lubang tersebut bertujuan untuk mencegah lobster merayap keluar melalui selang aerator.
Pada kolam kolam dan akuarium pemeliharaan, umumnya pelaku budi daya lobster meletakkan pipa-pipa paralon dan roster. Pemberian pipa paralon dan roster ini dimaksudkan sebagai tempat persembunyian sekaligus tempat untuk berlindung bagi lobster dari cahaya yang berlebihan seperti sinar matahari. Ukuran diameter dan panjang pipa paralon disesuaikan dengan pertumbuhan lobster. Pada tabel 3.1 diperlihatkan berbagai ukuran pipa paralon yang disesuaikan dengan umur lobster.
Tabel 3.1 Ukuran Pipa Paralon yang Disesuaikan dengan Umur Lobster
Diameter Pipa (inci) Panjang Pipa (cm) Umur Lobster (bulan)
0,5 4-5 1-2
1 6 2-3
2 10 3- 4
3 14 4-4,5
4 20 5-6
5 26 >6
Jika menggunakan pipa-pipa paralon, baik di akuarium maupun di dalam kolam, sebaiknya pipa-pipa paralon itu saling direkatkan dengan menggunakan lem atau diikat dengan kawat. Jumlah pipa-pipa yang direkatkan atau diikat tergantung besar-kecil pipa, yang penting pipa- pipa tersebut tidak dapat bergerak bebas di dalam air ketika digunakan oleh lobster untuk bersembunyi.
Penggunaan roster sebagai tempat per- sembunyian mempunyai beberapa kelemahan, yaitu hanya dapat digunakan untuk anak lobster sampai umur 3 bulan atau panjang tubuh maksimal sudah mencapai 7,5 cm. Kelemahan lain dari roster yaitu mud ah pecah dan tidak tahan lama jika dibandingkan dengan pipa paralon.
Alat yang juga tak kalah pentingnya untuk disediakan bagi pembudidayaan lobster air tawar yaitu aerator. Alat ini sangat penting keberadaannya karena tanpa alat ini ada kemungkinan lobster akan mati ketika dipelihara dalam akuarium atau kolam sebagai akibat kurangnya pasokan oksigen dari udara.Aerator yang digunakan sebaiknya disesuaikan denganjumlah atau besar kecilnya akuarium dan kolam yang digunakan. Aerator dapat dibeli di toko-toko yang menjual aksesoris akuarium dan ikan hias.
Peralatan tambahan yang juga harus disediakan untuk membudidayakan lobster air tawar, antara lain pH meter, pemanas (heater), dan selang penyedot kotoran. Alat-alat tersebut hanya sewaktu-waktu saja penggunaannya. Namun demikian, harus tetap tersedia. Selang penyedot misalnya, baru digunakan pada saat kolam dibersihkan untuk menyedot kotoran atau pergantian air.
Pada usaha pembenihan lobster air tawar terdapat beberapa tahap kegiatan, yaitu antara lain pengadaan dan seleksi calon induk, memasukan calon induk ke dalam akuarium, pemijahan induk, pengeraman dan penetasan telur, perawatan induk, dan yang terakhir tentunya adalah pemungutan hasil atau yang lebih dikenal dengan pemanenan. Usaha pembenihan yang akan dijelaskan disini, yaitu usaha pembenihan lobster air tawar dari jenis Cherax quadricarinatus atau yang lebih lazim disebut orang sebagai lobster red claw.
Dengan terbatasnya stok calon indukan di jual di pasaran, tentunya pelaku usaha pembenihan (hatchery) mau tidak mau harus mampu menghasilkan indukan berkualitas sendiri. Untuk mendapatkan calon indukan yang berkualitas, pelaku usaha pembenihan harus melakukan kegiatan seleksi atau pemilihan calon induk.
Beberapa hal yang harus dijadikan patokan ketika melakukan seleksi calon induk antara lain umur. daya pertumbuhan, nafsu makan dan jenis kelamin. keempat kriteria pemilihan calon indukan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Meskipun lobster dalam keadaan cacat fisik masih bisa dipilih sebagai calon induk, karena keadaannya itu sama sekali tidak akan memengaruhi proses pemijahan dan anak yang akan dihasilkan. Cacat fisik pada lobster tidak permanen. Karena lobster merupakan salah satu hewan yang memiliki daya regenerasi. Artinya, jika kaki atau capit patah akan tumbuh kembali secara alami. Bahkan, kaki atau capit yang patah akan tumbuh lebih cepat setelah proses pergantian kulit (moulting).
Sebenarnya penentuanjenis kelamin pada red claw sudah bisa dilakukan sejak umur 2-3 bulan. Ciri fisik utama yang dapat dilihat yaitu jika pada bagian pangkal sepasang kaki paling belakang tumbuh benjolan, maka dapat dipastikan lobstertersebut berkelaminjantan, sedangkan pada betina benjolan tumbuh di pangkal sepasang kaki ketiga dari belakang.
Selain ciri tersebut, jenis kelamin pada lobster dapat pula diketahui dari kecepatan pertumbuhan sekelompok lobster yang seumur. Jika dari sekelompok anak lobster terdapat lobster dengan ukuran tubuh dan capit yang lebih besar dapat dipastikan jenis kelaminnya adalah jantan. Sementara lobster yang betina ukuran tubuh dan capitnya lebih kecil.
Setelah calon-calon induk dibeli dan dibawa ke lokasi pembudidayaan, calon-calon itu segera dimasukkan ke dalam kolam atau akuarium pemeliharaan sementara. Pada dasarnya, cara memasukan calon induk ke dalam kolam cukup mudah, yaitu satu per satu calon induk yang sudah dibeli dimasukkan ke dalam kolam dengan menggunakan tangan. Ketika memasukkan calon induk ke dalam kolam atau akuarium, harus dilakukan secara hati-hati. Agar calon induk lobster tidak mencapit tangan, maka peganglah abdomen bagian atasnya dengan menggunakan tangan, caranya seperti diperihatkan pada gambar 4.7.
Calon induk yang dibesarkan dan dipelihara untuk sementara waktu dalam kolam atau akuarium pemeliharaan, harus dipantau dengan baik. Pemberian pakan dengan jumlah dan frekuensi yang tepat dapat mendukung bagi proses pertumbuhan calon induk. Selain itu, dapat mencegah terjadinya saling memangsa di antara calon- calon induk.
Pakan yang diberikan dapat berupa pelet udang galah atau cacing merah. Pakan tersebut diberikan dua kali sehari, yaitu pada jam 08.00-09.00 dan jam 16.00 - 17.00. Jumlah pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan kemampuan makan lobster. Pakan diberikan dengan cara memasukkan pakan ke dalam kolam sedikit demi sedikit. Jika lobster terlihat sudah kekenyangan dan tidak mau makan lagi, sebaiknya pemberian pakan dihentikan.
Di samping pemberian pakan, kualitas air kolam juga harus diperhatikan, terutama kandungan oksigen terlarut dan amoniaknya. Kandungan oksigen di dalam air harus cukup dan tidak boleh kurang. Jika kandunganoksigen kurang, calon induk akan mengalami stres, bahkan dapat mati. Oleh karena itu, kolam pemeliharaan harus dilengkapi dengan aerator atau pompa air yang dapat mensuplai oksigen. Alat pensuplai oksigen tersebut harus dinyalakan terus-menerus selama 24 jam.
Untuk mencegah agar kadar amoniak tidak tinggi dalam air kolam, sebaiknya air kolam secara teratur diganti setiap tiga minggu sekali. Mengenai cara pengurasan dan pergantian air kolam akan dijelaskn secara rinci di Bab 5 tentang pembesaran lobster air tawar.
Setelah akuarium untuk perkawinan selesai dipersiapkan berikut dengan kelengkapannya, baru calon-calon induk di dalam kolam dipindahkan dengan cara diserok. Kemudian lobster yang berada di serokan dipilih berdasarkan jenis kelamin nya menggunakan tangan, lalu dimasukkan ke dalam akuarium perkawinan. Jumlah perbandingan jantan dan betina yang dimasukkan ke dalam akuarium idealnya yaitu 1 : 2. Artinya, satu ekor jantan dan dua ekor betina. Dalam akuarium pemijahan yang berukuran 1 m x 1/2 m x 0,45 cm dapat ditempatkan 10-15 ekor calon induk.
Setelah calon induk dimasukkan ke dalam akuarium, mereka akan mengalami proses adaptasi. Dalam jangka waktu sekitar satu bulan lebih atau diperkirakan setelah berumur 6 - 7 bulan, calon induk akan melakukan perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang pagi. induk betina yang siap memijah tampak bergerak aktif mendekati jantan. Biasanya induk jantan dan betina yang berjodoh akan selalu bersama-sama sebelum kawin. Setelah beberapa saat, induk betina akan membalikkan tubuhnya dengan posisi terlentang. Pada saat itu, jantan akan segera mengawini dan ber kopulasi membentuk huruf Y. Perkawinan biasanya berlangsung sekitar 1/2 - 1 jam. Setelah sekitar 10-15 hari setelah perkawinan, biasanya induk betina terlihat sudah mulai mengeluarkan telur.
Tanda-tanda induk betina yang sudah mulai mengeluarkan telur yaitu terlihat ekornya terlipat ke dalam dan sering bersembunyi di dalam pipa paralon. lnduk betina yang memperlihatkan tanda-tanda seperti itu, sebaiknya segera dipindahkan ke akuarium pengeraman dan penetasan.
Sebelum dipindahkan, akuarium pengeraman disiapkan dengan diisi air setinggi 25-30 cm. Setelah akuarium pengeraman siap berikut dengan kelengkapannya. lnduk betina yang terlihat mulai mengeluarkan telur dan mengerami telurnya segera dipindahkan. Pemindahan induk betina dilakukan bersama pipa paralon yang digunakan sebagai tempatnya bersembunyi. Proses pemindahan harus dilakukan dengan hati-hati agar induk tidak bergerak keluar dari pipa saat diangkat dari akuarium perkawinan. Pemindahan induk bersama pipa paralon lebih menjamin keselamatan telur yang ada di bawah tubuhnya.
Jika proses pemindahan dilakukan dengan menggunakan tangan, dikhawatirkan induk lobster akan berontak. Jika hal itu terjadi, telur-telur yang terdapat di bagian bawah tubuhnya akan berhamburan terlepas dari tubuh induknya.
Untuk satu aquarium pengeraman, sebaiknya ditempatkan satu ekor induk betina yang sedang mengerami telur. Tetapi, jika pada saat itu terdapat induk betina lain yang juga sedang mengerami telur dan diperkirakan umur sama pula maka dapat ditempatkan di akuarium pengeraman yang sama pula. Jumlah induk betina yang sedang mengerami telur dalam satu akuarium penetasan maksimal dua ekor. lnduk-induk betinatersebut walaupun ditempatkan dalam satu akuarium, tidak akan saling mengganggu dan tidak akan terjadi kanibalisme.
Benih tidak akan langsung lepas dari tubuh induknya karena masih membutuhkan makanan yang berupa lendir di tubuh induknya. Benih akan mulai terlepas dari induknya setelah berumur 4-5 hari setelah menetas. Benih tersebut bentuknya sudah menyerupai induknya. Pada saat benih mulai ada yang lepas, sebaiknya ke dalam akuarium dimasukkan pipa paralon berdiameter paling kecil.
Cara melakukan perontokan benih dari tubuh induknya dimulai dengan penangkapan induk. Setelah ditangkap, kemudian induk lobster diangkat ke atas permukaan air sampai yang terendam hanya sebagian tubuhnya saja. Pada saat induk meronta-ronta berontak dengan cara mengibas-ngibaskan ekornya dan menggerak-gerakkan kakinya. Pada saat itulah benih-benih yang terdapat di bagian bawah tubuhnya akan terlepas satu per satu dan masuk ke dalam air akuarium. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah tahapan perontokan benih pada gambar berikut ini.
Setelah benih lepas semuanya, induk betina segera dikembalikan Ke akuarium perkawinan bersama pipa paralon yang ada pada akuarium pengeraman. Pengembalian induk betina ke akuarium perkawinan dimaksudkan agar induk tersebut segera melakukan perkawinan dan bertelur lagi. Menurut pengalaman petani lobster, induk betina yang sudah rnenetaskan telurnya, dalam waktu 3-4 minggu kemudian akan kembali bertelur.
Di samping pelet udang galah, benih lobster dapat diberi pakan lain yaitu cacing sutra. Pemberian pakan cacing sutra sebenarnya lebih menguntungkan dibandingkan pelet. Pakan caring sutra tidak membuat air akuarium cepat menjadi kotor seperti pakan pelet, karena cacing sutra yang diberikan dalam keadaan hidup. Untuk beberapa hari cacing sutra bisa bertahan hidup di dalam akuarium. Oleh karena itu, sebaiknya di dalam akuarium selalu tersedia cacing sutra. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah munculnya sifat kanibalisme antar benih lobster.
Setiap tiga kali sekali, kotoran yang terlihat mengendap di dasar akuarium sebaiknya diberikan dengan cara disedot menggunakan selang penyedot. Setelah semua kotoran terbuang, akuarium ditambah air sesuai dengan Ketinggian air sebelum disedot. Berkurangnya air akuarium disebabkan oleh ikut terbuangnya air saat penyedotan kotoran.
Menguras dan menggganti air akuarium dapat dilakukan setiap dua minggu sekali. Sebelum dilakukan pengurasan, terlebih dahulu pipa paralon dipindahkan ke dalam wadah berisi air, seperti ember. Sebagian benih yang terdapat di dalam pipa paralon juga ikut dipindahkan. Sementara benih yang masih tersisa di dalam akuarium dipindahkan dengan menggunakan serokan yang terbuat dari kain kasa atau disedot langsung dengan menggunakan selang. Diameter selang yang digunakan harus bisa dilalui oleh benih lobster. Semakin besar ukuran selang
Semakin baik. Penyedotan dengan selang tidak akan mencederai benih.
Setelah benih dipindahkan ke dalam ember berisi air, air akuarium dikuras hingga habis. Selanjutnya bagian dasar dan dinding akuarium dibersihkan dengan menggunakan spon. Setelah proses pembersihan akuarium selesai, akuarium diisi kembali dengan air bersih dengan ketinggian sekitar 10-15 cm. Sebelum benih dimasukkan ke dalam akuarium. sebaiknya kualitas air di cek terlebih dahulu terutama suhu dan pH-nya. Suhu air yang ideal untuk pemeliharaan benih yaitu di antara 20-24° C dan pH sekitar 7-8. Setelah suhu dan pH dipastikan telah sesuai, benih lobster dapat kembali dimasukkan ke dalam akuarium dengan menggunakan serokan kain kasa.
Akuarium pemeliharaan dengan ukuran 1 m x 0,75 m x 0,25 m mampu menampung sekitar 100-200 ekor benih. Pemindahan benih dilakukan bersama pipa-pipa paralon dengan cara diangkat satu per satu. Sementara benih yang masih tersisa di akuarium penetasan diserok dengan kain kasa, kemudian dimasukkan ke dalam akuarium pemeliharaan. Ketinggian air akuarium pemeliharaan cukup 10-15 cm.
Perawatan benih di akuarium pembesaran sama dengan perawatan saat masih berada di dalam akuarium penetasan. Yang paling penting untuk diperhatikan yaitu pakan berupa cacing sutra sebaiknya tersedia setiap saat di dalam akuarium. Maksudnya untuk mengurangi sifat kanibalisme benih lobster dan agar benih lobster dapat lebih cepat tumbuh membesar. Penyakit yang menyerang benih lobster dalam sistem pembudidayaan seperti ini, sampai saat ini belum ditemukan. Namun demikian, bukan tidak mungkin suatu saat akan muncul jenis penyakit yang dapat menyerang benih. Untuk itu perlu dlakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara selalu memperhatikan kebersihan pakan dan kebersihan air akuarium. Untuk menjamin kebersihan pakan, pakan berupa cacing sutra sebelum diberikan, sebaiknya dengan air bersih terlebih dahulu. Selain itu kebersihan akuarium juga harus selalu diperhatikan dengan cara melakukan penyedotan kotoran dan pengurasan air akuarium secara teratur.
Pakan yang diberikan untuk induk lobster yaitu pakan D.2 atau D.3 bentuk pelet yang biasa digunakan untuk pakan udang galah dewasa. Pemberian pakan dalam bentuk pelet ini diberikan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari dengan jumlah 2-3 gram per ekor. Sedangkan pemberian pakan tambahan dapat berupa usus ayam yang sudah dicincang, cacing merah, atau cacing tanah. Pemberian pakan harus tetap dipantau sesuai kebutuhan, agar tidak terjadi pemborosan. Jika pakan yang diberikan pada sore hari masih tersisa, pada pagi harinya sebaiknya tidak diberi pakan lagi.
Untuk menjaga agar air akuarium tetap jernih dan bersih, sebaiknya setiap dua hari sekali sisa pakan dan kotoran dalam akuarium disedot. Penyedotan juga dimaksudkan untuk mengurangi tingginya kadar amoniak dalam air akuarium. Penyedotan biasanya dilakukan pada pagi hari setelah pemberian pakan. Sementara untuk pengurasansekaligus pergantianair dilakukan setiap dua minggu sekali. Caranya, induk-induk dipindahkan ke akuarium yang kosong terlebih dahulu bersama pipa paralonnya. Jadi, induk tetap berada di dalam pipa saat dipindahkan. Setelah itu, akuarium dikuras dan dibersihkan dengan menggunakan span. Selanjutnya, akuarium diisi kembali dengan air bersih hingga ketinggian sekitar 25-30 cm.
Untuk mencegah terjadinya kematian akibat saling memangsa antarinduk lobster, maka induk yang sedang moulting sebaiknya segera dipisahkan ke akuarium lain yang masih kosong. Maksudnya untuk mengkarantina induk, agar terhindar dari sifat kanibalisme lobster lain. Proses pengkarantinaan tidak berlangsung lama. Paling lama hanya berlangsung sehari, karena kulit baru lobster yang sudah moulting dalam waktu sehari sudah mengeras lagi. Setelah itu, induk dikembalikan ke akuarium perkawinan.
Cara Pencegahan kanibalisme yang lainnya, yaitu dengan selalu memberi pakan secara teratur dan cukup. Dengan pakan yang cukup, sifat kanibalisme induk lobster dapat ditekan sehingga tidak akan memangsa induk lain yang sedang moulting.
Usaha pernbesaran lobster air tawar lebih banyak ditujukan untuk dijadikan lobster konsumsi. Sebagai salah satu menu makanan favorit lobster dicari konsumen karena rasanya yang gurih, lezat, serta kandungan kolesterol, lemak dan garamnya cukup rendah. Sampai saat ini menu yang menyajikan masakan olahan lobster cukup beragam. •
Bagi para pelaku usaha budi daya pembesaran lobster air tawar, kondisi semacam itu merupakan peluang usaha yang menjanjikan. banyak keuntungan, yaitu menjadi peternak pembesaran benih menjadi lobster dewasa siap konsumsi. Permintaan lobster juga tidak hanya terbatas pada udang konsumsi, melainkan untuk memenuhi permintaan para penggemar ikan hias yang ingin memajang lobster air tawar sebagai udang hias di dalam akuarium.
Sebenarnya teknis budi daya pembesaran lobster air tawar lebih mudah dibandingkan dengan usaha pembenihan. Meskipun demikian, usaha ini membutuhkan waktu yang relatif lebih lama, yaitu sekitar 6 -7 bulan terhitung dari pemeliharaan anakan hingga menjadi lobster dewasa siap konsumsi. Meskipun demikian, usaha pembesaran sebenarnya bisa dijalankan dalam satu rangkaian kegiatan usaha dengan pembenihan. Bagaimanakah teknis budi daya pembesaran lobster air tawar? Berikut ini akan dijelaskan tahapannya secara jelas.
Namun untuk lebih praktisnya, disarankan usaha pembesaran dilakukan langsung di dalam kolam pembesaran saja. Karena berdasarkan pengalaman dibandingkan dengan akuarium, pembesaran di dalam kolam lebih mudah dilakukan dan pertumbuhan lobster akan lebih cepat. Kolam yang digunakan adalah kolam pemeliharaan induk, yang cara membuatnya telah dijelaskan pada bab 3.
Air di dalam kolam pembesaran ketinggiannya dikondisikan sekitar 25-30 cm. Jika terletak di lokasi yang terbuka, sebaiknya permukaan air kolam diberi tanaman air seperti eceng gondok atau selada air sebanyak setengah bagian permukaan kolam. Tetapi, jika kolam berada di lokasi yang tertutup, tanpa pemberian tanaman air pun sudah cukup karena anakan dapat bersembunyi di dalam pipa.
Sebelum diisi benih lobster, kolam pembesaran terlebih dahulu diberi pipa paralon berdiameter 2 inci dengan panjang 10 cm. ldealnya, jumlah pipa paralon yang dimasukkan sesuai dengan jumlah benih yang akan dibesarkan. Agar pipa tidak bergerak bebas, pipa-pipa dapat diikat dengan kawat atau dilem antara satu dengan yang lain. Jumlah pipa yang diikat tergantung keinginan peternak. Namun, biasanya dua pipa diikat menjadi satu. Maksud pemberian pipa paralon dengan jumlah yang disamakan dengan banyaknya benih lobster yang akan dibesarkan, yaitu agar setiap benih lobster mendapatkah tempat persembunyian untuk mencegah terjadinya kanibalisme di antara sesama benih pada saat terjadi moulting. Di samping itu, ukuran diameter pipa paralon harus diganti secara bertahap sebagai penyesuaian terhadap pertumbuhan anak lobster. Pada saat anak sudah berumur 4 bu Ian, pipa paralon diganti dengan paralon yang lebih besar, yaitu yang diameternya 4 inci dengan panjang pipa 20 cm. Memasuki umur 5 bulan, pipa paralon diganti lagi dengan pipa yang diameternya lebih besar lagi, yaitu 5 incl dengan panjang sekitar 26 cm.
Setelah kolam terisi air dan di beri pipa paralon sejumlah yang diperlukan, kegiatan selanjutnya yaitu memasukkan benih ke dalam kolam. Benih dimasukkan satu per satu ke dalam kolam. Untuk benih berumur 3 - 4 bulan padat penebaran yang ideal adalah sekitar 75 - 100 ekor per m2. Seiring dengan pertumbuhan anak di dalam kolam maka padat penebaran dikurangi dan disesuaikan dengan umur anak lobster. Setelah anakan tumbuh menjadi lobster muda yaitu setelah berumur 4 bulan atau lebih, sebagian dipindahkan ke kolam kosong lainnya. Padat penebaran yang ideal untuk lobster muda di dalam kolam adalah sekitar 40 - 60 ekor per m2.
Salah satu kelengkapan kolam pembesaran yang juga sangat penting keberadaan nya dan tidak boleh dilupakan yaitu aerator. Aerator menjadi sangat penting keberadaannya karena berfungsi sebagai pemasok oksigen ke dalam air. Tanpa aerator dapat dipastikan anak lobster akan mengalami stres, bahkan bisa mati dalam hitungan 12 jam setelah dimasukkan, karena kekurangan oksigen. Karena fungsi aerator demikian penting, maka peternak harus selalu memantau aerator agar jangan sampai mati. Jika listrik padam dan aerator tidak bisa berfungsi maka salah satu alternatif yang terbaik untuk menyelamatkan nya yaitu dengan cara ketinggian air di dalam kolam dikurangi menjadi setinggi 5-10 cm. Walaupun cara ini belum tentu berhasil, namun setidaknya dapat memperpanjang hidup lobster sampai sekitar 12 jam.
Waktu pemberian pakan dilakukan setiap pagi hari sekitarjam 08.00-09.00 dan sore hari sekitarjam 16.00-17.00. Jumlah pemberian pelet harus disesuaikan dengan jumlah lobster yang ada di dalam kolam dan kemampuan anakan mengkonsumsi pakan. Sebagai bahan perbandingan, setiap lobster dewasa hanya mampu menghabiskan pakan sekitar 2-3 gram pelet per hari.
Pemberian pakan buatan dan pakan alami dapat dilakukan secara bersamaan. Namun, jika dilakukan bersamaan jumlah pelet yang diberikan harus dikurangi, agar tidak terjadi pemborosan. Misalnya, yang biasanya setiap lobster dewasa diberi 2-3 gram pelet per hari, jika diberi pakan buatan, jumah pelet yang diberikan menjadi 1-2 gram per hari.
Di samping harus dilakukan penyedotan endapan di dasar kolam, air kolam juga perlu dikuras dan diganti dengan air yang baru secara teratur. Caranya, air kolam disedot hingga ketinggiannya hanya sekitar 5 cm. Setelah itu, semua lobster diambil dengan cara diserok, lalu dipindahkan ke wadah atau akuarium lain. Selanjutnya, kolam dikuras hingga bersih. Setelah kegiatan pengurasan dan pergantian air selesai dilakukan, lobster kembali dimasukkan ke dalam kolam beserta pipa-pipa paralonnya. Proses pembersihan kolam ini biasanya berlangsung sekitar 1 jam. Pengurasan dan pergantian air secara total cukup dilakukan dua minggu sekali.
Tidak adanya serangan hama dan penyakit dalam pembudidayaan lobster air tawar, juga ada kemungkinan karena selama ini lobster air tawar belum diusahakan dalam kolam-kolam pembesaran yang sangat luas seperti yang dilakukan dalam pembudidayaan udang galah. Sehingga proses perawatan dan pemantauan nya relatif lebih mudah dibandingkan pembudidayaan udang galah yang menggunakan kolam-kolam pembesaran yang luas.
Namun demikian, para pelaku budi daya lobster air tawar harus tetap waspada karena suatu saat bukan hal yang tidak mungkin akan muncul serangan hama dan penyakit.
Jika dilihat dari kebiasaan hid up lobster air tawar yang memiliki kemiripan dengan udang galah, ada kemungkinan suatu saat nanti hama dan penyakit yang sering ditemukan menyerang udang galah dapat menjangkiti lobster air tawar pula.Untuk itu, berikut akan dijelaskan mengenai penggunaan obat-obatan secara tepat dan aman dalam upaya menanggulangi berbagai penyakit yang sering terjadi pada budi daya udang galah dan mungkin dapat menyerang lobster air tawar.
Untuk kolam budi daya lobster air tawar yang dikondisikan seperti udang galah dan kepadatannya cukup tinggi, penggunaan obat-obatan sangat diperlukan untuk memperbaiki keseimbangan ekosistem yang telah terganggu. Umumnya biaya penggunaan obat-obatan berkisar 1-2 % dari biaya operasional, dan dalam jumlah itu dapat menyelamatkan investasi secara keseluruhan. Namun, biaya penggunaan obat-obatan dapat membengkak menjadi 5 % atau lebih, jika pengelolaan kolam kurang terkontrol.
Dari alasan tersebut di atas, maka untuk kolam budi daya intensif atau budi daya lobster air tawar dengan kepadatan tinggi dan skala yang cukup luas, penggunaan obat-obatan harus bersifat preventif bukan bersifat kuratif. Obat adalah zat kimia yang dihasilkan baik secara alamiah atau pun secara buatan. Zat tersebut mampu memengaruhi kehidupan mikroorganisme dan sel jaringan, juga organ dari makhluk hidup yang mengkonsumsi nya. Berdasarkan zat aktif yang dikandungnya, obat-obatan untuk udang galah yang juga dapat diterapkan dalam pembudidayaan lobster air tawar dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. rnenyediakan unsur-unsur hara esensial,
b. merangsang pertumbuhan phitoplankton, dan
c. menormalkan warna air.
a. untuk dasar kolam akan menguraikan zat-zat racun seperti amonia, hidrogen sulfida, karbondioksida dan memanfaatkannya menjadi nutrisi phitoplankton,
b. menurunkan sumber penyakit, dan
c. membantu pencernaan dan meningkatkan jumlah nutrisi pakan yang dapat diserap oleh lobster.
a. meningkatkan ketahanan hidup lobster,
b. potensial setelah pengobatan dan fase penyembuhan dari penyakit, dan
c. bila digunakan untuk campuran pakan lobster, sangat berguna mem-
perkaya nutrisi lobster.
a. membunuh virus dan bakteri,
b. pengobatan berbagai penyakit udang,
c. pencegahan penyakit virus dan bakteri, dan d. sangat potensial sebagai desinfektan kolam.
a. menekan terjadinya kulit lembek,
b. menunjang produktivitas kolam, dan
c. menanggulangi keracunan logam berat.
a. membunuh jamur, algea dan bakteri, dan
b. mencegah dan mengobati penyakit udang.
pengobatan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, dan mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan oleh virus.
a. memperbaiki kondisi kolam,
b. meningkatkan kualitas air kolam,
c. mencegah kerusakan dasar kolam, dan
a. mengikat kelebihan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan phitoplankton,
b. pengobatan penyakit antena putus, dan c. perangsang ganti cangkang (moulting).
Baik secara oral ataupun difusi-osmosa, obat dalam tubuh udang maupun lobster akan diproses melalui 4 tahap yang disebut farmakokinetik (gerak dan perubahan obat dalam tubuh), yang meliputi penyerapan, peredaran, perubahan dan pengolahan dalam hepatopankreas, serta pengeluaran. Obat yang diberikan, baik per oral maupun ditebarkan langsung pada air kolam dapat bereaksi secara sistemik atau bekerja di dalam tubuh ataupun nonsistemik, tergantung dari zat aktif yang terkandung di dalamnya. Hal ini memberikan pengertian bahwa pengobatan udang atau lobster berarti pengobatan pada air kolam. Jadi pengobatan berlaku bagi udang dan lobster sekaligus bagi lingkungannya.
Penggunaan obat-obatan tertentu mempunyai efek samping. Oleh karena itu, penggunaan obat-obatan tidak boleh berlebihan, sebab selain merupakan pemborosan juga membahayakan kehidupan udang dan lobster. Karena alasan inilah maka para pelaku budi daya losbter maupun udang galah harus memahami efek samping dari obat-obatan yang dipakainya, antara lain sebagai berikut.
1. Non-selektif, karena selain membunuh bi bit penyakit,juga mengiritasi insang.
2. Dapat merusak paru-paru, mata dan selaput lendir.
1. Menyebabkan jaringan pembentuk darah rusak.
2. Nafsu makan menurun.
3. Berat tubuh menurun.
4. Menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
5. Sudah ada bakteri yang resisten.
1. Berkurangnya jumlah bakteri tapi diikuti pertumbuhan jamur yang luar biasa.
2. Menjadiberacunbila digunakanbersamaMethoxyflurane.
3. Aktivitas menurun pada air dengan pH asam atau basa.
4. Sudah ada bakteri yang kebal.
1. Gangguan pada saluran pencernaan,saraf perifer dan alat reproduksi.
2. Menurunkan nafsu makan.
3. Menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
4. Sudah ada bakteri yang kebal.
1. Menyebabkan terjadinya bakteri cepat resisten.
2. Menimbulkan stres.
3. Menurunkan nafsu makan dan fungsi atraktan pakan.
4. Menghambat pertumbuhan.
5. Menyebabkan kerusakan pada hepatopankreas.
6. Aktivitas menurun pada pH asam.
1. Tepat guna, dalam arti menggunakan obat sesuai dengan sasaran pen- gobatan dan kondisi yang dijadikan sasaran pengobatan.
2. Ampuh, dalam arti potensi dan dosisnya sesuai dengan yang dianjurkan.
3. Aman, dalam arti selalu mengikuti aturan dan petunjuk penggunaan obat- obatan serta memiliki pengetahuan atau pengalaman cara pengobatan.
4. Praktis, dalam arti dapat memilih obat-obatan yang mudah cara pernakal- annya, tersedia di pasaran, dan harganya murah.
Berdasarkan tujuannya, panen lobster air tawar dari kolam pembesaran dibedakan menjadi dua, yaitu pemanenan untuk calon induk dan pemanenan untuk konsumsi. Panen calon induk dilakukan lebih awal dibandingkan untuk konsumsi.
Cara memanen lobster untuk konsu msi cu ku p sederhana, yaitu dengan cara menguras seluruh air kolam pembesaran. Setelah air kolam habis, lobster ditangkap satu per satu dan dimasukkan ke dalam wadah atau langsung dikemas dalam sebuah wadah kemasan berupa styrofoam.
Kegiatan pascapanen yang sangat penting diperhatikan oleh pelaku usaha budi daya lobster air tawar adalah pemasaran produk. Pemasaran merupakan ujung tombak usaha budi daya apapun juga termasuk budi daya lobster air tawar. Tanpa pemasaran, kegiatan budi daya apa pun juga tidak akan bisa berjalan. Bahkan dapat dikatakan sia-sia belaka.
1. lsi air sebanyak sepertiga bagian wadah, masukkan satu lembar daun pepaya. Setelah itu masukkan benih lobster. Daun pepaya berfungsi agar lobster tidak mabuk perjalanan.
2. lsi oksigen ke dalam wadah yang sudah terisi lobster dan daun pepaya. Kemudian lkat wadah plastik dengan karet gelang. Selanjutnya kemasan siap di angkut. Perhatikan caranya pada gambar berikut!
Cara pengemasannya adalah sebagai berikut.
1. Siapkan kotak styrofoam.
2. Styrofoam diisi air setinggi 7 cm.
3. Masukkan sepasang induk lobster.
4. Masukkan satu lembar daun pepaya agar lobster tidak rnabuk perjalanan.
5. Tutup kotak styrofoam dan beri lakban agar tidak mudah lepas.
6. Kotak styrofoam berisi lobster siap diangkut untuk dipasarkan.
Usaha budi daya lobster air tawar di Indonesia baru mulai ramai diusahakan pada awal tahun 2003, meskipun sebenarnya sudah diperkenalkan sejak tahun 1991. Mendirikan usaha budi daya lobster air tawar sebenarnya cukup menguntungkan karena sampai saat ini permintaan pasar cukup tinggi, baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor.
Para calon wiraswastawan budi daya lobster air tawar sebenarnya tidak perlu khawatir untuk memasarkan hasil budi dayanya. Di pasaran dalam negeri, misalnya, masih sangat terbuka. Pegusaha budi daya lobster air tawar dapat langsung menjual lobster air tawarnya ke beberapa restoran dan hotel- hotel berbintang di beberapa kota besar, seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, Bali, Yogyakarta dan kota-kota besar lainnya. Di samping dipasarkan secara langsung, pengusaha lobster air tawar juga dapat memasarkan hasil budi daya nya melalui pasar-pasar swalayan atau supermarket. lni merupakan peluang bagi pengusaha karena sampai saat ini belum dilakukan. Selain permintaan yang masih tinggi, di pasaran dalam negeri harga lobster air tawar sampai saat ini masih cukup tinggi yaitu sekitar Rp150.000,00/kg.
Pada masa yang akan datang diyakini bisnis lobster di dalam negeri akan semakin berkembang. Hal ini dikarenakan kebutuhan pasar akan lobster tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, tetapi juga akan diserap banyak oleh para penggemar ikan hias yang ingin memelihara lobster sebagai udang hias dalam akuarium-akuarium. Keindahan lobster memang sangat memukau para penggemar ikan hias. Selain bentuk dan ukurannya yang unik dan besar, lobster air tawar ternyata memiliki aneka jenis dengan warna yang berbeda-beda pula.
Sampai saat ini memang peluang pasar terbesar untuk lobster adalah pasar ekspor. Permintaan untuk ekspor terutama diserap oleh negara-negara Jepang, Singapura, Korea, Hongkong dan beberapa negara-negara di Eropa seperti Perancis, Belanda, dan Belgia. Negara-negara tersebut mendatangkan langsung lobster dari negara-negara produsen seperti Australia dan Amerika. Saat ini, beberapa peternak dari Indonesia sudah mulai merambah pasar ekspor. Mereka mulai mengirim secara berkala lobster air tawar, baik dalam keadaan hidup maupun beku, meskipun jumlahnya masih sangat sedikit. Di Australia, harga lobster berkisar antara Rp250.000,00-Rp300.000,00 per kilogram.
Pada masa yang akan datang, Indonesia dengan kondisi lingkungan dan sumber daya alamnya yang mendukung bagi pembudidayaan lobster air tawar, diperkirakan akan menjadi salah satu produsen sekaligus pengekspor lobster air tawar terbesar selain Australia dan Amerika. Namun, keadaan itu hanya dapat tercapai jika didukung oleh semua pihak yang terkait termasuk pemerintah dan para pengusaha lobster air tawar di tanah air.
Sengaja dalam perhitungan tidak dicantumkan mengenai besaran nominal biaya maupun keuntungan. Hal ini dengan pertimbangan harga yang selalu terjadi fluktuatif. Di sini hanya disajikan mengenai cara memperhitungkannya dengan besaran nominal yang dikosongkan. Para calon pelaku usaha budi daya diharapkan dapat mengetahui besarnya biaya dan keuntungan dengan melakukan survei ke lapangan untuk memastikan biaya yang berlaku sekarang ini.
a. Lama pengusahaan sekitar satu tahun.
b. Pemanenan dapat dilakukan empat kali.
c. Lobster yang dibudidayakan adalah jenis Cherax quadricarinatus.
d. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari luar.
e. Harga beli calon induk lobster
f. Tingkat kematian benih mencapai 15% (SR = 85%).
g. Harga jual benih umur 2 buIan Rp... per ekor.
MENGENAL ASPEK BIOLOGI DAN JENIS-JENIS LOBSTER AIR TAWAR.
Sebenarnya lobster air tawar bukan hanya Cherax quadricarinatus (red claw) saja, melainkan masih banyak lagi jenis yang lain nya. Red claw merupakan salah satu jenis dari sekian banya lobster air tawar yang ditemukan hidup di beberapa perairan di dunia.
Jenis-jenis lobster air tawar yang hidup di beberapa perairan di dunia jumlahnya mencapai puluhan hingga ratusan jenis. Namun, dari sekian banyak jenis lobster tersebut belum semuanya dapat dibudidayakan. Hal ini disebabkan setiap jenis lobster memiliki aspek biologi yang berbeda-beda, terutama dalam hal karakteristik lingkungan hidup. Dari sekian banyak jenis lobster, hanya beberapa saja yang sudah diketahui karakteristik lingkungan hidupnya.
Karakteristik lingkungan hidup ini sangat perlu untuk diketahui sebagai modal dasar untuk pembudidayaan. Dengan mengetahui karakteristik lingkungan hidupnya, kita dapat membuat tempat hidup di pembudidayaan yang disesuaikan dengan keadaan di .tempat asalnya. Dengan perkataan lain, untuk membudidayakan setiap jenis lobster di luar habitat asalnya, perlu dilakukan proses adaptasi lingkungan sesuai habitatnya.
A. Aspek Biologi Lobster Air Tawar
Sebelum membicarakan cara-cara pembudidayaan lobster air tawar, terlebih dahulu akan dijelaskan beberapa aspek biologi lobster air tawar,yaitu mengenai kedudukannya dalam klasifikasi dan karakteristik nya yang meliputi morfologi, habitat dan penyebaran, pergantian kulit, sifat kanibal, cara perkernbangbiakan, serta siklus hidupnya. Untuk itu, marilah kita pelajari baik-baik seluruh aspek biologi nya sebagai dasar-dasar pengetahuan bagi pembudidayaan nya.
1. Klasifikasi Lobster Air Tawar
Sebelum dijelaskan mengenai karakteristik atau ciri khasnya, perlu diketahui bahwa lobster air tawar yang berhasil dibudidayakan dilihat dari klasfikasinya berbeda dengan lobster air laut. Lobster air laut yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat umurn penggemar sea food berasal dari familia Penaeidae, Palinuridae, dan Scyllaridae. Sementara jenis-jenis lobster air tawar yang sudah berhasil dibudidayakan, umumnya berasal dari familia Parastacidae dan Cambaridae. Dari sisi pembudidayaan, semua jenis lobster air laut hidup di laut dan belum bisa di budidaya kan di luar habitat aslinya. Adapun lobster air tawar hidup di air tawar dan sebagian sudah bisa di budidaya kan.
2. Morfologi
Jenis lobster air tawar yang berhasil dibudidayakan termasuk ke dalam family Parastaciadae dan Cambaridae. Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada ciri-ciri morfologis nya yang akan dijelaskan berikut ini.
Perhatikan morfologi lobster air tawar pada gambar di atas! Jika kita perhatikan lobster air tawar tubuhnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian depan dinamakan chepalothorax yang terdiri atas kepala dan dada. Sementara itu, tubuh bagian belakangnya dinamakan abdomen yang terdiri dari badan dan ekor.
Bagian kepala lobster air tawar dinamakan carapace. Carapace ini tertutup oleh kulit atau cangkang kepala. Adapun kelopak kepala bagian depan dinamakan rostrum atau cucuk kepala. Bentuk rostrum nya meruncing dan bergerigi. Kepala lobster air tawar terdiri atas enam ruas. Pad a ruas pertama terdapat sepasang mata yang bertangkai dan bisa digerak-gerakkan. Pada ruas kedua dan ketiga terdapat sepasang sungut kecil (antennula) dan sungut besar (antenna).
Pada ruas keempat, kelima, dan keenam terdapat rahang (mandibula), maxilla I, dan maxilla II, yang ketiganya berfungsi sebagai alat makan. Di bagian kepala terdapat lima pasang kaki dinamakan periopod. Kaki pertama, kedua, dan ketiga mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi capit (chela). Capit pertama berfungsi sebagai senjata untuk menqhadapi musuhnya. Kadang kala capit tersebut digunakannya untuk menangkap mangsa yang bergerak lebih cepat. Capit kedua dan ketiga digunakan sebagai alat yang berfungsi seperti tangan, yaitu menyuapi mulut ketika makan. Sementara dua pasang kaki lainnya digunakan sebagai alat untuk bergerak atau sebagai kaki jalan (walking legs).
Sementara pada bagian abdomennya terdapat em pat pasang kaki renang yang terletak pada masing-masing ruas. Kaki-kaki tersebut berfungsi untuk kaki renang (swimming legs). Sementara bagian ekor terdiri atas dua bagian, yaitu ekor kipas (uropoda) dan ujung ekor (telson).
3. Tempat Hidup (Habitat) dan Penyebaran
Secara alarni, keluarga lobster air tawar tersebut menyebar hampir di semua benua kecuali Afrika dan Antartika, meskipun di kedua benua tersebut pernah ditemukan fosilnya. Pada dasarnya lobster air tawar terdiri atas tiga famili, seperti yang dikemukakan dimuka, yaitu Astacidae, Cambaridae, dan Paras,tacidae. Familia Astacidae banyak ditemukan di perairan baqian barat Rocky Mountains di barat laut Amerika Serikat sampai Kolombia, Kanada, dan juga di Eropa. Familia Cambaridae banyak ditemukan di bagian timur Amerika Serikat dan bagian selatan Meksiko. ambaridae terdiri atas 80% dari jumlah spesies yang ditemukan di dunia. Sementara familia Parastacidae banyak ditemukan hidup di perairan Australia, Selandia Baru, Amerika Selatan dan Madagaskar.
Di Indonesia sendiri lobster. air tawar banyak ditemukan di perairan Jayawijaya, Papua. Beberapa jenis dari familia Parastacidae, yang ditemukan di perairan Jayawijaya, Papua antara lain Cherax monticola, Cherax lorentzi, dan Cherax lakembutu.
4. Jenis-Jenis Makanan
Lobster air tawar di tempat hidup asalnya, tergolong hewan pema- kan segala (omnivora). Bahan-bahan pakan alami yang berasal dari hewan dan tumbuhan sangat disukainya. Pakan alami dari golongan hewan yang disukai lobster yaitu cacing sutra, cacing air, cacing tanah, dan plankton. Adapun pakan alami berasal dari tumbuhan yang disukai oleh lobster, yaitu tanaman air seperti lumut dan akar selada air.
Selain pakan alami, ternyata lobster air tawar juga menyukai pakan buatan, terutama pelet. Jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang besar,kebutuhan pakan lobster sebenarnya sangat sedikit, yaitu hanya sekitar 2-3 gram per ekor lobster dewasa per hari. Kebutuhan pakan tersebut selain digunakan untuk pertumbuhan, juga untuk perkembangbiakan.
5. Pergantian Kulit (Moulting)
Seperti halnya bangsa udang-udangan, lobster air tawar juga melakukan pergantian kulit yang disebut moulting. Proses pergantian kulit dilaku- kan lobster berkaitan dengan pertumbuhan membesar dari tubuhnya. Untuk tumbuh menjadi besar, lobster perlu membuang kelopak kulit (eksoskeleton) yang keras dan tidak elastis dan menyelimuti tubuh- nya. Kulit lama yang dibuang nantinya digantikan dengan kulit baru. Lobster yang masih muda akan lebih sering mengalami moulting dibandingkan dengan lobster dewasa. Hal ini disebabkan lobster muda masih mengalami proses pertumbuhan.
Selama hidupnya, lobster mengalami pergantian kulit (moulting) hingga puluhan kali. Pergantian kulit mulai terjadi pada umur 2-3 minggu. Frekuensi pergantian kulit akan sering terjadi sebelum lobster dewasa (berumur 6-7 bulan) dibandingkan dengan lobster yang sudah dewasa. Lobster dewasa, terutama induk jantan maupun betina akan memulai kembali moulting setelah 2-3 kali melakukan perkawinan.
Moulting pada lobster berfungsi selain untuk merangsang atau mempercepat pertumbuhan, juga untuk mempercepat proses pematangan gonad pada induk. Dengan demikian, induk akan cepat menghasilkan telur. Moulting juga berfungsi untuk menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau patah. Kaki atau capit yang patah akan tumbuh normal kembali dengan cepat setelah moulting. Namun demikian, kaki bekas patah tersebut tidak sebesar kaki sebelum patah.
Pada saat sebelum moulting atau sekitar 2-3 jam sebelumnya, lobster tampak sangat lemah dan seakan-akan mau mati. Lobster terlihat stres dan tidak mau makan. Pada tahap awal, kulit kepala akan mengelupasatau terlihat terangkat dan terpisah dari kepala. Dalam beberapawaktu, kepala akan keluar dari kulit kepala lalu diikuti dengan terkelupasnya kulit eksoskeleton. Tubuh lobster yang sudah berganti kulit masih terlihat lemah karena kulitnya masih sangat lunak. Setelah 24 jam semua kulit akan mengeras kembali seperti sedia kala. Selama proses moulting, lobster tidak makan.
6. Sifat Kanibal
Perlu diketahui, bahwa lobster memiliki sifat kanibal, yaitu suka me- mangsa kawannya sendiri. Sifat ini mulai muncul sejak lobster masih kecil. Sifat kanibal pada lobster akan muncul apabila kekurangan makanan. Sifat kanibal juga muncul terutama pada lobster sehat terhadap lobster yang sedang ganti kulit. Dalam keadaan lemah, lobster yang mengalami ganti kulit akan dimangsa oleh lobster yang tidak sedang ganti kulit. Untuk menghindari kanibalisme tersebut, biasanya lobster yang akan melakukan proses ganti kulit mencari tempat persembunyian.
7. Cara Perkembangbiakan
Ketika akan memulai perkembangbiakan, induk lobster betina terlebih dal rnernpersiapkan telurnya untuk dibuahi oleh induk jantan. Proses matang telur dapat dilihat dari perkembangan ovarium yang berada di bagian pu gung induk lobster betina. Sementara itu induk jantan juga rnernpersiapl kematangan sperma yang ditentukan oleh perkembangan alat kelam nya yang dinamakan petasma. Petasma ini mengandung spermatozc Setelah gonad matang, indukjantan dengan sendirinya akan melakuk. perkawinan dengan induk betina. Untuk beberapa waktu, telur akan dibua oleh sperma. Pembuahan yang terjadi pada lobster adalah pernbuahs internal, yaitu sperma membuahi sel telur di dalam tubuh induk betina. Tell yang telah dibuahi akan muncul dan melekat di bagian bawah tubuh indu betina hingga menetas. Telur-telur tersebut berbentuk oval mendekati bulat Setelah dibuahi telur akan berubah warna hingga siap menetas. Perubahar warna telur setelah dibuahi hingga menetas secara berturut-turut,yaitu kuning, oranye, dan timbul bintik-bintik hitam.
8. Siklus Hidup
Siklus hidup lobster air tawar dimulai dari sejak lobster dewasa mulai ma- tang alat kelaminnya (gonad) antara umur 6-7 bulan. Setelah itu induk betina akan melangsungkan perkawinan dengan induk jantan. Setelah ter- jadi proses pembuahan (fertilisasi), induk betina otomatis akan mengerami telurnya hingga menetas yang berlangsung selama 1,5 bulan. Setiap kali bertelur, jumlah telur yang menetas antara 150-800 ekor. Dan dalam jangka waktu 6-7 bulan, anak lobster itu akan mengalami proses pembesaran menjadi lobster dewasa yang siap dijadikan induk atau siap dikonsumsi. Perlu diketahui bahwa seeker lobster dapat hidup sampai puluhan tahun.
B. Mengenal Jenis-Jenis Lobster Air Tawar yang Dibudidayakan
Sampai saat ini baru ada dua famili lobster air tawar yang sudah ber- hasil dibudidayakan di luar habitat aslinya yaitu famili Cambaridae dan Parastacidae. Jenis lobster air tawar dari familia Cambaridae yang berhasil dibudidayakan adalah Priocambarus clarkii, sedangkan dari farnilia- Parastacidae ada beberapa jenis antara lain yaitu, Cherax destructor, Cherax tenuimanus, Cherax quadricarinatus, dan Astacopsis gouldi. Untuk lebih mengenalnya berikut ini akan dideskripsikan satu per satu.
1. Procambarus clarkii
Ciri khas lobster air tawar dari jenis Procambarus clarkii adalah seluruh tubuh lobster jantan berwarna merah bata, sedangkan lobster betinanya berwarna oranye kemerah- merahan. Ukuran tubuh lobster ini lebih kecil dibandingkan dengan lobster jenis Cherax sp. Panjang tubuh Procambarus clarkii dewasa hanya berukuran sekitar 12 cm, sedangkan beratnya di antara 75-100 gram per ekornya.
2. Cherax quadricarinatus
Cherax quadricarinatus merupakan lobster air tawar yang termasuk dalam famili Parastacidae. Jenis lobster air tawar ini memiliki nama populer red claw. lstilah itu diberikan, karena di kedua ujung capitnya terdapat warna merah. Red Claw sangat sesuai hidup di lingkungan dengan suhu air opti- mal di antara kisaran 20-24° C, pH 7-8, dan kesadahan air 10-20° dH.
Red claw memiliki bentuk tubuh yang hampir sama dengan lobster air tawar pada umumnya. Hanya satu ciri utama yang membedakannya dari lobster jenis lain, yaitu warna tubuhnya. Tubuhnya didominasi oleh warna biru laut yang berkilau. Antar-ruas kelopak kulit berwarna putih.
Panjang tubuh red claw dewasa dapat mencapai 50 cm dengan berat antara 800-1000 gram per ekor. lnduk red claw sudah mulai kawin dan bertelur pada umur 6-7 bulan. Jumlah telur yang dihasilkan untuk sekali perkawinan dapat mencapai 100-200 butir. Setelah berumur satu tahun, dapat menghasilkan telur antara 600-1.000 butir. Lobster betinanya dapat bertelur hingga 5 kali dalam satu tahun.
Selain sebagai udang konsumsi, red claw juga dapat dijadikan udang hias dalam akuarium, karena memiliki warna tubuh yang indah. Warna biru laut yang dimiliki lobster ini, tampak mengilat terpancar dari tubuhnya. Bagi para penggemar ikan hias untuk memperoleh warna biru dari ikan hias air tawar yang mirip dengan warna biru yang dimiliki lobster ini sangat sulit. Bahkan, mungkin tidak akan pernah dijumpai. Warna biru seperti itu hanya mungkin bisa ditemukan pada ikan hias yang berasal dari laut.
3. Astacopsis gouldi
Seperti jenis Cherax sp., Astacopsis gouldi jug a termasuk keluarga Parastacidae. Lobster air tawar ini lebih dikenal dengan sebutan tazmania giant freshwater lobster. Tubuhnya berwarna cokelat kehitam-hitaman terutama pada bagian tubuh, kepala, dan capit. Di antara jenis lobster air tawar lainnya, jenis ini yang paling besar. Panjang tubuh lobster raksasa ini bisa mencapai 90 cm dengan berat 4-6 kg per ekor.
Dibandingkan dengan red. claw, jenis lobster ini memiliki produktivitas yang rendah, yaitu dalam dua tahun hanya melakukan perkawinan sebanyak sekali dengan jumlah telur yang dihasilkan sekitar 4.000 butir. Telur-telur yang dibawa oleh induk betina baru dapat menetas setelah terjadi satu tahun pembuahan.
Pada dasamya Astacopsis gouldi kurang sesuai dibudidayakan di Indonesia, karena membutuhkan suhu air di bawah 20° C.
4. Cherax destructor
Seperti dikemukakan di muka Cherax destructor merupakan lobster air tawar yang termasuk dalam famili Parastacidae. Jen is lobster air tawar ini memiliki ciri khas pada capitnya yang berukuran lebih besar dibandingkan jenis lobster air tawar yang lainnya. Bahkan, ukuran capitnya hampir sama dengan ukuran tubuhnya. Untuk itu, lobster ini dikenal dengan sebutan destructoryang artin.ya "si penghancur".
Di samping itu ciri khas lainnya yang dimiliki lobster ini yaitu seluruh tubuhya mulai dari ekor hingga kepala berwarna merah kecokelatan. Panjang tubuhnya di antara 30-50 cm sedangkan beratnya bisa mencapai 300-500 gram per ekor. lingkungan hidup dan tingkat produktivitas Cherax destructor sama dengan Cherax quadricarinatus. Dalam setahun Cherex destructor hanya dapat melakukan perkawinan dua kali. Untuk satu kali perkawinan dihasilkan anakan sekitar 30-150 ekor. Cherax destructor memiliki tingkat kanibalisme yang lebih tinggi dibandingkan jenis lobster air tawar yang lainnya, terutama pada saat terjadi moulting. Bahkan, lobster betina nya mampu memangsa lobster jantan. ltulah sebabnya lobster air tawar ini jarang dipilih oleh para pelaku budi daya lobster air tawar. Menurut pelaku budi daya lobster air tawar, Cherax destructor yang warnanya biru dapat dikawin silangkan dengan Cherax quadricarinatus.
Perkawinan silang kedua jenis lobster itu nantinya menghasilkan anak lobster yang warnanya biru tetapi lebih tua, namun capitnya tampak lebih ideal.
5. Cherax teriuimanus
Lobster air tawar dari jenis Cherax tenuimanus juga termasuk famili Peresteciaee dikenal dengan sebutan marron. Lobster air tawar ini banyak warnanya. Ada jenis marron dengan warna tubuh biru keunguan dan ada pula cokelat tua keunguan. Jenis lobster ini hidup di antara suhu air 11-30° C dengan pH 6-8.
MEMPERSIAPKAN LOKASI DAN PERLENGKAPAN BUDI DAYA
Untuk menjalankan usaha, sebaiknya segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha itu harus dipersiapkan dengan baik. Demikian pula dalam usaha pembudidayaan lobster air tawar. Karena usaha ini berkaitan dengan kehidupan makhluk hidup, maka harus benar benar dipersiapkan dengan baik agar lobster yang akan dibudidayakan dapat hidup dan berkembang biak sesuai harapan.
Beberapa hal pokok yang harus diperhatikan dan dipersiapkan dalam pembudidayaan lobster air tawar antara lain menentukan lokasi usaha yang tepat, ketersediaan sumber air yang cukup, serta ketersediaan sarana dan prasarana seperti bak, akuarium, dan peralatan pendukung budi daya lainnya.
A. Menentukan Lokasi Budi Daya
Untuk membudidayakan lobster air tawar di Indonesia, sebenarnya pe- nentuan lokasi bukan sesuatu hal yang perlu dipermasalahkan, terutama untuk usaha skala kecil. Di samping keadaan iklim Indonesia sendiri mendukung, juga karena usaha budi daya lobster dapat dilakukan di tempat yang tidak terlalu luas. Lobster dapat dibudidayakan di lahan kosong yang berada di sekitar tempat tinggal. Bahkan, halaman rumah pun bisa dijadikan sebagai lokasi usaha. Lain halnya, jika ingin membudidayakan lobster air tawar dalam skala besar atau industri, lokasi mutlak harus diperhatikan.
Dalam usaha budi daya lobster air tawar ada dua macam yang bisa diusahakan, yaitu usaha pembenihan dan usaha pembesaran. Untuk mendirikan usaha pembenihan maupun usaha pembesaran, sebaiknya mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, dan teknis.
Beberapa faktor sosial ekonomi yang harus dijadikan bahan pertimbangan antara lain sebagai berikut.
1. Pemilihan Lokasi Usaha di Daerah Sekitar Kawasan lndustri yang Padat Sebaiknya Dihindari
Di daerah sekitar kawasan industri yang padat sudah banyak terjadi pencemaran, baik pencemaran udara maupun pencemaran air yang dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan lobster yang akan dibudidayakan. Pencemaran udara banyak terjadi sebagai akibat asap-asap pabrik. Sedangkan pencemaran air disebabkan sungai-sungai di daerah sekitar kawasan industri biasanya sudah tercemar zat-zat kimia beracun dari limbah industri.
2. Dapat Berdampak Positifbagi Masyarakat di Sekitar Lokasi Usaha
Dengan di dirikan nya usaha budi daya lobsterair tawar dapat berdampak positif bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha. Diharapkan dengan berdirinya usaha budi daya lobster air tawar di suatu daerah tertentu, dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat di daerah tersebut. Masyarakat di daerah sekitar lokasi usaha dapat diikutsertakan sebagai pegawai atau menjadi pemasok sarana dan prasarana usaha. Bahkan, masyarakat di sekitar lokasi dapat dijadikan sebagai mitra usaha atau menjadi plasma dari usaha yang didirikan.
3. Tersedia sarana dan prasarana yang memadai
Di lokasi usaha budidaya lobster air tawar, mutlak harus tersedia sarana dan prasarana yang dapat memperlancar jalannya usaha. Di samping itu, lokasi usaha budi daya sebaiknya dilengkapi pula dengan sarana pendukung usaha seperti tersedia jalan dan alat transportasi. Dengan demikian, pengangkutan hasil produksi dan faktor produksi seperti bibit, pakan, dan peralatan usaha lainnya dari dalam dan ke luar lokasi usaha dapat dengan mudah dilakukan.
4. Keamanan di Lokasi Usaha Terjamin
Lokasi usaha sebaiknya dipilih yang aman dari gangguan luar seperti pencu- rian dan hal-hal lain yang dapat mengganggu kelancaran usaha. Faktor pertim- bangan ini sangat penting untuk diperhatikan, mengingat usaha pembudida- yaan lobster air tawar merupakan usaha dengan investasi yang cukup besar.
Adapun faktor-faktor teknis yang sangat penting untuk diperhatikan sehubungan dengan penentuan lokasi usaha budi daya lobster air tawar antara lain tersedianya sumber air yang cukup dan baik secara kuantitas maupun kualitas.
Dengan demikian, air dapat digunakan sewaktu-waktu tanpa harus tergantung pada musim dan lokasi usaha harus bebas dari banjir. Dengan diperhatikannya faktor-faktor sosial ekonomis dan teknis seperti yang dikemukakan di atas, diharapkan nantinya ketika usaha sudah berjalan tidak menghadapi hambatan yang berarti. Kalaupun ada hambatan, dapat diatasi dengan baik dan cepat sehingga tidak menghambat jalannya usaha.
B. Menyediakan Sumber Air Tawar yang Cukup dan Terjamin Kualitasnya
Karena yang akan di budidaya adalah hewan yang habitatnya di air tentu air merupakan kebutuhan utama. Dalam budidaya lobster air tawar, selain berfungsi sebagai pengangkut bahan pakan dan memperlancar metabolisme dalam tubuh lobster. Air juga berfungsi sebagai tempat memelihara lobster sehingga tanpa tersedia air yang memadai, mustahil lobster bisa hidup.
Dari namanya tentu kita sudah dapat memperkirakan air yang bagaimana yang dibutuhkan untuk memelihara lobster ini. Untuk memelihara lobster air tawar, tentunya air tawar yang harus kita sediakan.
Beberapa sumber air tawar yang dapat digunakan untuk budidaya lobster air tawar antara lain air sungai, air sumur, dan air PAM atau air ledeng. Air yang berasal dari ketiga sumber air tawar tersebut tidak dapat langsung digunakan, melainkan. harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan air ini bertujuan untuk mengkondisikan agar kualitasnya sesuai untuk kehidupan lobster.
Kriteria kualitas air dapat diukur dengan beberapa parameter, antara lain kadar keasaman (pH), suhu, kadar kesadahan (dH), kandungan oksigen (02) terlarut (DO), dan kandungan karbondioksida (CO2). Dari beberapa pelaku budi daya diketahui bahwa kondisi kualitas air yang sesuai untuk pemeliharaan lobster air tawar yaitu pH 7 - 8 dengan suhu 20 - 24 °C dan tingkat kesadahan air agak lembut, yaitu antara 10 - 20° dH. Sementara kandungan 02 terlarut minimal 7 ppm dan CO2 maksimal 10 ppm.
Jika air yang digunakan bersumber dari sungai sebaiknya kondisi air tidak hanya jernih tetapi pH-nya harus dalam keadaan netral dan air terse but perlu diendapkan terlebih dahulu. Sedangkan jika air tawar yang digunakan berasal dari sumur (air tanah) dapat langsung diolah dan digunakan. Namun, untuk air PAM (air ledeng) sebelum diolah dan digunakan, harus diuapkan selama 10-12 jam. Penguapan air PAM (ledeng) bertujuan untuk mengurangi kandungan klor di dalam air sebagai akibat dari pengaruh kaforit yag dimasukkan dalam air PAM. Jika air kandungan klornya tinggi sudah dapat dipastikan akan memiliki pH yang tinggi pula. Dengan penguapan, pH air ledeng dapat kembali mendekati normal.
C. Menyediakan Tempat Pemeliharaan
Sampai saat ini para pelaku budi daya memelihara lobster air tawar dalam kolam-kolam dan akuarium-akuarium pemeliharaan. Ada yang menggu- nakan kolam sebagai tempat memelihara induk yang sekaligus digunakan sebagai tempat pembesaran. Atau ada juga pembesarannya dilakukan di kolam-kolam pemeliharaan, sedangkan untuk perkawinan, pengeraman dan penetasan, serta pembenihan dilakukan di dalam akuarium.
1. Kolam untuk Pemeliharaan Lobster
Kolam untuk tempat hidup lobster dapat berbentuk segi empat atau disesuaikan dengan luas dan bentuk lahan yang tersedia. Namun, yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kolam lobster adalah ukurannya. Ukuran kolam yang ideal yaitu panjang 2 m, lebar 1 m dan kedalamannya sekitar 0,5 m. Jika kolam yang digunakan terlalu luas nantinya akan menyulitkan dalam proses pengontrolan, terutama jika terdapat lobster yang sedang moulting.
Umumnya kolam yang digunakan untuk pemeliharaan lobster terbuat dari bahan campuran semen dan pasir. Ketebalan dinding kolam disesuaikan dengan besarnya kolam. Jika kita perhatikan kolam pemeliharaan lobster air tawar bentuknya berbeda dengan kolam untuk memelihara ikan. Perbedaannya terletak pada bibir atas kolam bagian dalam yang diberi kaca, porselen, atau ada juga yang cukup diaci dengan semen. Pembuatan bibir kolam seperti ini bertujuan untuk mencegah agar lobster tidak melarikan diri dari kolam pemeliharaan.
Lobster air tawar dikenal memiliki sifat pengembara yang tinggi. Dengan adanya kaca atau porselen yang dipasang di bibir kolam bagian dalam, lobster tidak bisa merayap naik karena kondisi pinggiran kolam licin. Tinggi kaca atau porselen dari bibir atas kolam ke bawah cukup dibuat 20 cm. Sementara dinding bagian bawah sampai dasar kolam ketinggiannya bisa dibuat sampai 30 cm, dan diplester menggunakan bahan dari semen. Bagian ini juga merupakan batas pengisian air.
Untuk mencegah agar air kolam tidak meluap keluar dan menciptakan kondisi air kolam yang mengalir, sebaiknya dibuat saluran pembuangan. Saluran pembuangan dapat dibuat di dinding kolam dengan cara melubangi dinding. Saluran pembuangan seperti ini dapat dibuat pada ketinggian 30 cm.
Lubang pembuangan dapat pula dibuat di bagian tengah atau pinggir bak dengan cara memasang pipa paralon berdiameter 1 inci (2,5 cm) dengan ketinggian setinggi air kolam. Namun, lubang bagian atas paralon harus ditutup dengan kawat kasa agar lobster muda tidak masuk ke dalamnya. Pembuatan lubang pembuangan sebaiknya dipikirkan sedemikian rupa agar mempermudah pada saat dilakukan pengurasan kolam.
Sementara untuk memasukkan air ke dalam kolam, tidak harus melalui lubang pemasukan. Pemasukan air ke dalam kolam cukup dilakukan menggunakan selang yang dibentangkan di atas kolam.
2. Akuarium
Akuarium dalam pembudidayaan lobster air tawar biasanya dipergunakan untuk perkawinan induk, pengeraman dan penetasan, serta untuk memelihara benih. Akuariurn untuk budi daya lobster air tawar dapat berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar. Akuarium dibuat dari kaca dengan ketebalan kaca disesuaikan dengan besar-kecilnya akuarium. Akuarium untuk perkawinan induk yang ideal untuk lobster air tawar dibuat dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 45 cm. Akuarium pengeraman dan penetasan di buat dengan ukuran 60 cm x 45 cm x 40 cm. Sedangkan akuarium un- tuk pemeliharaan benih dibuat dengan ukuran 100 cm x 70 cm x 25 cm.
Untuk rnenceqah, agar lobster tidak keluar dari akuarium, sebaiknya di
setiap bagian atas dinding atau bibir akuarium dipasang kaca dengan lebar sekitar 5-8 cm. Pemasangan kaca harus dilakukan sedemikian rupa sehingga terlihat menutupi sebagian akuarium. Di samping itu, pada salah satu sudut akuarium bagian atas sebaiknya diberi lubang sebesar selang aerator. Selain sebagai tempat masuknya selang aerator, pembuatan lubang tersebut bertujuan untuk mencegah lobster merayap keluar melalui selang aerator.
D. Pipa paralon dan Roster
Pada kolam kolam dan akuarium pemeliharaan, umumnya pelaku budi daya lobster meletakkan pipa-pipa paralon dan roster. Pemberian pipa paralon dan roster ini dimaksudkan sebagai tempat persembunyian sekaligus tempat untuk berlindung bagi lobster dari cahaya yang berlebihan seperti sinar matahari. Ukuran diameter dan panjang pipa paralon disesuaikan dengan pertumbuhan lobster. Pada tabel 3.1 diperlihatkan berbagai ukuran pipa paralon yang disesuaikan dengan umur lobster.
Tabel 3.1 Ukuran Pipa Paralon yang Disesuaikan dengan Umur Lobster
Diameter Pipa (inci) Panjang Pipa (cm) Umur Lobster (bulan)
0,5 4-5 1-2
1 6 2-3
2 10 3- 4
3 14 4-4,5
4 20 5-6
5 26 >6
Jika menggunakan pipa-pipa paralon, baik di akuarium maupun di dalam kolam, sebaiknya pipa-pipa paralon itu saling direkatkan dengan menggunakan lem atau diikat dengan kawat. Jumlah pipa-pipa yang direkatkan atau diikat tergantung besar-kecil pipa, yang penting pipa- pipa tersebut tidak dapat bergerak bebas di dalam air ketika digunakan oleh lobster untuk bersembunyi.
Penggunaan roster sebagai tempat per- sembunyian mempunyai beberapa kelemahan, yaitu hanya dapat digunakan untuk anak lobster sampai umur 3 bulan atau panjang tubuh maksimal sudah mencapai 7,5 cm. Kelemahan lain dari roster yaitu mud ah pecah dan tidak tahan lama jika dibandingkan dengan pipa paralon.
E. Aerator
Alat yang juga tak kalah pentingnya untuk disediakan bagi pembudidayaan lobster air tawar yaitu aerator. Alat ini sangat penting keberadaannya karena tanpa alat ini ada kemungkinan lobster akan mati ketika dipelihara dalam akuarium atau kolam sebagai akibat kurangnya pasokan oksigen dari udara.Aerator yang digunakan sebaiknya disesuaikan denganjumlah atau besar kecilnya akuarium dan kolam yang digunakan. Aerator dapat dibeli di toko-toko yang menjual aksesoris akuarium dan ikan hias.
F. Peralatan Tambahan
Peralatan tambahan yang juga harus disediakan untuk membudidayakan lobster air tawar, antara lain pH meter, pemanas (heater), dan selang penyedot kotoran. Alat-alat tersebut hanya sewaktu-waktu saja penggunaannya. Namun demikian, harus tetap tersedia. Selang penyedot misalnya, baru digunakan pada saat kolam dibersihkan untuk menyedot kotoran atau pergantian air.
USAHA PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR
Usaha untuk memperoleh benih atau anakan lobster air tawar dinamakan pembenihan atau hatchery. Yang menjadi ukuran keberhasilan usaha pembenihan lobster air tawar yaitu diperoleh benih dalam jumlah banyak dengan kualitas yang baik dan tingkat kematiannya rendah.Pada usaha pembenihan lobster air tawar terdapat beberapa tahap kegiatan, yaitu antara lain pengadaan dan seleksi calon induk, memasukan calon induk ke dalam akuarium, pemijahan induk, pengeraman dan penetasan telur, perawatan induk, dan yang terakhir tentunya adalah pemungutan hasil atau yang lebih dikenal dengan pemanenan. Usaha pembenihan yang akan dijelaskan disini, yaitu usaha pembenihan lobster air tawar dari jenis Cherax quadricarinatus atau yang lebih lazim disebut orang sebagai lobster red claw.
A. Pengadaan Dan Seleksi Calon lnduk
Pada umumnya lobster yang diperoleh dari sepasang induk lobster air tawar dari jenis red claw, hanya sekitar 5% saja yang dapat dikatakan layak untuk dijadikan sebagai indukan. Dari jumlah yang sangat sedikit itu, berarti induk berkualitas yang dijual di pasaran juga sangat terbatas jumlahnya. Hal ini disebabkan banyak peternak penghasil indukan yang juga menyimpan calon indukan kualitas terbaik hasil budi daya mereka, dan hanya sebagian saja yang dijual ke pasaran.Dengan terbatasnya stok calon indukan di jual di pasaran, tentunya pelaku usaha pembenihan (hatchery) mau tidak mau harus mampu menghasilkan indukan berkualitas sendiri. Untuk mendapatkan calon indukan yang berkualitas, pelaku usaha pembenihan harus melakukan kegiatan seleksi atau pemilihan calon induk.
Beberapa hal yang harus dijadikan patokan ketika melakukan seleksi calon induk antara lain umur. daya pertumbuhan, nafsu makan dan jenis kelamin. keempat kriteria pemilihan calon indukan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Umur
Setiap makhluk itu baik itu hewan maupun tumbuhan mempunyai masa reproduksi (matang kelamin) yang berbeda-beda. Induk lobster air tawar baru mengalami rnatang kelamin pada umur 6 - 7 bulan. Oleh karena itu, jika akan membeli calon induk sebaiknya membeli calon induk di bawah umur itu, atau paling tidak pilihlah calon induk yang sudah berumur 5 bulan. Maksudnya yaitu memberi kesempatan pada calon induk memiliki waktu yang cukup, tetapi tidak terlalu lama untuk mengadaptasikan dirinya dengan lingkungan baru sebelum mereka dikawinkan.2. Daya Pertumbuhan
Daya pertumbuhan atau ke- ma mp u an tumbuh benih lobster sanqat dipengaruhi oleh faktor turunan atau genetik. Oleh karena itu, ketika memilih calon induk, calon peternak harus memperhatikan daya pertumbuhan dari benih sampai lobster dewasa. Untuk mengetahui hal tersebut, calon sebelum memutuskan untuk membelinya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, karena calon induk yang daya pertumbuhannya cepat diperkirakan akan cepat pula matang kelaminnya sehingga diharapkan benih yang dihasilkannya pun akan banyak serta daya pertumbuhannya akan sama dengan daya pertumbuhan induknya.Meskipun lobster dalam keadaan cacat fisik masih bisa dipilih sebagai calon induk, karena keadaannya itu sama sekali tidak akan memengaruhi proses pemijahan dan anak yang akan dihasilkan. Cacat fisik pada lobster tidak permanen. Karena lobster merupakan salah satu hewan yang memiliki daya regenerasi. Artinya, jika kaki atau capit patah akan tumbuh kembali secara alami. Bahkan, kaki atau capit yang patah akan tumbuh lebih cepat setelah proses pergantian kulit (moulting).
3. Nafsu Makan Tinggi
Kriteria lainnya yang dapat dijadikan patokan dalam pemilihan calon induk, yaitu nafsu makannya tinggi. Nafsu makan calon induk harus tinggi. Hal ini penting untuk dijadikan pertimbangan agar kondisi fisik calon induk kuat. Calon induk yang kuat tentu tidak akan mudah stres dan sakit. Calon induk betina dengan kondisi fisik yang baik dan didukung oleh kebutuhan gizi pakan yang juga terpenuhi diharapkan mampu menghasilkan telur dalam jumlah banyak dan sernuanya dapat menetas dengan sempurna.4. Jenis kelamin
Kriteria selanjutnya yang dapat dijadikan patokan dalam seleksi calon induk yaitu jenis kelamin. Pelaku usaha budi daya hatchery lobster air tawar harus trampil dan mampu membedakan mana induk jantan dan induk betina. Membedakan jenis kelamin lobster air tawar sebenarnya cukup mudah, caranya yaitu dengan rnernperhatikan ada tidaknya warna merah pada ujung capitnya. Namun, ciri tersebut baru bisa dilihat setelah anakan sudah berumur 2-3 bulan. Jika di bagian ujung capit besar sebelah luar berwarna merah, dapat dipastikan bahwa lobster red claw tersebut berjenis kelamin jantan. Sementara red claw betina tidak ditemukan warna merah di capit sebelah luar. Warna capit betina tetap sama dengan warna tubuhnya. Namun, terkadang pada calon induk betina sering dijumpai warna oranye di ujung capit bagian dalam.Sebenarnya penentuanjenis kelamin pada red claw sudah bisa dilakukan sejak umur 2-3 bulan. Ciri fisik utama yang dapat dilihat yaitu jika pada bagian pangkal sepasang kaki paling belakang tumbuh benjolan, maka dapat dipastikan lobstertersebut berkelaminjantan, sedangkan pada betina benjolan tumbuh di pangkal sepasang kaki ketiga dari belakang.
Selain ciri tersebut, jenis kelamin pada lobster dapat pula diketahui dari kecepatan pertumbuhan sekelompok lobster yang seumur. Jika dari sekelompok anak lobster terdapat lobster dengan ukuran tubuh dan capit yang lebih besar dapat dipastikan jenis kelaminnya adalah jantan. Sementara lobster yang betina ukuran tubuh dan capitnya lebih kecil.
B. Merawat Calon lndukdi dalam Kolam atau Akuarium
Apabila pada proses seleksi dipilih calon induk yang umurya di bawah lima atau masih berumur 2-3 bulan, sebaiknya calon-calon induk itu dimasukkan terlebih dahulu ke dalam kolam. Maksudnya,disamping diadaptasikandengan lingkungan barunya juga agar proses pertumbuhannya cepat. Disamping itu, dengan memelihara calon induk sejak umur tersebut hingga siap dikawinkan dapat diketahui calon-calon induk mana yang berkualitasdan mana yang tidak berkualitas. Pemeliharaan calon induk di dalam kolam berlangsung hingga umurnya mencapai lima bulan.Setelah calon-calon induk dibeli dan dibawa ke lokasi pembudidayaan, calon-calon itu segera dimasukkan ke dalam kolam atau akuarium pemeliharaan sementara. Pada dasarnya, cara memasukan calon induk ke dalam kolam cukup mudah, yaitu satu per satu calon induk yang sudah dibeli dimasukkan ke dalam kolam dengan menggunakan tangan. Ketika memasukkan calon induk ke dalam kolam atau akuarium, harus dilakukan secara hati-hati. Agar calon induk lobster tidak mencapit tangan, maka peganglah abdomen bagian atasnya dengan menggunakan tangan, caranya seperti diperihatkan pada gambar 4.7.
Calon induk yang dibesarkan dan dipelihara untuk sementara waktu dalam kolam atau akuarium pemeliharaan, harus dipantau dengan baik. Pemberian pakan dengan jumlah dan frekuensi yang tepat dapat mendukung bagi proses pertumbuhan calon induk. Selain itu, dapat mencegah terjadinya saling memangsa di antara calon- calon induk.
Pakan yang diberikan dapat berupa pelet udang galah atau cacing merah. Pakan tersebut diberikan dua kali sehari, yaitu pada jam 08.00-09.00 dan jam 16.00 - 17.00. Jumlah pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan kemampuan makan lobster. Pakan diberikan dengan cara memasukkan pakan ke dalam kolam sedikit demi sedikit. Jika lobster terlihat sudah kekenyangan dan tidak mau makan lagi, sebaiknya pemberian pakan dihentikan.
Di samping pemberian pakan, kualitas air kolam juga harus diperhatikan, terutama kandungan oksigen terlarut dan amoniaknya. Kandungan oksigen di dalam air harus cukup dan tidak boleh kurang. Jika kandunganoksigen kurang, calon induk akan mengalami stres, bahkan dapat mati. Oleh karena itu, kolam pemeliharaan harus dilengkapi dengan aerator atau pompa air yang dapat mensuplai oksigen. Alat pensuplai oksigen tersebut harus dinyalakan terus-menerus selama 24 jam.
Untuk mencegah agar kadar amoniak tidak tinggi dalam air kolam, sebaiknya air kolam secara teratur diganti setiap tiga minggu sekali. Mengenai cara pengurasan dan pergantian air kolam akan dijelaskn secara rinci di Bab 5 tentang pembesaran lobster air tawar.
C. Memindahkan Calon lndukke AkuariumPerkawainan
Sebaiknya akuarium perkawinan disiapkan terlebih dahulu sebelum calon induk dipindahkan dari kolam.Terutama kualitas air dan kelengkapan pipa paralon sebagai tempat persembunyian. Ketinggian air di dalam akuarium cukup dibuat antara 25-30 cm. lni dikarenakan lobster lebih senang melakukan aktifitas di dasar air. Sementara sebagai tempat persembunyian, di dalam akuarium disebar pipa paralon berdiameter 5 inci sebanyak jumlah induk yang akan dimasukkan. Dengan demikian, setiap induk akan menempati satu pipa paraIon.Setelah akuarium untuk perkawinan selesai dipersiapkan berikut dengan kelengkapannya, baru calon-calon induk di dalam kolam dipindahkan dengan cara diserok. Kemudian lobster yang berada di serokan dipilih berdasarkan jenis kelamin nya menggunakan tangan, lalu dimasukkan ke dalam akuarium perkawinan. Jumlah perbandingan jantan dan betina yang dimasukkan ke dalam akuarium idealnya yaitu 1 : 2. Artinya, satu ekor jantan dan dua ekor betina. Dalam akuarium pemijahan yang berukuran 1 m x 1/2 m x 0,45 cm dapat ditempatkan 10-15 ekor calon induk.
Setelah calon induk dimasukkan ke dalam akuarium, mereka akan mengalami proses adaptasi. Dalam jangka waktu sekitar satu bulan lebih atau diperkirakan setelah berumur 6 - 7 bulan, calon induk akan melakukan perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang pagi. induk betina yang siap memijah tampak bergerak aktif mendekati jantan. Biasanya induk jantan dan betina yang berjodoh akan selalu bersama-sama sebelum kawin. Setelah beberapa saat, induk betina akan membalikkan tubuhnya dengan posisi terlentang. Pada saat itu, jantan akan segera mengawini dan ber kopulasi membentuk huruf Y. Perkawinan biasanya berlangsung sekitar 1/2 - 1 jam. Setelah sekitar 10-15 hari setelah perkawinan, biasanya induk betina terlihat sudah mulai mengeluarkan telur.
D. Memindahkan Induk ke Akuarium Pengeraman
Tanda-tanda induk betina yang sudah mulai mengeluarkan telur yaitu terlihat ekornya terlipat ke dalam dan sering bersembunyi di dalam pipa paralon. lnduk betina yang memperlihatkan tanda-tanda seperti itu, sebaiknya segera dipindahkan ke akuarium pengeraman dan penetasan.
Sebelum dipindahkan, akuarium pengeraman disiapkan dengan diisi air setinggi 25-30 cm. Setelah akuarium pengeraman siap berikut dengan kelengkapannya. lnduk betina yang terlihat mulai mengeluarkan telur dan mengerami telurnya segera dipindahkan. Pemindahan induk betina dilakukan bersama pipa paralon yang digunakan sebagai tempatnya bersembunyi. Proses pemindahan harus dilakukan dengan hati-hati agar induk tidak bergerak keluar dari pipa saat diangkat dari akuarium perkawinan. Pemindahan induk bersama pipa paralon lebih menjamin keselamatan telur yang ada di bawah tubuhnya.
Jika proses pemindahan dilakukan dengan menggunakan tangan, dikhawatirkan induk lobster akan berontak. Jika hal itu terjadi, telur-telur yang terdapat di bagian bawah tubuhnya akan berhamburan terlepas dari tubuh induknya.
Untuk satu aquarium pengeraman, sebaiknya ditempatkan satu ekor induk betina yang sedang mengerami telur. Tetapi, jika pada saat itu terdapat induk betina lain yang juga sedang mengerami telur dan diperkirakan umur sama pula maka dapat ditempatkan di akuarium pengeraman yang sama pula. Jumlah induk betina yang sedang mengerami telur dalam satu akuarium penetasan maksimal dua ekor. lnduk-induk betinatersebut walaupun ditempatkan dalam satu akuarium, tidak akan saling mengganggu dan tidak akan terjadi kanibalisme.
E. Pengeraman dan Penetasan Telur
lnduk betina yang telah mengeluarkan telur akan melindungi telurnya yang menempel di bagian bawah tubuh dengan cara melipat ekornya ke dalam. Biasanya induk betina yang sedang mengeram lebih sering bersembunyi di dalam pipa paralon. Sekitar 19 hari setelah kawin atau 4 hari setelah induk betina mengeluarkan telur yang pertama, semua te ur akan keluar dengan warna kuning. Sekitar dua minggu kemudian, telur akan berubah warna dari kuning menjadi oranye. Memasuki minggu keempat muncul bintik- bintik hitam. Bintik-bintik tersebut menandakan bahwa telur.tidak akan lama lagi akan menetas. Biasanya telur sudah menetas pada akhir minggu kelima. Setelah semua telur menetas, biasanya benih masih akan tetap menempel di tubuh induknya.Benih tidak akan langsung lepas dari tubuh induknya karena masih membutuhkan makanan yang berupa lendir di tubuh induknya. Benih akan mulai terlepas dari induknya setelah berumur 4-5 hari setelah menetas. Benih tersebut bentuknya sudah menyerupai induknya. Pada saat benih mulai ada yang lepas, sebaiknya ke dalam akuarium dimasukkan pipa paralon berdiameter paling kecil.
F. Merontokkan Benih
Benih yang keluar dari telur yang sudah menetas tidak dibiarkan hingga semuanya terlepas dengan sendirinya dari tubuh induk. Karena jika dibiarkan menunggu sampai semua benih atau anak lepas dengan sendirinya dari tubuh induk, dikhawatirkan induknya akan memangsa anaknya sendiri. Untuk menghindari terjadinya hal seperti itu, maka benih harus segera dipanen dengan cara dirontokkan dari tubuh induknya. Perontokan dilakukan pada awal minggu keenam atau setelah benih 25-30% terlepas dari tubuh induknya. Waktu perontokan tersebut dianggap tepat karena pada saat itu benih sudah mampu mencari makanannya sendiri.Cara melakukan perontokan benih dari tubuh induknya dimulai dengan penangkapan induk. Setelah ditangkap, kemudian induk lobster diangkat ke atas permukaan air sampai yang terendam hanya sebagian tubuhnya saja. Pada saat induk meronta-ronta berontak dengan cara mengibas-ngibaskan ekornya dan menggerak-gerakkan kakinya. Pada saat itulah benih-benih yang terdapat di bagian bawah tubuhnya akan terlepas satu per satu dan masuk ke dalam air akuarium. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah tahapan perontokan benih pada gambar berikut ini.
Setelah benih lepas semuanya, induk betina segera dikembalikan Ke akuarium perkawinan bersama pipa paralon yang ada pada akuarium pengeraman. Pengembalian induk betina ke akuarium perkawinan dimaksudkan agar induk tersebut segera melakukan perkawinan dan bertelur lagi. Menurut pengalaman petani lobster, induk betina yang sudah rnenetaskan telurnya, dalam waktu 3-4 minggu kemudian akan kembali bertelur.
G. Merawat Benih
Setelah benih atau anakan dipanen atau dirontokkan dari induknya, benih itu tetap dipelihara di dalam akuarium penetasan hingga mencapai umur satu bulan. Akuarium untuk memelihara benih harus diberi pipa paralon yang banyaknya sama dengan banyaknya benih. Selain itu, ketinggian air dikurangi hingga sekitar 10-12 cm.1. Pemberian pakan
Pakan untuk benih lobster dapat menggunakan pelet udang galah. Pemberian pakan dilakukan setiap sore hari sekitar pukul 16.00-17.00 dengan jumlah yang diperkirakan dapat habis dimakan oleh semua benih sampai keesokan harinya. Jika keesokan harinya masih terdapat sisa pakan maka pada hari itu tidak perlu diberi pakan lagi.Di samping pelet udang galah, benih lobster dapat diberi pakan lain yaitu cacing sutra. Pemberian pakan cacing sutra sebenarnya lebih menguntungkan dibandingkan pelet. Pakan caring sutra tidak membuat air akuarium cepat menjadi kotor seperti pakan pelet, karena cacing sutra yang diberikan dalam keadaan hidup. Untuk beberapa hari cacing sutra bisa bertahan hidup di dalam akuarium. Oleh karena itu, sebaiknya di dalam akuarium selalu tersedia cacing sutra. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah munculnya sifat kanibalisme antar benih lobster.
2. Membersihkan Akuarium Pemeliharaan Benih
Tingkat kematian benih lobster sampai umur dua bulan setelah panen bisa mencapai 10-15%. Kematian benih lobster umumnya disebabkanoleh kualitas air yang buruk, terutama disebabkan oleh kandungan amoniak yang tinggi akibat kondisi air akuarium yang keruh dan kotor.Air akuarium menjadi keruh dan kotor penyebabnya yaitu sisa pakan yang tidak termakan dan kotoran benih lobster itu sendiri. Oleh karenanya, air akuarium harus dibersihkan secara teratur agar kondisinya selalu bersih, sehingga jumlah benih yang mati dapat dikurangi.Setiap tiga kali sekali, kotoran yang terlihat mengendap di dasar akuarium sebaiknya diberikan dengan cara disedot menggunakan selang penyedot. Setelah semua kotoran terbuang, akuarium ditambah air sesuai dengan Ketinggian air sebelum disedot. Berkurangnya air akuarium disebabkan oleh ikut terbuangnya air saat penyedotan kotoran.
Menguras dan menggganti air akuarium dapat dilakukan setiap dua minggu sekali. Sebelum dilakukan pengurasan, terlebih dahulu pipa paralon dipindahkan ke dalam wadah berisi air, seperti ember. Sebagian benih yang terdapat di dalam pipa paralon juga ikut dipindahkan. Sementara benih yang masih tersisa di dalam akuarium dipindahkan dengan menggunakan serokan yang terbuat dari kain kasa atau disedot langsung dengan menggunakan selang. Diameter selang yang digunakan harus bisa dilalui oleh benih lobster. Semakin besar ukuran selang
Semakin baik. Penyedotan dengan selang tidak akan mencederai benih.
Setelah benih dipindahkan ke dalam ember berisi air, air akuarium dikuras hingga habis. Selanjutnya bagian dasar dan dinding akuarium dibersihkan dengan menggunakan spon. Setelah proses pembersihan akuarium selesai, akuarium diisi kembali dengan air bersih dengan ketinggian sekitar 10-15 cm. Sebelum benih dimasukkan ke dalam akuarium. sebaiknya kualitas air di cek terlebih dahulu terutama suhu dan pH-nya. Suhu air yang ideal untuk pemeliharaan benih yaitu di antara 20-24° C dan pH sekitar 7-8. Setelah suhu dan pH dipastikan telah sesuai, benih lobster dapat kembali dimasukkan ke dalam akuarium dengan menggunakan serokan kain kasa.
3. Perawatan ketika benih sedang moulting
Untuk tumbuh membesar benih lobster akan melakukan moulting. Benih lobster mulai mengalami moulting pada umur 2-3 minggu terhitung dari setelah menetas. Pada saat itu benih lobster akan memperlihatkan sifat kanibalismenya. Oleh karena- nya, benih harus dipantau secara berkala agar dapat diketahui secepatnya kapan waktu terjadinya moulting. Tanda-tanda benih yang akan moulting, yaitu benih akan terlihat diam dan lemah seperti mau mati. Agar benih tersebut tidak diserang oleh benih lobster lain, sebaiknya di dalam akuarium ditambahkan pipa paralon. Dengan demikian, benih yang sedang moultingH. Memindahkan Benih Yang Sudah Berumur 1 Bulan
Setelah benih lobster dipelihara sampai berumur satu buIan, sebaiknya dipindahkan ke akuarium pemeliharaan. Maksud pemindahan ini, yaitu agar benih lebih bebas bergerak karena akuarium pemeliharaan lebih besar dibandingkan dengan akuarium penetasan.Akuarium pemeliharaan dengan ukuran 1 m x 0,75 m x 0,25 m mampu menampung sekitar 100-200 ekor benih. Pemindahan benih dilakukan bersama pipa-pipa paralon dengan cara diangkat satu per satu. Sementara benih yang masih tersisa di akuarium penetasan diserok dengan kain kasa, kemudian dimasukkan ke dalam akuarium pemeliharaan. Ketinggian air akuarium pemeliharaan cukup 10-15 cm.
Perawatan benih di akuarium pembesaran sama dengan perawatan saat masih berada di dalam akuarium penetasan. Yang paling penting untuk diperhatikan yaitu pakan berupa cacing sutra sebaiknya tersedia setiap saat di dalam akuarium. Maksudnya untuk mengurangi sifat kanibalisme benih lobster dan agar benih lobster dapat lebih cepat tumbuh membesar. Penyakit yang menyerang benih lobster dalam sistem pembudidayaan seperti ini, sampai saat ini belum ditemukan. Namun demikian, bukan tidak mungkin suatu saat akan muncul jenis penyakit yang dapat menyerang benih. Untuk itu perlu dlakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara selalu memperhatikan kebersihan pakan dan kebersihan air akuarium. Untuk menjamin kebersihan pakan, pakan berupa cacing sutra sebelum diberikan, sebaiknya dengan air bersih terlebih dahulu. Selain itu kebersihan akuarium juga harus selalu diperhatikan dengan cara melakukan penyedotan kotoran dan pengurasan air akuarium secara teratur.
I. Pemanenan Benih
Setelah benih lobster mencapai umur 1,5 - 2 bulan, benih sudah dapat dipanen dan siap dijual ke pasaran. Proses pemanenan benih lobster cukup sederhana, yaitu pada tahap awal pipa-pipa paralon diangkat dari akuarium, Setelah itu, benih diserok dengan menggunakan serokan yang terbuat dari kain kasa. Selanjutnya, benih dikemas dalam kemasan khusus. Mengenai cara mengemas benih akan dijelaskan lebih rinci pada bab selanjutnya yaitu tentang pascapanen lobster.J. Merawat lnduk
Dari sejak induk lobster dikawinkan sampai dengan mengerami telur, harus tetap dirawat dengan baik agar cepat memijah. Perawatan meliputi pemberian pakan, penyedotan kotoran, dan pengurasan air secara berkala.Pakan yang diberikan untuk induk lobster yaitu pakan D.2 atau D.3 bentuk pelet yang biasa digunakan untuk pakan udang galah dewasa. Pemberian pakan dalam bentuk pelet ini diberikan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari dengan jumlah 2-3 gram per ekor. Sedangkan pemberian pakan tambahan dapat berupa usus ayam yang sudah dicincang, cacing merah, atau cacing tanah. Pemberian pakan harus tetap dipantau sesuai kebutuhan, agar tidak terjadi pemborosan. Jika pakan yang diberikan pada sore hari masih tersisa, pada pagi harinya sebaiknya tidak diberi pakan lagi.
Untuk menjaga agar air akuarium tetap jernih dan bersih, sebaiknya setiap dua hari sekali sisa pakan dan kotoran dalam akuarium disedot. Penyedotan juga dimaksudkan untuk mengurangi tingginya kadar amoniak dalam air akuarium. Penyedotan biasanya dilakukan pada pagi hari setelah pemberian pakan. Sementara untuk pengurasansekaligus pergantianair dilakukan setiap dua minggu sekali. Caranya, induk-induk dipindahkan ke akuarium yang kosong terlebih dahulu bersama pipa paralonnya. Jadi, induk tetap berada di dalam pipa saat dipindahkan. Setelah itu, akuarium dikuras dan dibersihkan dengan menggunakan span. Selanjutnya, akuarium diisi kembali dengan air bersih hingga ketinggian sekitar 25-30 cm.
K. Mencegah Munculnya Sifat Kanibal Pada lnduk
Dalam pembudidayaan lobster, tingkat kematian tertinggi lebih banyak disebabkan oleh sifat kanibal serta kondisi air yang kotor akibat sisa pakan dan kotoran lobster. • Sifat kanibal pada lobster air tawar lebih sering muncul ketika lobster sedang mengalami moulting. lnduk yang sedang moulting terlihat sangat lemah dan tubuhnya seperti mengeluarkan cairan sebagai pelicin untuk proses pergantian kulit. Pada saat induk lain melihat adanya induk yang sedang moulting, dengan sendirinya sifat kanibalnya akan muncul. lnduk tersebut seakan terangsang untuk memangsanya. Kemungkinan munculnya sifat kanibal disebabkan aroma cairan pelicin yang dikeluarkan oleh induk yang sedang moulting.Untuk mencegah terjadinya kematian akibat saling memangsa antarinduk lobster, maka induk yang sedang moulting sebaiknya segera dipisahkan ke akuarium lain yang masih kosong. Maksudnya untuk mengkarantina induk, agar terhindar dari sifat kanibalisme lobster lain. Proses pengkarantinaan tidak berlangsung lama. Paling lama hanya berlangsung sehari, karena kulit baru lobster yang sudah moulting dalam waktu sehari sudah mengeras lagi. Setelah itu, induk dikembalikan ke akuarium perkawinan.
Cara Pencegahan kanibalisme yang lainnya, yaitu dengan selalu memberi pakan secara teratur dan cukup. Dengan pakan yang cukup, sifat kanibalisme induk lobster dapat ditekan sehingga tidak akan memangsa induk lain yang sedang moulting.
USAHA PEMBESARAN LOBSTER
Usaha pernbesaran lobster air tawar lebih banyak ditujukan untuk dijadikan lobster konsumsi. Sebagai salah satu menu makanan favorit lobster dicari konsumen karena rasanya yang gurih, lezat, serta kandungan kolesterol, lemak dan garamnya cukup rendah. Sampai saat ini menu yang menyajikan masakan olahan lobster cukup beragam. •
Bagi para pelaku usaha budi daya pembesaran lobster air tawar, kondisi semacam itu merupakan peluang usaha yang menjanjikan. banyak keuntungan, yaitu menjadi peternak pembesaran benih menjadi lobster dewasa siap konsumsi. Permintaan lobster juga tidak hanya terbatas pada udang konsumsi, melainkan untuk memenuhi permintaan para penggemar ikan hias yang ingin memajang lobster air tawar sebagai udang hias di dalam akuarium.
Sebenarnya teknis budi daya pembesaran lobster air tawar lebih mudah dibandingkan dengan usaha pembenihan. Meskipun demikian, usaha ini membutuhkan waktu yang relatif lebih lama, yaitu sekitar 6 -7 bulan terhitung dari pemeliharaan anakan hingga menjadi lobster dewasa siap konsumsi. Meskipun demikian, usaha pembesaran sebenarnya bisa dijalankan dalam satu rangkaian kegiatan usaha dengan pembenihan. Bagaimanakah teknis budi daya pembesaran lobster air tawar? Berikut ini akan dijelaskan tahapannya secara jelas.
A. Penebaran Benih Lobster di dalam Kolam Pembesaran.
Kegiatan usaha budi daya pembesaran lobster air tawar dapat dimulai dari membeli benih yang berumur sekitar 2-3 bulan. Benih yang telah dibeli atau dari hasil membenihkan sendiri, dapat dipelihara di dalam akuarium yang khusus dibuat untuk pembesaran atau dapat langsung dimasukkan ke dalam kolam pembesaran.Namun untuk lebih praktisnya, disarankan usaha pembesaran dilakukan langsung di dalam kolam pembesaran saja. Karena berdasarkan pengalaman dibandingkan dengan akuarium, pembesaran di dalam kolam lebih mudah dilakukan dan pertumbuhan lobster akan lebih cepat. Kolam yang digunakan adalah kolam pemeliharaan induk, yang cara membuatnya telah dijelaskan pada bab 3.
Air di dalam kolam pembesaran ketinggiannya dikondisikan sekitar 25-30 cm. Jika terletak di lokasi yang terbuka, sebaiknya permukaan air kolam diberi tanaman air seperti eceng gondok atau selada air sebanyak setengah bagian permukaan kolam. Tetapi, jika kolam berada di lokasi yang tertutup, tanpa pemberian tanaman air pun sudah cukup karena anakan dapat bersembunyi di dalam pipa.
Sebelum diisi benih lobster, kolam pembesaran terlebih dahulu diberi pipa paralon berdiameter 2 inci dengan panjang 10 cm. ldealnya, jumlah pipa paralon yang dimasukkan sesuai dengan jumlah benih yang akan dibesarkan. Agar pipa tidak bergerak bebas, pipa-pipa dapat diikat dengan kawat atau dilem antara satu dengan yang lain. Jumlah pipa yang diikat tergantung keinginan peternak. Namun, biasanya dua pipa diikat menjadi satu. Maksud pemberian pipa paralon dengan jumlah yang disamakan dengan banyaknya benih lobster yang akan dibesarkan, yaitu agar setiap benih lobster mendapatkah tempat persembunyian untuk mencegah terjadinya kanibalisme di antara sesama benih pada saat terjadi moulting. Di samping itu, ukuran diameter pipa paralon harus diganti secara bertahap sebagai penyesuaian terhadap pertumbuhan anak lobster. Pada saat anak sudah berumur 4 bu Ian, pipa paralon diganti dengan paralon yang lebih besar, yaitu yang diameternya 4 inci dengan panjang pipa 20 cm. Memasuki umur 5 bulan, pipa paralon diganti lagi dengan pipa yang diameternya lebih besar lagi, yaitu 5 incl dengan panjang sekitar 26 cm.
Setelah kolam terisi air dan di beri pipa paralon sejumlah yang diperlukan, kegiatan selanjutnya yaitu memasukkan benih ke dalam kolam. Benih dimasukkan satu per satu ke dalam kolam. Untuk benih berumur 3 - 4 bulan padat penebaran yang ideal adalah sekitar 75 - 100 ekor per m2. Seiring dengan pertumbuhan anak di dalam kolam maka padat penebaran dikurangi dan disesuaikan dengan umur anak lobster. Setelah anakan tumbuh menjadi lobster muda yaitu setelah berumur 4 bulan atau lebih, sebagian dipindahkan ke kolam kosong lainnya. Padat penebaran yang ideal untuk lobster muda di dalam kolam adalah sekitar 40 - 60 ekor per m2.
Salah satu kelengkapan kolam pembesaran yang juga sangat penting keberadaan nya dan tidak boleh dilupakan yaitu aerator. Aerator menjadi sangat penting keberadaannya karena berfungsi sebagai pemasok oksigen ke dalam air. Tanpa aerator dapat dipastikan anak lobster akan mengalami stres, bahkan bisa mati dalam hitungan 12 jam setelah dimasukkan, karena kekurangan oksigen. Karena fungsi aerator demikian penting, maka peternak harus selalu memantau aerator agar jangan sampai mati. Jika listrik padam dan aerator tidak bisa berfungsi maka salah satu alternatif yang terbaik untuk menyelamatkan nya yaitu dengan cara ketinggian air di dalam kolam dikurangi menjadi setinggi 5-10 cm. Walaupun cara ini belum tentu berhasil, namun setidaknya dapat memperpanjang hidup lobster sampai sekitar 12 jam.
B. Pemberian Pakan
Anak lobster yang dibesarkan di dalam kolam pembesaran dapat diberi pa- kan buatan berupa pelet yang biasa digunakan untuk pakan udang galah. Pelet udang galah yang biasa digunakan untuk memberi makan anak lobster dalam kolam pembesaran yaitu pelet 01, 02, dan 03. Masing-masing pelet tersebut memiliki ukuran butiran yang berbeda. Pelet 01 sangat cocok untuk anak lobster yang masih berumur 1-2 bulan, pelet 02 untuk lobster umur 2-4 bulan, dan pelet 03 untuk lobster dewasa yang sudah berumur 5 bulan atau lebih. Di samping pelet, anakan lobster juga dapat diberi pakan alami berupa cacing sutra atau cacing merah.Waktu pemberian pakan dilakukan setiap pagi hari sekitarjam 08.00-09.00 dan sore hari sekitarjam 16.00-17.00. Jumlah pemberian pelet harus disesuaikan dengan jumlah lobster yang ada di dalam kolam dan kemampuan anakan mengkonsumsi pakan. Sebagai bahan perbandingan, setiap lobster dewasa hanya mampu menghabiskan pakan sekitar 2-3 gram pelet per hari.
Pemberian pakan buatan dan pakan alami dapat dilakukan secara bersamaan. Namun, jika dilakukan bersamaan jumlah pelet yang diberikan harus dikurangi, agar tidak terjadi pemborosan. Misalnya, yang biasanya setiap lobster dewasa diberi 2-3 gram pelet per hari, jika diberi pakan buatan, jumah pelet yang diberikan menjadi 1-2 gram per hari.
C. Membersihkan Kolam
Jika di dasar kolam terdapat endapan sebagai akibat sisa pakan dan sisa kotoran lobster yang tidak dibuang, maka endapan itu dapat meningkatkan kadar amoniak dan menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air kolam. Jika hal itu terjadi, lobster dapat mengalami stres yang terlihat dari nafsu makannya berkurang. Kadar amoniak yang tinggi dalam air kolam diindikasi- kan dengan keruhnya air kolam. Untuk membersihkannya, secara berkala endapan tersebut sebaiknya disedot dengan menggunakan selang. Akibat penyedotan endapan itu, ketinggian air kolam akan berkurang sehingga harus ditambahkan air baru setinggi sebelumnya.Di samping harus dilakukan penyedotan endapan di dasar kolam, air kolam juga perlu dikuras dan diganti dengan air yang baru secara teratur. Caranya, air kolam disedot hingga ketinggiannya hanya sekitar 5 cm. Setelah itu, semua lobster diambil dengan cara diserok, lalu dipindahkan ke wadah atau akuarium lain. Selanjutnya, kolam dikuras hingga bersih. Setelah kegiatan pengurasan dan pergantian air selesai dilakukan, lobster kembali dimasukkan ke dalam kolam beserta pipa-pipa paralonnya. Proses pembersihan kolam ini biasanya berlangsung sekitar 1 jam. Pengurasan dan pergantian air secara total cukup dilakukan dua minggu sekali.
D. Mencegah Serangan Hama dan Penyakit
Sampaisaat ini serangan hama dan penyakit pada budi daya lobster air tawar, belum banyak dilaporkan oleh para pelaku budi daya atau bahkan dapat dikatakan sama sekali tidak ada. Selama ini dalam pembudidayaan lobster air tawar, kematian yang terjadi lebih banyak disebabkan oleh sifat kanibalisme atau karena sanitasi kolam yang kurang baik. Maksud sanitasi kolam di sini, yaitu akibat kotornya kolam pemeliharaan yang tidak segera dibersihkan sehingga mengandung amoniak yang terlalu tinggi. Kadar amoniak yang terlalu tinggi dalam kolam pemeliharaan dapat menyebabkan kadar oksigen terlarut menjadi berkurang sehingga lobster menjadi stres dan mati karena kekurangan oksigen.Tidak adanya serangan hama dan penyakit dalam pembudidayaan lobster air tawar, juga ada kemungkinan karena selama ini lobster air tawar belum diusahakan dalam kolam-kolam pembesaran yang sangat luas seperti yang dilakukan dalam pembudidayaan udang galah. Sehingga proses perawatan dan pemantauan nya relatif lebih mudah dibandingkan pembudidayaan udang galah yang menggunakan kolam-kolam pembesaran yang luas.
Namun demikian, para pelaku budi daya lobster air tawar harus tetap waspada karena suatu saat bukan hal yang tidak mungkin akan muncul serangan hama dan penyakit.
Jika dilihat dari kebiasaan hid up lobster air tawar yang memiliki kemiripan dengan udang galah, ada kemungkinan suatu saat nanti hama dan penyakit yang sering ditemukan menyerang udang galah dapat menjangkiti lobster air tawar pula.Untuk itu, berikut akan dijelaskan mengenai penggunaan obat-obatan secara tepat dan aman dalam upaya menanggulangi berbagai penyakit yang sering terjadi pada budi daya udang galah dan mungkin dapat menyerang lobster air tawar.
Untuk kolam budi daya lobster air tawar yang dikondisikan seperti udang galah dan kepadatannya cukup tinggi, penggunaan obat-obatan sangat diperlukan untuk memperbaiki keseimbangan ekosistem yang telah terganggu. Umumnya biaya penggunaan obat-obatan berkisar 1-2 % dari biaya operasional, dan dalam jumlah itu dapat menyelamatkan investasi secara keseluruhan. Namun, biaya penggunaan obat-obatan dapat membengkak menjadi 5 % atau lebih, jika pengelolaan kolam kurang terkontrol.
Dari alasan tersebut di atas, maka untuk kolam budi daya intensif atau budi daya lobster air tawar dengan kepadatan tinggi dan skala yang cukup luas, penggunaan obat-obatan harus bersifat preventif bukan bersifat kuratif. Obat adalah zat kimia yang dihasilkan baik secara alamiah atau pun secara buatan. Zat tersebut mampu memengaruhi kehidupan mikroorganisme dan sel jaringan, juga organ dari makhluk hidup yang mengkonsumsi nya. Berdasarkan zat aktif yang dikandungnya, obat-obatan untuk udang galah yang juga dapat diterapkan dalam pembudidayaan lobster air tawar dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Garam-garam mineral
Manfaat garam-garam mineral ini antara lain:a. rnenyediakan unsur-unsur hara esensial,
b. merangsang pertumbuhan phitoplankton, dan
c. menormalkan warna air.
2. Bakteri dan Enzim pengurai
Manfaat bakteri dan enzim pengurai antara lain :a. untuk dasar kolam akan menguraikan zat-zat racun seperti amonia, hidrogen sulfida, karbondioksida dan memanfaatkannya menjadi nutrisi phitoplankton,
b. menurunkan sumber penyakit, dan
c. membantu pencernaan dan meningkatkan jumlah nutrisi pakan yang dapat diserap oleh lobster.
3. Vitamin lengkap
Manfaat vitamin lengkap antara lain:a. meningkatkan ketahanan hidup lobster,
b. potensial setelah pengobatan dan fase penyembuhan dari penyakit, dan
c. bila digunakan untuk campuran pakan lobster, sangat berguna mem-
perkaya nutrisi lobster.
4. Iodophore
Manfaat Iodophore antara lain:a. membunuh virus dan bakteri,
b. pengobatan berbagai penyakit udang,
c. pencegahan penyakit virus dan bakteri, dan d. sangat potensial sebagai desinfektan kolam.
5. Calsium dan Phospor
Manfaat calsium dan phospor antara lain:a. menekan terjadinya kulit lembek,
b. menunjang produktivitas kolam, dan
c. menanggulangi keracunan logam berat.
6. Ammonium kwartener
Manfaat Ammonium kwartener antara lain:a. membunuh jamur, algea dan bakteri, dan
b. mencegah dan mengobati penyakit udang.
7. Antibiotika
Manfaat antibiotika antara lain:pengobatan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, dan mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan oleh virus.
8. Sulfa dan Khemoterapeutik
Manfaat sulfa dan khemoterapeutik antara lain: mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh protozoa .9. Zeolit
Manfaat zeolit antara lain:a. memperbaiki kondisi kolam,
b. meningkatkan kualitas air kolam,
c. mencegah kerusakan dasar kolam, dan
10. Chelated Copper
Manfaat Chelated copper antara lain:a. mengikat kelebihan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan phitoplankton,
b. pengobatan penyakit antena putus, dan c. perangsang ganti cangkang (moulting).
11. Desinfektan
Manfaat desinfektan antara lain sanitasi kolam. Pengobatan terhadap kolam pemeliharaan udang galah yang juga dapat diterapkan dalam budi daya lobster air tawar yaitu dengan menggunakan 2 metode, yakni dengan cara mencampur dalam pakan dan langsung ditebarkan dalam air kolam. Obat yang dicampurkan dalam pakan, dapat berupa obat yang larut atau tidak larut dalam air. Cara pengobatan ini dapat diberikan secara langsung meskipun dosis tidak bisa akurat. Penyebab ketidakakuratan ini adalah terjadinya pemisahan obat dengan makanan akibat terikat oleh molekul yang potensial dalam air. Selain itu nafsu, makan yang menurun dapat mernperkecil keberhasilan pengobatan. Obat yang tidak terkonsumsi akan tersebar dan mengendap, kemungkinan akan terserap lobster dalam proses difusi-osmosa melalui insang saat bernafas sangat besar. Sedangkan obat yang ditebarkan dalam kolam adalah pengobatan terhadap lingkungan perairan kolam. Pengobatan cara ini hanya mengandalkan proses difusi- osmosa pada permukaan insang. Sebagai tindakan preventif, pengobatan ini juga sangat penting, sebab semua gangguan penyakit udang maupun lobster umumnya berada dalam air atau berada di dalam kolam.Baik secara oral ataupun difusi-osmosa, obat dalam tubuh udang maupun lobster akan diproses melalui 4 tahap yang disebut farmakokinetik (gerak dan perubahan obat dalam tubuh), yang meliputi penyerapan, peredaran, perubahan dan pengolahan dalam hepatopankreas, serta pengeluaran. Obat yang diberikan, baik per oral maupun ditebarkan langsung pada air kolam dapat bereaksi secara sistemik atau bekerja di dalam tubuh ataupun nonsistemik, tergantung dari zat aktif yang terkandung di dalamnya. Hal ini memberikan pengertian bahwa pengobatan udang atau lobster berarti pengobatan pada air kolam. Jadi pengobatan berlaku bagi udang dan lobster sekaligus bagi lingkungannya.
Penggunaan obat-obatan tertentu mempunyai efek samping. Oleh karena itu, penggunaan obat-obatan tidak boleh berlebihan, sebab selain merupakan pemborosan juga membahayakan kehidupan udang dan lobster. Karena alasan inilah maka para pelaku budi daya losbter maupun udang galah harus memahami efek samping dari obat-obatan yang dipakainya, antara lain sebagai berikut.
a. Golongan lodophore, KMn04, Formalin, Quinine sulfat
Efek samping:1. Non-selektif, karena selain membunuh bi bit penyakit,juga mengiritasi insang.
2. Dapat merusak paru-paru, mata dan selaput lendir.
b. Golongan Amonium Kwartener
Efek samping mengiritasi insang lebih besar dibandingkan dengan peng- gunaan lodophore.c. Golongan Chloramphenicol
Efek samping:1. Menyebabkan jaringan pembentuk darah rusak.
2. Nafsu makan menurun.
3. Berat tubuh menurun.
4. Menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
5. Sudah ada bakteri yang resisten.
d. Golongan Tetracycline
Efek samping:1. Berkurangnya jumlah bakteri tapi diikuti pertumbuhan jamur yang luar biasa.
2. Menjadiberacunbila digunakanbersamaMethoxyflurane.
3. Aktivitas menurun pada air dengan pH asam atau basa.
4. Sudah ada bakteri yang kebal.
e. Golongan Furazolidone, Nifurpirinol
Efek samping:1. Gangguan pada saluran pencernaan,saraf perifer dan alat reproduksi.
2. Menurunkan nafsu makan.
3. Menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
4. Sudah ada bakteri yang kebal.
f. Golongan Sulfadimethoxine, Sulfamonomethoxine, Sulfaquinoxaline, Sulfachloropyrazine
Efek samping:1. Menyebabkan terjadinya bakteri cepat resisten.
2. Menimbulkan stres.
3. Menurunkan nafsu makan dan fungsi atraktan pakan.
4. Menghambat pertumbuhan.
5. Menyebabkan kerusakan pada hepatopankreas.
6. Aktivitas menurun pada pH asam.
g. Golongan Malachita Green
Efek samping bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker pada udang maupun lobster. Memahami manfaat penggunaan obat-obatan serta efek sampingnya, maka sudah sewajarnya pelaku budi daya kolam lobster maupun udang galah memahami pula 4 prinsip dalam pemilihan obat-obatan untuk budi daya, yang meliputi hal-hal sebagai berikut.1. Tepat guna, dalam arti menggunakan obat sesuai dengan sasaran pen- gobatan dan kondisi yang dijadikan sasaran pengobatan.
2. Ampuh, dalam arti potensi dan dosisnya sesuai dengan yang dianjurkan.
3. Aman, dalam arti selalu mengikuti aturan dan petunjuk penggunaan obat- obatan serta memiliki pengetahuan atau pengalaman cara pengobatan.
4. Praktis, dalam arti dapat memilih obat-obatan yang mudah cara pernakal- annya, tersedia di pasaran, dan harganya murah.
PANEN DAN PASCA PANEN LOBSTER AIR TAWAR
Kegiatan yang paling panting dari seluruh rangkaian kegiatan budi daya apapun juga adalah panen. Panen merupakan tolok ukur bagi setiap pelaku budi daya apakah ia telah berhasil menerapkan teknis budi dayanya dengan baik atau sebaliknya. Dari hasil panen juga dapat dilihat apakah suatu usaha layak untuk dilanjutkan karena memberikan keuntungan atau bahkan sebaliknya.A. Panen Lobster Air Tawar
Berdasarkan tujuannya, panen lobster air tawar dari kolam pembesaran dibedakan menjadi dua, yaitu pemanenan untuk calon induk dan pemanenan untuk konsumsi. Panen calon induk dilakukan lebih awal dibandingkan untuk konsumsi.
1. Panen untuk Calon lnduk
Jika usaha budi daya pembesaran lobster sebagian ditujukan untuk memenuhi permintaan calon induk maka pemanenan dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan waktu pemanenan untuk konsumsi. Panen calon indukan dilakukan mulai umur tiga buIan. Caranya dengan memperhatikan satu per satu lobster muda. Lobster muda yang dipilih untuk calon induk adalah bertubuh lebih besar dibandingkan dengan lobster muda lainnya. Setelah itu, lobster muda ditangkap dengan menggunakan serokan. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam akuarium yang telah dipersiapkan. Jumlah calon induk yang bisa dipanen dalam satu kolam pembesaran hanya sekitar 5-10%. Jika dalam satu kolam pembesaran terdapat lobster muda sekitar 150-200 ekor maka calon induk yang bisa dipanen hanya sekitar 8-20 ekor saja, sisanya dilanjutkan pemeliharaannya untuk panen lobster konsumsi.2. Panen untuk konsumsi
Budi daya pembesaran lobster untuk konsumsi mulai bisa dipanen pada umur 7 bulan. Lobster dengan umur tersebut sudah mencapai berat rata- rata 90 -100 gram per ekor atau 10-12 ekor per kilogram. Biasanya lobster yang dipanen pada umur sekitar 7 bulan ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Namun, untuk konsumsi ekspor, lobster baru bisa dipanen pada umur 10-12 bulan dengan berat tubuh 150-200 gram atau hanya 5-7 ekor per kilogram. Pasar ekspor, terutama Jepang sangat me- nyukai lobster berukuran besar.Cara memanen lobster untuk konsu msi cu ku p sederhana, yaitu dengan cara menguras seluruh air kolam pembesaran. Setelah air kolam habis, lobster ditangkap satu per satu dan dimasukkan ke dalam wadah atau langsung dikemas dalam sebuah wadah kemasan berupa styrofoam.
B. Penanganan Pascapanen Lobster Air Tawar
Lobster yang sudah dipanen jika ingin diperdagangkan antarkota atau akan diekspor ke beberapa negara konsumen harus dikemas dengan baik agar kualitas lobster tetap dapat dipertahankan. Benih lobster, misalnya, jika ingin diperdagangkan antarkota harus dikemas dalam sebuah wadah kemasan yang mampu membuat benih bertahan hidup hingga sampai tujuan.Kegiatan pascapanen yang sangat penting diperhatikan oleh pelaku usaha budi daya lobster air tawar adalah pemasaran produk. Pemasaran merupakan ujung tombak usaha budi daya apapun juga termasuk budi daya lobster air tawar. Tanpa pemasaran, kegiatan budi daya apa pun juga tidak akan bisa berjalan. Bahkan dapat dikatakan sia-sia belaka.
1. Cara Melakukan Pengemasan Lobster Air Tawar
Benih lobster yang sudah siap dijual adalah benih yang telah berumur 1,5-2 bulan. Pada umur tersebut, panjang tubuh benih lobster sudah mencapai sekitar 5-7 cm. Menjual benih pada umur tersebut harus dikemas dalam sebuah wadah kemasan yang baik. Jika jumlah benih mencapai ratusan ekor, sebaiknya dikemas dalam wadah kotak styrofoam. Namun, jika jumlahnya hanya belasan ekor, kemasan cukup dengan menggunakan plastik. Semen- tara untuk pengemasan caIon induk dan lobster dewasa menggunakan kotak styrofoam. Adapun proses pengemasan lobster adalah sebagai berikut.a. Pengemasan dengan plastik
Pada dasarnya, proses pengemasan benih lobster dengan menggunakan plastik sama dengan proses pengemasan ikan hias. Perbedaannya hanya pada jumlah plastik yang dipakai. Pada pengemasan benih lobster, jumlah plastik yang digunakan sebanyak dua lapis atau lebih. lni dimaksudkan agar pada saat pengangkutan tidak terjadi kebocoran yang disebabkan oleh capit lobster. Berikut ini proses pengemasan benih lobster.1. lsi air sebanyak sepertiga bagian wadah, masukkan satu lembar daun pepaya. Setelah itu masukkan benih lobster. Daun pepaya berfungsi agar lobster tidak mabuk perjalanan.
2. lsi oksigen ke dalam wadah yang sudah terisi lobster dan daun pepaya. Kemudian lkat wadah plastik dengan karet gelang. Selanjutnya kemasan siap di angkut. Perhatikan caranya pada gambar berikut!
b. Pengemasan Menggunakan Kotak Styrofoam
Penggunaan kotak styrofoam sebagai kemasan lebih banyak digunakan untuk mengemas calon induk atau lobster dewasa. Namun, seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengemasan dengan menggunakan styroform juga bisa dipakai untuk mengemas benih lobster dalam jumlah yang banyak.Cara pengemasannya adalah sebagai berikut.
1. Siapkan kotak styrofoam.
2. Styrofoam diisi air setinggi 7 cm.
3. Masukkan sepasang induk lobster.
4. Masukkan satu lembar daun pepaya agar lobster tidak rnabuk perjalanan.
5. Tutup kotak styrofoam dan beri lakban agar tidak mudah lepas.
6. Kotak styrofoam berisi lobster siap diangkut untuk dipasarkan.
C. Pemasaran
Usaha budi daya lobster air tawar di Indonesia baru mulai ramai diusahakan pada awal tahun 2003, meskipun sebenarnya sudah diperkenalkan sejak tahun 1991. Mendirikan usaha budi daya lobster air tawar sebenarnya cukup menguntungkan karena sampai saat ini permintaan pasar cukup tinggi, baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor.
Para calon wiraswastawan budi daya lobster air tawar sebenarnya tidak perlu khawatir untuk memasarkan hasil budi dayanya. Di pasaran dalam negeri, misalnya, masih sangat terbuka. Pegusaha budi daya lobster air tawar dapat langsung menjual lobster air tawarnya ke beberapa restoran dan hotel- hotel berbintang di beberapa kota besar, seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, Bali, Yogyakarta dan kota-kota besar lainnya. Di samping dipasarkan secara langsung, pengusaha lobster air tawar juga dapat memasarkan hasil budi daya nya melalui pasar-pasar swalayan atau supermarket. lni merupakan peluang bagi pengusaha karena sampai saat ini belum dilakukan. Selain permintaan yang masih tinggi, di pasaran dalam negeri harga lobster air tawar sampai saat ini masih cukup tinggi yaitu sekitar Rp150.000,00/kg.
Pada masa yang akan datang diyakini bisnis lobster di dalam negeri akan semakin berkembang. Hal ini dikarenakan kebutuhan pasar akan lobster tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, tetapi juga akan diserap banyak oleh para penggemar ikan hias yang ingin memelihara lobster sebagai udang hias dalam akuarium-akuarium. Keindahan lobster memang sangat memukau para penggemar ikan hias. Selain bentuk dan ukurannya yang unik dan besar, lobster air tawar ternyata memiliki aneka jenis dengan warna yang berbeda-beda pula.
Sampai saat ini memang peluang pasar terbesar untuk lobster adalah pasar ekspor. Permintaan untuk ekspor terutama diserap oleh negara-negara Jepang, Singapura, Korea, Hongkong dan beberapa negara-negara di Eropa seperti Perancis, Belanda, dan Belgia. Negara-negara tersebut mendatangkan langsung lobster dari negara-negara produsen seperti Australia dan Amerika. Saat ini, beberapa peternak dari Indonesia sudah mulai merambah pasar ekspor. Mereka mulai mengirim secara berkala lobster air tawar, baik dalam keadaan hidup maupun beku, meskipun jumlahnya masih sangat sedikit. Di Australia, harga lobster berkisar antara Rp250.000,00-Rp300.000,00 per kilogram.
Pada masa yang akan datang, Indonesia dengan kondisi lingkungan dan sumber daya alamnya yang mendukung bagi pembudidayaan lobster air tawar, diperkirakan akan menjadi salah satu produsen sekaligus pengekspor lobster air tawar terbesar selain Australia dan Amerika. Namun, keadaan itu hanya dapat tercapai jika didukung oleh semua pihak yang terkait termasuk pemerintah dan para pengusaha lobster air tawar di tanah air.
D. Analisis Usaha
Ada dua peluang usaha yang bisa dijalankan oleh para pelaku usaha budi daya lobster air tawar. Usaha tersebut yaitu pembenihan dan pembesaran lobster air tawar. Sebelum menentukan pilihan di antara dua usaha tersebut, calon pelaku usaha budi daya lobster tentunya harus mengetahui besarnya biaya dan pendapatan yang berpeluang diperoleh. Untuk memberikan gam- baran tersebut, berikut ini disajikan cara menghitung analisis usaha budi daya lobster air tawar dalam dua versi pembudidayaan yaitu pembenihan dan pembesaran.Sengaja dalam perhitungan tidak dicantumkan mengenai besaran nominal biaya maupun keuntungan. Hal ini dengan pertimbangan harga yang selalu terjadi fluktuatif. Di sini hanya disajikan mengenai cara memperhitungkannya dengan besaran nominal yang dikosongkan. Para calon pelaku usaha budi daya diharapkan dapat mengetahui besarnya biaya dan keuntungan dengan melakukan survei ke lapangan untuk memastikan biaya yang berlaku sekarang ini.
1. AnalisisUsaha Pembenihan Lobster Air Tawar
Beberapa asumsi yang digunakan dalam menghitung biaya dan pendapatan usaha pembenihan lobster air tawar yaitu sebagai berikut.a. Lama pengusahaan sekitar satu tahun.
b. Pemanenan dapat dilakukan empat kali.
c. Lobster yang dibudidayakan adalah jenis Cherax quadricarinatus.
d. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari luar.
e. Harga beli calon induk lobster
f. Tingkat kematian benih mencapai 15% (SR = 85%).
g. Harga jual benih umur 2 buIan Rp... per ekor.
Demikian artikel tentang peluang budi daya lobster air tawar menjanjikan. Semoga bermanfaat.
link download
PELUANG USAHA BUDI DAYA LOBSTER AIR TAWAR MENJANJIKAN
link download
PELUANG USAHA BUDI DAYA LOBSTER AIR TAWAR MENJANJIKAN